PAK bupati yang satu ini punya gaya yang khas. Bicaranya ceplas-ceplos, blak-blakan. Dia mampu men-ceploskan banyak gagasan, yang kadang-kadang unik, dan bisa pula bersikap keras untuk mewujudkan idenya. Kolonel (Pur.) Djliteng Soejoto, Bupati Pasuruan, Jawa Timur itu kali ini punya "proyek" khusus di akhir masa jabatannya: mengatrol gengsi hansip. Djliteng Soejoto mengaku prihatin atas sikap masyarakat terhadap hansip. Anggota barisan pertahanan sipil itu, menurut Pak Bupati, sering dianggap tak lebih dari penjaga malam saja. "Bahkan, malah terkesan sebagai pesuruh belaka," ujar pensiunan perwira menengah Kopassus ini. Gagasan baru pun muncul. Maka, ketika Pak Bupati bertemu dengan sejumlah pengusaha di pendopo kabupaten - guna mengalak para pengusaha bergotong-royong membeli peralatan pemadam kebakaran untuk digunakan bersama - sebuah tawaran baru pun disisipkannya. "Alangkah baiknya jika Saudara-saudara, nantinya, setiap Sabtu berseragam hansip," ujar Djliteng pada pertemuan pertengahan bulan lalu itu. Dengan kata lain, Pak Bupati mengajak para pengusaha memperkuat jajaran hansip Pasuruan, yang kini telah punya anggota 10-12 ribu orang. Banyak manfaat yang bisa dipetik bila para pengusaha itu mau menghansipkan diri. Keikutsertaan para pengusaha itu dalam kegiatan pertahanan ini, menurut Pak Bupati yang berbadan gempal berotot, akan menebalkan nasionalisme mereka. Berikutnya, akan tumbuh disiplin diri yang kuat. "Sikap ini dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi," ujar Djliteng, yang dalam usia 59 tahun masih tampak kukuh, dengan tinggi badan 165 cm dan berat 70 kg itu. Manfaat lainnya, ya kembali pada keprihatinan tadi, soal gengsi hansip. "Kalau seragam itu melekat pada mereka, para pimpinan perusahaan, 'kan citranya akan terangkat," kata Djliteng. Sasaran Djliteng, proyek penghansipan ini bsa meliput pimpinan 400 perusahaan menengah dan besar yang ada di Pasuruan. Pimpinan ? "Ya, pokoknya manajer ke atas," katanya. Sejauh ini, menurut Pak Bupati, belum terdengar suara-suara yang menentang gagasannya. Pemantauan reaksi akan dilakukan hingga akhir Februari ini. Akan di-SK-kankah, Pak Bupati? "Ya, kalau perkembangannya baik," kata Djliteng, seraya mengingatkan bahwa peluang meng-SK-kannya fifty-fifty. Sasaran Djliteng nantinya adalah memasyarakatkan nilai-nilai kehansipan di kalangan eksekutif perusahaan itu. Baris-berbaris, tentu, akan menjadi salah satu mata pelajaran yang diberikan. Pengetahuan manajemen kehansipan juga akan diberikan sebagai mata aJaran. Apa pengusaha tidak rikuh dilatih jadi hansip? "Ya, pelatihnya akan disesuaikan dengan level pengusaha itu. Bukankah ada hansip yang sebetulnya perwira menengah? Mereka tidak akan dilatih oleh hansip kroco," jawab pensiunan kolonel ini. Di Ja-Tim, proyek penghansipan itu memang sudah dicetuskan sejak 5-6 bulan lalu, dengan instruksi gubernur. Kepala dinas, di lingkungan Pemda, dokter, dan guru-guru diimbau untuk menghansipkan diri. Namun, rupanya, hanya kepala-kepala dinas yang bersedia. Yang lain masih menolak. Suara keberatan atas instruksi penghansipan itu bukannya tak ada. Seorang manajer di PT Jamico, Pasuruan, misalnya, beranggapan bahwa manajer berpakaian hansip salah-salah bisa mengakibatkan suasana kerja jadi tak nyaman. "Bisa mengesankan seorang manajer sedang bertugas jaga, dan karyawan yang bekerja seperti diawasi hansip," ujar manajer di pabrik korek api di Kecamatan Japanan ini. Suasana perusahaan jadinya, seperti tak aman. "Produktivitas karyawan bisa melorot," sambungnya. Sabtu pekan lalu, ketika TEMPO mengunjungi beberapa perusahaan swasta di Pasuruan, tak terlihat seorang manajer pun mengenakan seragam hansip. Imbauan Pak Bupati tak diindahkan ? Tampaknya, sih, bukan soal itu. "Setiap hari Sabtu, pimpinan kami libur," kata seorang karyawan. Laporan Budiono Darsono dan Wahyu Muryadi (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini