Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAULANA Ichsan tak henti mengambil gambar semua obyek yang dilaluinya dengan kamera telepon pintarnya. Ia memotret apa saja yang dilalui kapal yang dinakhodai Siska Dian Iranti, Ahad siang pekan lalu, itu. "Di tempat lain (di Indonesia), enggak ada (kapal wisata) seperti ini," ujar Maulana.
Perjalanan dengan Artama III Harbour Cruise ini adalah pelesir pertama Maulana, 37 tahun, dan Maya, istrinya, ke Selat Madura menumpang kapal wisata. Karyawan swasta asal Jakarta ini sedang berlibur ke Surabaya dan iseng-iseng mencoba berwisata dengan kapal.
Artama berlayar dari samping terminal kapal roro di Dermaga Surya, Tanjung Perak. Yacht tersebut meluncur pelan melewati terminal peti kemas, area kapal-kapal melepas jangkar, cagar budaya kantor Administrasi Pelabuhan, Monumen Jalasveva, dan kolong Jembatan Suramadu sebelum merapat ke Selat Madura. Siska sekaligus menjadi pemandu wisata dengan menjelaskan setiap obyek wisata yang dilalui.
Ombak yang relatif tenang, ditambah embusan angin, membuat perjalanan semakin mengasyikkan. Para pelancong umumnya tak akan melewatkan Monumen Jalasveva—berupa patung perwira angkatan laut—untuk dipotret. Apalagi di sekitar patung bikinan perupa Nyoman Nuarta itu diparkir kapal-kapal perang milik TNI Angkatan Laut, yang terlihat gagah. Siang itu KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh ada di sana. Obyek foto lain yang dijadikan latar favorit untuk sesi foto adalah Jembatan Suramadu. Awak kapal pun siap membantu mengambil gambar para wisatawan berlatar belakang tetenger Jawa Timur itu.
Artama III adalah kapal milik PT Pelindo yang dikomersialkan. Kapal bikinan Australia pada 1985 itu sedianya digunakan untuk keperluan dinas. Tapi sejak 2010, jika sedang tak digunakan, Artama disewakan kepada pelancong. Salah satu perusahaan yang memanfaatkannya adalah Suramadu Tour.
Penyelenggara perjalanan ini lalu menjual paket wisata di seputar Selat Madura. Selain buat perorangan, ada kalanya kapal digunakan oleh perusahaan untuk rapat, anak sekolah yang ingin belajar mengenal laut, sampai pasangan calon pengantin yang ingin membuat foto pre-wedding. "Acara korporat yang paling sering," kata Harry Widajanto, pemilik Suramadu Tour.
Turis bisa memilih melancong siang atau malam hari—rombongan atau perorangan. Untuk perorangan, Artama menyediakan waktu tiap Ahad mulai pukul 09.00 hingga 11.00 dengan ongkos Rp 120 ribu per orang untuk melaut selama dua jam. "Ada atau tak ada penumpang, tetap berlayar," ujar Ali Wafi, salah seorang awak Artama. Jika penumpang lebih dari 35 orang, pelayaran dilakukan lebih dari satu kali.
Perjalanan petang hari biasanya dimulai pukul 17.00. Pemandangan matahari terbenam di laut adalah momen yang dinanti-nanti turis. Pukul 18.00, wisatawan disuguhi pemandangan Suramadu yang bermandikan warna-warni lampu.
Jalan-jalan ke laut dengan Artama sudah menjadi wisata andalan Surabaya. Tak aneh jika Artama mendapat penghargaan untuk kategori obyek wisata dengan informasi paling lengkap oleh Pemerintah Kota Surabaya. Kapal ini juga nomine customer excellent Surabaya Tourism Destination Award 2012.
Untuk rombongan, tarif kapal Rp 1,6 juta per jam, dengan minimal pemakaian dua jam. Harga itu dengan fasilitas standar alias penumpang hanya dijamu kudapan. Untuk fasilitas plus, dari makan malam khusus, musik hidup, sampai jasa pemotretan, ada biaya tambahan mulai Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta untuk setiap anggota rombongan.
Ongkos itu relatif murah bila dibandingkan dengan keasyikan pemandangan dan perjalanan yang ditawarkan. "Saya mau ajak anak-anak naik kapal ini," ujar Maulana kepada Siska.
Endri Kurniawati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo