Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Prabowo Bantah SBY dan Jokowi Cawe-cawe: Saya yang Minta Masukan

Prabowo mengatakan jangan berpikir soal cawe-cawe. Yang benar, kata dia, dirinyalah yang minta cawe-cawe yaitu masukan ke SBY dan Jokowi.

25 Februari 2025 | 21.23 WIB

Presiden Prabowo Subianto memberi sambutan di Kongres VI Partai Demokrat, Jakarta, 25 Februari 2025. Tempo/Imam sukamto
Perbesar
Presiden Prabowo Subianto memberi sambutan di Kongres VI Partai Demokrat, Jakarta, 25 Februari 2025. Tempo/Imam sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengklaim meminta cawe-cawe kepada Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dan Presiden ke-7 Jokowi. Namun, cawe-cawe itu dalam rangka meminta masukan sebagai mantan presiden yang memiliki pengalaman 10 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Jangan pikir cawe-cawe lah. Saya yang minta cawe-cawe. Saya minta ke Pak SBY. Minta masukan," kata dia saat memberikan sambutan dalam penutupan Kongres VI Partai Demokrat di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta pada Selasa, 25 Februari 2025 malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Prabowo, dalam meminta masukan itu, SBY tidak pernah menitipkan sesuatu kepada dirinya. Begitu pula dengan Jokowi.

Prabowo mengatakan, kedua mantan presiden itu memiliki pengalaman dalam memimpin bangsa. Menurut Prabowo, hanya orang bodoh yang tidak mengambil kesempatan itu. "Hanya orang bodoh yang tidak belajar dari dua tokoh ini," kata dia. 

Berdasarkan sejumlah laporan Tempo, Jokowi melakukan cawe-cawe pada berbagai momen. Salah satunya, Jokowi cawe-cawe dalam meloloskan putranya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden melalui putusan MK. 

Tidak hanya itu, pada akhir masa jabatannya, Jokowi justru gencar bermanuver hingga cawe-cawe ikut menentukan pemerintahan Prabowo kelak. Salah satunya menyorongkan empat nama orang kepercayaannya sebagai menteri di kabinet Prabowo.

Selain nama-nama menteri, Jokowi juga coba menyetir anggaran tahun depan agar Prabowo melanjutkan program dan kebijakannya, terutama membangun Ibu Kota Nusantara atau IKN. Di akhir masa jabatannya, Jokowi berambisi memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Penajem di Kalimantan Timur. Belakangan, pemindahan itu bermasalah karena ibu kota baru belum siap. Investor juga tak banyak, pembangunan infrastruktur juga bermasalah.

Untuk memuluskan semua keinginannya itu, Jokowi kabarnya mendorong Majelis Permusyawaratan Rakyat menghapus nama Soeharto dalam Ketetapan MPR tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penghapusan itu bisa membuka jalan bagi pemerintah memberi gelar pahlawan nasional kepada penguasa Orde Baru itu. Pada 2014, Prabowo mengusulkan agar mantan mertuanya itu mendapatkan penghargaan.

Hendrik Yaputra

Hendrik Yaputra

Bergabung dengan Tempo pada 2023. Lulusan Universitas Negeri Jakarta ini banyak meliput isu pendidikan dan konflik agraria.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus