Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Politik dengan Baperan

PDI Perjuangan dan Golkar bakal berkoalisi dalam pemilihan gubernur. Ridwan Kamil terancam tak bisa bertanding.

14 Agustus 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR dua tahun mesra-mesraan, hubungan politik Ridwan Kamil dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan terancam buyar. Deklarasi Ridwan menjadi calon Gubernur Jawa Barat dari Partai NasDem pada Maret lalu membuat elite-elite partai banteng mutung. "Politik itu soal timing," kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto pada Kamis pekan lalu.

Kedekatan PDI Perjuangan dengan Ridwan, Wali Kota Bandung yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera, terjadi sejak pemilihan Gubernur Jakarta pada Februari tahun lalu. Dalam sejumlah sigi politik ketika itu, Ridwan disebut-sebut sebagai penantang terkuat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang disokong PDIP.

Gerindra sudah melamarnya untuk menyingkirkan Ahok. Agar Ridwan tak ikut bertarung di Ibu Kota, Hasto menemuinya di Bandung, membujuk agar master arsitek lulusan University of California, Amerika Serikat, itu tetap di ibu kota Jawa Barat. Ridwan setuju terhadap permintaan itu.

Balasannya, ia diundang mengisi materi Rapat Koordinasi Bidang Nasional, Pemuda, dan Olahraga PDI Perjuangan di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, pada 10 April 2016. Dalam acara itu, Ridwan-yang akrab disapa Kang Emil-mengaku sebagai seorang nasionalis yang belum menemukan partai tempat bernaung. Dengan tegas ia juga menolak pinangan Gerindra menjadi calon Gubernur Jakarta.

Kedekatan Ridwan dengan PDI Perjuangan pun kian mesra. Ia kembali diundang partai itu membekali para calon kepala daerah di Wisma Kinasih. Di sini, ia bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri-penentu calon-calon kepala daerah dari partainya-dengan membungkuk takzim.

Kelihatannya Ridwan kian matang menjadi kandidat calon Gubernur Jawa Barat dari PDI Perjuangan ketika Hasto membawanya menemui Megawati di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, pada 4 Maret 2017. Tema pertemuan: pemilihan Gubernur Jawa Barat yang akan digelar serentak dengan 170 provinsi lain pada pertengahan tahun depan.

Kemesraan itu buyar dua pekan kemudian. Ridwan mendeklarasikan diri menjadi calon gubernur dari NasDem. "Rupanya, Pak Ridwan lebih menunjukkan kapasitas individu ketimbang memperhatikan bekerja sama dengan partai," ujar Hasto.

Fakta bahwa NasDem pendukung Presiden Joko Widodo, yang berasal dari PDI Perjuangan, tak bisa menyembuhkan kekecewaan elitenya. Petinggi PDI Perjuangan juga terus baperan (istilah gaul untuk "bawa perasaan") meski dalam deklarasi itu Ridwan bersumpah akan memenangkan Jokowi di Jawa Barat dalam pemilihan presiden 2019.

Di provinsi ini, Jokowi kalah telak pada Pemilu 2014. Ia hanya meraup 9,5 juta atau 40,22 persen dari 23,69 juta pemilih-terbesar dibanding provinsi lain di Indonesia. Jokowi hanya menang di empat kabupaten/kota: Subang, Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon. Sisanya, sebanyak 22 kabupaten/kota, memberikan suaranya kepada Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Meski keok pada pemilu presiden, PDI Perjuangan meraih 20 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Jawa Barat. Perolehan itu setara dengan seperlima kursi yang cukup untuk mencalonkan seorang gubernur tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Di Jawa Barat, hanya PDIP yang punya kemewahan ini.

Survei-survei politik juga menempatkan Ridwan di urutan teratas dalam tingkat popularitas. Survei Indo Barometer pada Mei lalu menunjukkan keterpilihan Ridwan sebesar 28,6 persen, disusul Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar 18,8 persen dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi 11,5 persen.

Survei Saiful Mujani Research and Consulting pada Juli lalu tetap menempatkan Ridwan di peringkat pertama dengan elektabilitas 35,5 persen, mengalahkan tujuh nama lain. Deddy Mizwar tetap di posisi kedua dengan 15,6 persen dan Dedi Mulyadi 13,6 persen.

Menurut Hasto, partainya sangat berharap bisa bekerja sama dengan Ridwan di Jawa Barat. Dalam bahasa dia, PDIP membuka pintu lebar-lebar bagi Ridwan Kamil-wali kota inspiratif pilihan majalah ini. "Rupanya, beliau yang menutup pintu untuk kami," ucapnya.

Ridwan belum bisa dimintai komentar soal penolakan PDI Perjuangan. Selama pekan lalu, ia berada di Meksiko untuk menghadiri diskusi keselamatan berkendaraan di jalan raya. Pesan pendek Tempo yang dikirimkan ke telepon selulernya tak berbalas. Saat deklarasi Maret lalu, Ridwan akan mencari dukungan partai lain karena kursi NasDem tak cukup untuk mencalonkannya.

Ridwan bukannya tak sadar peluang emas telah terbuang. Begitu PDI Perjuangan menyatakan tak akan mendukungnya, ia menemui Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah Indonesia Barat, Nusron Wahid, di Jakarta. Nusron mengatakan pembicaraan belum menyepakati soal pencalonan. "Saya hanya menyampaikan opsi-opsi dari Golkar," kata Nusron pada Rabu pekan lalu.

Soalnya, Golkar telah menetapkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai calon gubernurnya. Kepada Ridwan, Nusron mengatakan niat Golkar berkoalisi dengan PDIP. "Dedi Mulyadi sebagai gubernur dan PDI Perjuangan mencarikan calon wakilnya," ujar Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia itu.

Menurut Nusron, ada sejumlah kader PDI Perjuangan yang berpotensi menjadi pendamping Dedi. Misalnya Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno atau Rieke Diah Pitaloka. Puti saat ini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun Rieke pernah bertanding pada pemilihan Gubernur Jawa Barat berpasangan dengan Teten Masduki. "Selama beberapa periode, yang menang di Jawa Barat selalu ada artisnya," kata Nusron.

Puti sudah mendeklarasikan diri ikut pemilihan gubernur dan rajin berkunjung ke berbagai wilayah di Jawa Barat. Pada Jumat dua pekan lalu, ia terlihat bertemu dengan Dedi di Purwakarta. Keduanya juga tampil berdampingan di depan kamera wartawan. "Kami berdiskusi soal kebangsaan," ujarnya di Cirebon pada Kamis pekan lalu.

Menurut Puti, kedekatannya dengan Dedi karena sama-sama tertarik pada kebudayaan, bidang kerjanya sebagai anggota Komisi X DPR. Menurut Puti, segala keputusan mengenai calon gubernur merupakan wewenang pengurus pusat partai. "Dengan siapa berpasangan, itu bukan ranah saya," kata keponakan Megawati Soekarnoputri ini.

Opsi kedua, menurut Nusron, Golkar hanya menyorongkan calon wakil gubernur. Pilihannya adalah mendukung Ridwan Kamil dan berkoalisi dengan NasDem. Persoalannya, mendukung Ridwan berarti tidak mencalonkan Dedi Mulyadi. "Agak susah memasangkan dua orang ini," ujar Nusron.

Nusron menuturkan, Golkar sedang menunggu keputusan PDI Perjuangan. Sebab, kata dia, partai ini melirik Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa, yang telah menjadi bakal calon gubernur lewat PDI Perjuangan. Menurut Hasto Kristiyanto, Iwa adalah tokoh yang memahami masyarakat Jawa Barat. "Beliau memiliki potensi," ujar Hasto.

Jika PDIP memilih Iwa, Golkar mesti menyiapkan alternatif selain Dedi Mulyadi. Karena itulah, menurut Nusron, Golkar menyorongkan beberapa kader sebagai calon wakil gubernur. Misalnya anggota DPR dari Indramayu, Daniel Mustakim; Bupati Sukabumi Marwan Hamami; Bupati Bekasi Neneng Hasanah; dan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendy. "Golkar masih terbelah untuk pilkada Jawa Barat," kata Nusron.

Sehari setelah pertemuan Nusron dan Ridwan, Hasto bertandang ke rumah Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham di kawasan Cibubur. Setelah pertemuan, keduanya mengatakan pintu untuk Ridwan Kamil sudah tertutup. "Jika belum mencapai kesepakatan, kami harus memikirkan opsi lain," ujar Idrus.

Peluang Ridwan makin kecil karena Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera juga kecewa terhadap deklarasi dia lewat NasDem. Mereka bahkan merasa dikhianati karena Ridwan diusung kedua partai ini menduduki kursi Wali Kota Bandung. Seperti di Jakarta, Gerindra-PKS akan berkoalisi mengusung Deddy Mizwar sebagai calon gubernur. Kedua partai itu tengah mencari calon wakilnya.

Dukungan kepada Deddy Mizwar juga datang dari Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais. Menurut Amien, Deddy telah mengetahui seluk-beluk persoalan di provinsi itu. "Jangan memilih yang bukan-bukan," ucap Amien.

Dengan kondisi ini, partai yang belum punya calon tinggal Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Hanura. Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Rachland Nashidik mengatakan sudah ada pembicaraan dengan Ridwan Kamil soal pilkada Jawa Barat. Adapun Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menegaskan bahwa partainya menginginkan kursi calon wakil gubernur sebagai syarat koalisi.

Partai Persatuan Pembangunan juga masih pikir-pikir mendukung Ridwan. Sebab, kata Ketua PPP Jawa Barat Ade Munawaroh, mereka juga membidik Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. "Elektabilitas saja tak cukup. Harus dibarengi komunikasi dengan partai politik," ujar Ade.

Wayan Agus Purnomo, Irsyan Hashim (jakarta), Ivansyah (cirebon), Iqbal Tawakal (bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus