Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walau kunjungan itu terkesan tidak resmi-resmi amat, tapi tiadakah implikasi politiknya? Apakah pemerintah kini mengakui keberadaan sekte Baha'i, yang pernah dilarang presiden RI pertama, Sukarno, lewat surat keputusan pada 1962? Tampaknya tidak sejauh itu. ''Tidak ada pembicaraan mengenai Baha'i," kata Lachman. Sejak 1960-an, para penganut Baha'i di Indonesia memang tidak terlalu mengharapkan legalitas itu. Padahal, akibat pelarangan pemerintah Orde Lama, beberapa pengalaman getir menimpa penganut Baha'i. Ada orang yang dipenjara sepuluh tahun gara-gara menerima paket kiriman berisi buku-buku bertema Baha'i, ada juga yang dijebloskan ke tahanan hanya karena menjenguk seorang tahanan penganut Baha'i.
Mengapa sekte Baha'i ditolak di Indonesia? Larangan pemerintahan Sukarno tidak secara jelas menyebutkan ''dosa" sekte Baha'i. Dalam surat keputusan presiden itu hanya disebutkan alasan umum pelarangan tujuh organisasi, termasuk Baha'i, yaitu ''karena tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia, menghambat penyelesaian revolusi, atau bertentangan dengan cita-cita sosialisme Indonesia." Penjelasan lain menurut Djohan Effendi, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Agama, pada suatu waktu, adalah karena orang Indonesia sering bersikap apriori terhadap agama baru. Baha'i memang tidaklah populer bagi mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam. Masuk ke Sulawesi sejak 1878, hingga kini jumlah pengikutnya diperkirakan hanya ratusan orang.
Apakah Baha'i? Sekte itu muncul di Persia (sekarang Iran) pada abad ke-19. Ia didirikan oleh tokoh-tokoh yang menyempal dari Syiah, mazhab utama dalam Islam setelah Sunni. Baha'i pada mulanya bernama Babi. Nama ini dinisbahkan kepada Sayid Ali Muhammad Ridla Assirazi, yang mengaku dirinya Albab (sang gerbang), pada 1844. Maksudnya, gerbang untuk mengetahui Imam Mahdi, tokoh yang diramalkan akan menjadi penyelamat manusia di akhir zaman. Assirazi dihukum mati Syah Iran pada 1850 karena terlibat gerakan politik. Pengikutnya dibasmi. Salah satu yang selamat, Mirza Husen Ali, 13 tahun kemudian melanjutkan dan memperbaiki ajaran Babi. Nama Baha'i dinisbahkan kepada tokoh yang mengaku sebagai Baha'ullah (kemuliaan Allah) iniorang yang diramalkan Albab sebagai pembimbing manusia ke arah agama yang benar. ''Ajaran Baha'ullah diyakini sebagai ilham dari Tuhan," kata Ahmad Nur Fuad, M.A., dosen IAIN Surabaya yang pernah menulis tesis tentang Baha'i.
Mengajarkan keesaan Tuhan, Baha'i menganut paham sinkretis. Tuhan, menurut Baha'i, bisa dikenali manusia lewat para rasul dan nabi dari berbagai agama: Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, Krishna, Zoroaster, Buddha, bahkan Baha'ullah. Memiliki kitab Alaqdas (yang lebih suci), sekte Baha'i mempercayai reinkarnasi, kembalinya roh manusia yang meninggal ke kehidupan berikutnya di dunia. Jumlah penganut Baha'i sedunia, yang berkantor pusat di Israel, diperkirakan sekitar 5 juta orang. Jumlahnya di Indonesia, menurut klaim Lachman, sekitar 20 ribu orang. Lalu, mengapa Gus Dur bersedia repot-repot datang ke tokoh sekte minoritas di Indonesia itu? Tak jelas, memang, kecuali bahwa Lachman telah kenal Gus Dur sejak 30 tahun lalu.
Kelik M. Nugroho, Dwi Wiyana, dan Adi Sutarwijono (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo