Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Protes Senyap Pendukung Ani

Sekelompok profesional dan eks relawan SBY mulai menggalang dukungan menyerang Panitia Angket Bank Century. Departemen Keuangan dan Bank Indonesia mengaku tak terlibat.

4 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OAK Room, Hotel Nikko, Jakarta Pusat, awal Desember lalu. Sejumlah profesional, bankir, dan ekonom serius berembuk di salah satu sudut ruangan. Ada Faisal Basri, pengamat ekonomi Universitas Indonesia, wartawan majalah InfoBank Eko Supriyanto, juga ekonom kondang Fauzi Ichsan. Bersama sejumlah kolega lain, mereka membahas penyelidikan Panitia Khusus Hak Angket Bank Century di Dewan Perwakilan Rakyat. ”Kami risau dan gelisah, kenapa serangan parlemen diarahkan ke orang-orang yang rekam jejaknya baik seperti Sri Mulyani dan Boediono?” kata Faisal saat ditemui pekan lalu.

Menurut Faisal, saat itu sebagian dari mereka sepakat harus turun ke jalan. Rencana aksi lalu disebar cepat lewat pesan pendek dan BlackBerry Messenger. ”Tidak pakai organisasi, tidak pakai persiapan macam-macam, spontan saja,” kata Faisal lagi. Pada hari yang ditentukan, Rabu, 16 Desember, seratusan orang berdasi dan berblazer formal berkumpul di pelataran Bursa Efek Indonesia, tepat di jantung ekonomi Ibu Kota. Kebanyakan berasal dari komunitas di bursa: dari pialang, emiten, perusahaan sekuritas, sampai operator bursa. ”Kebanyakan memang berdiri agak jauh-jauh. Bukan apa-apa, mereka takut juga ketahuan atasannya,” kata Faisal tertawa.

Meski malu-malu, suara peserta aksi ini cukup lantang. ”Kami mendukung kebijakan dan tindakan pemerintah melakukan bailout Bank Century, demi menyelamatkan sistem perbankan,” kata Mas Achmad Daniri, eks Direktur Utama Bursa Efek yang juga salah satu pengurus teras Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Dia didaulat membacakan pernyataan sikap masyarakat profesional siang itu. Tanpa yel-yel dan spanduk macam-macam, seusai pembacaan pernyataan sikap, massa pun bubar.

Aksi ini jadi penting karena inilah respons pertama kubu pendukung bailout Century pascapembentukan Panitia Angket di Senayan, awal Desember lalu. Respons ini segera menyulut aksi lanjutan. Pada hari yang sama, iklan mendukung keputusan bailout mulai ditayangkan di layar kaca. Pekan berikutnya, pegawai Departemen Keuangan mulai memakai pita hitam di lengan. Sebagian memasang pita hitam di atas saku kemeja. ”Kami mendukung Ibu Sri Mulyani, kami percaya dia tak bersalah,” kata satu pegawai negeri di Lapangan Banteng.

Dukungan pun terus berlipat, merambat sampai Facebook dan situs jejaring sosial Internet lain. Sampai-sampai ada kabar serangan balik ini memang khusus didesain untuk membalikkan opini sebagian orang yang masih cenderung menyudutkan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Presiden Boediono dalam kasus kucuran dana talangan Rp 6,7 triliun untuk Bank Century.

l l l

HOTEL Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, 23 Desember lalu. Puluhan orang berkumpul di ruang pertemuan lantai dua hotel bintang lima itu. Dipimpin Mayjen (Purnawirawan) Djali Yusuf, mantan anggota staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mereka membacakan ikrar pendirian Komite Nasional Masyarakat Indonesia. Organisasi ini diklaim sebagai kumpulan dari 79 kelompok relawan pendukung pasangan Yudhoyono-Boediono pada pemilihan presiden Juli lalu. Di sana ada Gerakan Pro SBY, Pandu 57, Komunitas Muda Indonesia, Laskar Merah-Putih, dan banyak lagi. ”Kami berkumpul untuk membantu mengawal masa pemerintahan SBY yang kedua ini,” kata Djali pekan lalu.

Meski tak tegas disampaikan, Djali Yusuf mengakui, pembentukan Komite Nasional juga berkaitan dengan makin gencarnya penyelidikan kasus Bank Century oleh politikus di Senayan. Eks Panglima Kodam Iskandar Muda, Aceh, itu membenarkan sepak terjang Panitia Angket cukup merepotkan bulan-bulan awal pemerintahan Yudhoyono ini. ”Karena itu, kami akan mengawal agar kerja Panitia Angket ini tidak menebar fitnah dan tidak menuduh orang-orang tertentu tanpa bukti,” ujarnya. Komite Nasional, kata Djali, mengirim tim khusus untuk memantau setiap sidang Panitia Angket.

Kerisauan pendukung SBY terutama disebabkan adanya ”pihak-pihak yang tidak sabar” dengan proses dan urutan kerja Panitia Angket. Siapa yang dimaksud? ”Anda tahu sendirilah,” kata Djali mengelak. Awal Januari ini, Komite Nasional akan mengundang dialog kelompok-kelompok yang menuding Partai Demokrat dan SBY menerima aliran dana Century. ”Kami tidak mau konflik, tapi kami akan meyakinkan mereka secara persuasif,” kata Djali. Untuk berjaga-jaga, aksi unjuk rasa juga disiapkan. ”Prinsipnya, kami ingin kerja Panitia Angket kasus Century tetap dalam koridor hukum,” katanya.

Namun tidak semua pendukung SBY bergabung di barisan Djali Yusuf. Ketua Gerakan Indonesia Bisa—juga salah satu kelompok relawan pendukung SBY pada pemilihan lalu—Subur Budhisantoso mengaku tidak tertarik masuk Komite Nasional. ”Untuk apa kami ikut-ikutan mengerahkan massa, jorjoran duit, dan besar-besaran suara?” kata Subur saat ditemui pekan lalu di kantornya, Induk Koperasi Unit Desa Indonesia, di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan.

”Justru kalau makin rame, pihak yang berkepentingan untuk bikin negeri ini ribut akan makin senang,” kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini. Subur memastikan Sri Mulyani dan Boediono mendapat dukungan penuh dari relawan penyokong SBY. ”Tapi tidak usah overdosis dalam merespons,” katanya. Subur juga memastikan tidak ada instruksi resmi dari Cikeas untuk menggalang massa. Djali Yusuf membenarkan. ”Saya tidak pernah secara khusus meminta restu SBY untuk pendirian Komite Nasional ini,” kata Djali.

Direktur Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Dyah Makhijani juga menyangkal menyiapkan pasukan untuk membela Ani-Boediono. ”Kami tidak mendanai iklan di media. Kami hanya aktif menjelaskan bagaimana penanganan krisis dan dampak sistemik,” katanya. Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Mulia P. Nasution juga membantah. ”Sampai saat ini, Departemen Keuangan tidak pernah memasang iklan di TV,” katanya via pesan pendek pekan lalu.

Konsultan komunikasi, Wimar Witoelar, sempat disebut-sebut terlibat aktif mendesain serangan balik kubu pendukung penyelamatan Century. Gara-garanya, Wimar menjadi moderator konferensi pers saat Departemen Keuangan dan Bank Indonesia menanggapi hasil audit investigatif Badan Pemeriksa Keuangan, akhir November lalu. Namun, pekan lalu, juru bicara kepresidenan di era Presiden Abdurrahman Wahid ini membantah keterlibatannya. ”Saya hanya membantu Ibu Sri Mulyani sewaktu-waktu,” katanya.

Wimar juga mengaku tidak tahu siapa yang mendesain program pembangunan opini pro-bailout Century di media massa. Bahkan informasi soal ini pun ditutup rapat di media-media yang memasang iklan itu. Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Makroen Sanjaya menutup mulut tentang siapa yang memasang iklan propenyelamatan Century di stasiunnya. ”Kami di redaksi tidak tahu-menahu,” katanya.

Operasi senyap? Ekonom Faisal Basri punya penjelasannya. Dukungan untuk Sri Mulyani dan Boediono, kata dia, datang dari mana-mana. ”Namun, karena ini gerakan moral, semua bergerak sendiri-sendiri, tanpa koordinasi,” ujarnya. Dia mencontohkan kemunculan situs Indonesiarecovery.com yang isinya juga membela keputusan bailout. ”Itu semua kerjaan kawan-kawan,” katanya. Jika protes macam ini tak juga ditanggapi, Faisal mengingatkan keampuhan gerakan kaum profesional dalam aksi melawan Soeharto pada 1998. ”Waktu itu pembukaan bursa efek pun bisa ditunda setengah jam, dan dampaknya luar biasa.”

Wahyu Dhyatmika, Rieka Rahadiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus