Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pelaku industri alat kesehatan dalam negeri bersiap memenuhi kebutuhan vaksinasi Covid-19.
Sejumlah perusahaan berkomitmen meningkatkan kapasitas produksinya pada tahun ini.
Alat penunjang vaksinasi seperti alat pelindung diri (APD) juga sudah tersedia di dalam negeri.
JAKARTA – Pelaku industri alat kesehatan dalam negeri bersiap memenuhi kebutuhan vaksinasi Covid-19. Sejumlah perusahaan berkomitmen meningkatkan kapasitas produksinya pada tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang I Promosi Produk Dalam Negeri Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), Erwin Hermanto, menyatakan anggotanya telah mengantisipasi kenaikan jumlah permintaan alat kesehatan. “Saat ini anggota kami cukup yakin mampu memenuhi kebutuhan program vaksinasi pemerintah,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mencontohkan persiapan produsen alat suntik, seperti PT Oneject Indonesia, PT Jayamas Medica Industri, dan PT Top Point Medical. Ketiganya sudah memiliki kapasitas produksi 850 juta unit per tahun. Kapasitas akan ditingkatkan menjadi 2 miliar unit pada tahun ini.
Pada kuartal III 2020, Oneject Indonesia menandatangani perjanjian pengadaan 111,5 juta unit alat suntik auto-disable syringe untuk program vaksinasi Covid-19. Alat suntik sekali pakai itu telah mendapat sertifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta memenuhi tingkat kandungan dalam negeri hingga 60 persen.
Petugas kesehatan mendata stok alat pelindung diri di Puskesmas Bandung, Jawa Barat, 17 Desember 2020. TEMPO/Prima mulia
Alat penunjang vaksinasi lainnya, seperti alat pelindung diri (APD), juga sudah tersedia di dalam negeri. Erwin menyatakan jumlah pasokannya justru jauh melampaui kebutuhan dalam negeri. Kapasitas produksi APD melonjak menjadi 37 juta unit per bulan setelah wabah merebak. Sebelumnya, kapasitas produksi alat ini hanya di kisaran 160 ribu unit per bulan. “Kebutuhan dalam negeri itu hanya 8,5 juta unit per tahun,” tuturnya.
ASPAKI juga memiliki anggota yang mampu memproduksi lemari pendingin vaksin. Erwin mencatat, PT Kalmed Manufaktur Indonesia dan PT Panasonic Healthcare Indonesia sudah mampu memproduksi lemari pendingin dengan kapasitas total sekitar 1.000 unit per bulan. “Ini medical deep freezer yang suhunya bisa sampai minus 80 derajat Celsius,” kata dia.
Lemari pendingin dengan spesifikasi tersebut dapat digunakan untuk menyimpan vaksin buatan Pfizer dan BioNTech. Pemerintah telah menetapkan antivirus buatan perusahaan asal Amerika Serikat dan Jerman itu sebagai salah satu pilihan untuk vaksinasi di dalam negeri. Berbeda dengan enam vaksin lainnya yang dipilih pemerintah, vaksin ini harus disimpan dalam lemari pendingin bersuhu -70 derajat Celsius.
Corporate Secretary PT Bio Farma (Persero), Bambang Herianto, menyatakan diskusi dengan Pfizer serta BioNTech masih berlangsung hingga kini. Perusahaan akan menyiapkan kebutuhan lemari pendingin untuk vaksin ini setelah mengantongi komitmen pengadaan dengan perusahaan itu. “Tunggu jika sudah ada kepastian pasokan,” ujarnya.
Dalam diskusi awal, Pfizer berencana meminjamkan fasilitas penyimpanan vaksin bersuhu sangat rendah untuk menjaga mutu vaksin. Bio Farma nantinya memilih lokasi yang dapat dijangkau dengan penyimpanan tersebut. Namun, Bambang menyatakan, belum ada perjanjian hitam di atas putih mengenai rencana itu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan alat-alat kesehatan untuk program vaksinasi Covid-19 telah tersebar di berbagai daerah. “Untuk vaksinasi tenaga kesehatan sudah tersedia semua dan siap di fasilitas layanan kesehatan,” katanya. Barang akan dikirim bertahap tiap kali jumlahnya berkurang.
Pemerintah berencana memulai program vaksinasi dengan menyasar 1,3 juta tenaga kesehatan di 34 provinsi. Pemberian antivirus ini dijadwalkan berlangsung pada Januari hingga April 2021 menggunakan vaksin buatan Sinovac. Pemerintah telah menerima 3 juta dosis vaksin siap pakai dari perusahaan asal Cina itu dan sedang menunggu izin penggunaan dalam kondisi darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pada akhir bulan nanti, Sinovac akan kembali mengirim 30 juta bahan baku vaksin Covid-19 untuk diolah Bio Farma. Vaksin tersebut akan digunakan untuk vaksinasi 17,4 juta orang pemberi layanan publik. Vaksinasi dilanjutkan pada tahap kedua bagi 63,9 juta masyarakat rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya yang diberikan sesuai dengan pendekatan kluster. Tahap kedua ini rencananya dilakukan pada April 2021 hingga Maret 2022 menggunakan vaksin dari produsen lain, termasuk Pfizer.
Untuk mendistribusikan vaksin buatan Pfizer, Siti Nadia menyatakan pemerintah akan menyiapkan fasilitas penyimpanan ultra-dingin jika produsennya tak menyediakan. Pemerintah menargetkan mendapat komitmen pengadaan vaksin hingga 100 juta dosis dari Pfizer.
DEWI NURITA | VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo