Polri menyiapkan dua ribu polisi wisata untuk memberikan rasa aman pada para wisman. MALAM itu, 29 Desember lalu, F. Stevans bersama pasangannya tengah makan di warung di pinggir pantai Parangtritis, Yogyakarta. Mendadak, seorang pemuda mendekat dan menyambar tas kulit milik turis dari Inggris itu, lalu langsung kabur bersama temannya yang sudah siap di sadel sepeda motornya. Teriakan Stevans segera mengundang massa, yang langsung mengejar kedua pejambret itu. Mereka terkejar dan dihajar massa. Tas kulit Stevans dan isinya selamat dan dikembalikan. Sepeda motor pejambret yang hampir dibakar massa juga diselamatkan oleh polisi. Yang juga terselamatkan adalah nama baik pariwisata Indonesia, yang pasti akan tercoreng bila kejahatan tadi lolos. Apalagi bila itu terjadi menjelang digebyarkannya Tahun Kunjungan Wisata 1991 oleh pemerintah. Sebab, salah satu yang dijanjikan buat para wisman itu -- ini singkatan baru buat menyebut wisatawan mancanegara -- adalah rasa aman para pelancong tersebut. Rupanya, hal ini juga menjadi perhatian pihak Kepolisian RI. Sabtu pekan lalu, Kapolri Jenderal Moch. Sanoesi, yang diwakili oleh Kapolda Jaya Mayjen. M.H. Ritonga, membuka pendidikan Pengamanan Pariwisata selama satu bulan, yang diikuti seratusan bintara polisi di Sekolah Polisi Negara Lido, Bogor. Bintara ini adalah sebagian dari dua ribu bintara polisi yang disiapkan oleh Polri untuk ikut mengamankan tahun kunjungan di seluruh Indonesia. "Adanya jaminan keselamatan kepada wisatawan, selain berpengaruh terhadap citra polisi, juga berpengaruh pada industri wisata Indonesia," kata Sanoesi dalam sambutannya. Karena bidang tugas yang akan mereka hadapi nanti punya kekhususan, para bintara -- setelah lulus tes -- yang dididik di berbagai tempat pendidikan Polri ini dipersiapkan secara khusus pula. Untuk itu, peserta pendidikan yang seluruhnya lulusan SMA dan kebanyakan dari Polantas ini diberi bekal tambahan, antara lain bahasa Inggris. Mereka juga mendapat pelajaran mengenal obyek-obyek wisata yang ada di lingkungan polda masing-masing. Selain itu, mereka dibekali pengetahuan tentang keimigrasian, telekomunikasi, dan diperkenalkan dengan adat-istiadat asing. Polwil Yogyakarta tampaknya termasuk yang paling siap menghadapi Tahun Kunjungan 1991. Dalam catatan Polresta Yogya, di wilayah Kodya Yogyakarta sepanjang 1990 lalu, terjadi 11 kasus kejahatan terhadap wisatawan asing. Jumlah ini bisa jadi lebih banyak karena tak semua kejahatan dilaporkan. Untuk meningkatkan rasa aman para wisman itu, Polwil Yogyakarta telah mendidik 27 bintara sebagai polisi wisata, dengan nama Bhara Wisata (Bhayangkara Wisata). Mereka dididik selama dua bulan sejak akhir Juli lalu, di Purwokerto, bersama anggota polisi dari polwil-polwil yang ada di Ja-Teng dan DIY. Kesatuan ini, menurut rencana, akan diresmikan pertengahan Januari ini. Mereka semua lulusan SMA, minimal punya masa tugas tiga tahun, dan mampu berbahasa Inggris. Dua di antaranya menguasai bahasa Jepang. Hingga kini, mereka masih mengikuti tambahan kursus bahasa Prancis dan Jerman. "Tugas mereka tidak cuma pengamanan para turis, tapi juga melindungi, melayani, dan memberikan informasi pada para wisman," ujar Mayor Polwan Sumilah Supriyadi, Kepala Bagian Binmas Polwil Yogya. Karena itulah, selama pendidikan, mereka diperkenalkan dengan dunia hewan dan tumbuhan di Kebun Binatang Gembira Loka, mengunjungi Dinas Suaka Purbakala, dan praktek berbicara dengan wisatawan asing di sepanjang Jalan Malioboro. Bukan sungguhan, sebab yang bertindak sebagai wismannya adalah 10 dosen IKIP Yogya yang menjadi mengajar mereka. Rustam F. Mandayun dan Syahril Chilli (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini