Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sesudah Curhat di Kebun Durian

Presiden Yudhoyono memastikan bakal merombak kabinet awal Mei. Menteri yang sakit, bertabur masalah, dan kinerjanya buruk bakal diganti.

23 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN suara bariton Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan, ”Reshuffle terbatas akan saya umumkan pada awal Mei.” Wartawan yang mendengarkan siaran pers di Istana Negara pada Jumat pekan lalu itu pasang kuping tajam-tajam. Siapa tahu Presiden menyebut nama menteri yang bakal diganti, berikut nama menteri baru. Ternyata tidak.

Yudhoyono, yang hari itu mengenakan kopiah dan baju koko putih, cuma meminta doa restu agar pergantian ini membawa berkah. ”Semoga reshuffle ini membuahkan hasil yang baik,” katanya penuh harap. Sesudah itu, dia masuk ke kantor kepresidenan. Wartawan yang menunggu sesi tanya-jawab jadi kecele. Dua pekan jadi kasak-kusuk, inilah pertama kalinya Presiden memberikan kepastian soal rencana merombak kabinet.

Kasak-kusuk ganti menteri ini ramai digunjingkan setelah Presiden menyampaikan unek-unek dan curahan hatinya atawa curhat di kebun durian di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, dua pekan lalu. Di antara rerimbun pohon durian montong itu, Yudhoyono duduk di sebuah kursi pendek. Seratusan wartawan takzim menyimak.

Presiden berkeluh-kesah soal isu reshuffle yang bikin gerah menterinya. Karut-marut berita soal menteri, kata dia, sudah mengganggunya sejak penyusunan kabinet pertama, Oktober 2004. Nama calon menteri bertaburan di media massa. Karena mereka tidak dipanggil ke Cikeas, rumah pribadi SBY, gangguan pun berdatangan. ”Karena beliau-beliau merasa dijelek-jelekkan, mereka marah betul kepada kami. Lalu saya berpikir, lho itu kan dari media massa.”

Di kebun durian itu juga Yudhoyono berbagi cerita soal reshuffle kabinet yang kedua. Dia memastikan sejumlah nama sudah masuk. ”Saya kira, saya gunakan bahasa terang, masuk usul dari pihak-pihak tertentu sepuluh atau sebelas nama untuk mengganti menteri-menteri yang ada,” katanya. Yudhoyono juga bercerita soal banyaknya titipan surat, curriculum vitae, dan pesan pendek soal pergantian menteri.

Siapa yang bakal terdepak? Presiden tak mau menyebut nama. Dia cuma memastikan, sejak Desember lalu, para menteri sudah diminta siap mental jika sewaktu-waktu diganti. Sumber Tempo yang pernah menjadi anggota tim sukses SBY menuturkan perombakan kabinet tahap kedua ini sudah dipersiapkan sejak 24 Juni 2006. Saat itu, Presiden mengundang sejumlah orang dekatnya ke Cikeas.

Dalam pertemuan itu ada yang mengusulkan sekitar 70 persen menteri diganti. Yudhoyono, kata sumber itu, berjanji akan mengkaji usul tersebut. Hasil kajian sang Presiden lalu disampaikan dalam pertemuan kedua pertengahan Agustus di Istana Tampak Siring, Bali. Di sana, Yudhoyono menjelaskan, setelah dia menimbang-nimbang, ada sekitar 50 persen menteri diganti, sementara 20 persen cuma tukar tempat.

Yudhoyono kembali bertemu dengan orang-orang dekatnya pada Februari lalu. Dalam pertemuan itu, Presiden menjelaskan, setelah dievaluasi secara ketat, menteri yang diganti tidak sampai 50 persen. ”Ya, mungkin sebelas orang seperti yang disampaikan Presiden saat makan duren itu,” kata sumber ini. Nama-nama itulah yang sedang dipertimbangkan.

Ada tiga hal yang dipertimbangkan Presiden dalam pergantian menteri tahap kedua ini. Pertama, soal menteri yang sakit. Sumber ini menuturkan, sudah jadi rahasia umum, beberapa menteri memang sedang sakit berat. Soal menteri yang sakit ini juga pernah diceritakan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kata Kalla, ”Jumlahnya 13 orang.” Tapi dia menambahkan, ”Sakit itu biasalah. Menteri kan manusia juga, bisa stres ditekan dari atas, samping, belum lagi didemo.”

Ihwal menteri yang sakit rupanya jadi perkara serius bagi Istana. Kriteria sakit dipertimbangkan masak-masak. Menurut sumber Tempo yang bekas anggota tim sukses SBY ini, cuma Muhammad Ma’ruf, Menteri Dalam Negeri, yang sakitnya sudah ketahuan, ”sudah confirmed”, karena dia diopname di rumah sakit. Ada diagnosis resmi dokter bahwa Ma’ruf terkena stroke dan serangan jantung.

Menteri lain? Walau sakit, kata sumber ini, mereka masih berusaha sekuat tenaga masuk kantor. Artinya, mereka tak bisa langsung dinyatakan masuk kategori ”sakit yang sudah pasti” sehingga perlu diganti. Tak peduli meski sudah masuk laporan bahwa sejumlah menteri sering error, kerap pulang lebih awal dari kantor karena alasan sakit. Lain halnya jika Istana menerima diagnosis resmi dari dokter.

Saat curhat dengan wartawan di kebun durian dua pekan lalu itu, Yudhoyono juga bercerita soal menteri yang sakit ini. Tapi dia cuma menjelaskan soal Menteri Ma’ruf yang kini dirawat di Singapura. Yudhoyono memastikan, ”Apabila menurut penjelasan dokter memang Pak Ma’ruf butuh waktu panjang untuk pemulihan, saya akan memutuskan dengan tepat.”

Siapa bakal mengisi posisi Ma’ruf belum jelas juga. Tapi sejumlah partai sudah pasang kuda-kuda. Seorang petinggi Golkar menuturkan Beringin menyodorkan Prof Dr Muladi, bekas Menteri-Sekretaris Negara, untuk menggantikan Ma’ruf. Nama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Ketua Partai Golkar Daerah Istimewa Yogyakarta, juga difavoritkan mengisi posisi Ma’ruf.

Meski beberapa menteri lain yang sakit belum tentu diganti, Golkar sudah siaga seratus persen. Sumber di Partai Golkar menuturkan Beringin siap mengirim Theo Sambuaga ke kursi Menteri Pertahanan apabila Juwono Sudarsono, yang diberitakan sakit, juga dicoret. Walau membantah setor nama ke Istana, Jusuf Kalla, yang juga Ketua Umum Partai Golkar, memastikan, ”Jika diminta, kami punya banyak kader yang siap mengisi sejumlah jabatan itu.”

Yang diduga juga bakal turun panggung adalah menteri yang selama ini kerap dililit masalah. Masuk kategori ini antara lain Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaludin dan Menteri-Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra. Keduanya diduga berperan aktif mencairkan dana Tommy Soeharto di Bank Paribas cabang London. Kasus itu menjadi kontroversi sebulan terakhir ini.

Tekanan publik untuk mencopot dua menteri itu juga cukup kencang. Todung Mulya Lubis, Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia, mendesak Presiden mengganti Menteri Hamid Awaludin dan Yusril Ihza Mahendra. ”Dugaan penggunaan rekening pemerintah itu salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan, maka seharusnya diambil tindakan tegas,” kata Todung.

Kasak-kusuk pencopotan Hamid dan Yusril juga beredar kencang di Golkar. Sejumlah petinggi partai ini bahkan memastikan dua menteri itu segera masuk kotak. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Rully Chairul Azwar mengaku partainya sudah menerima daftar menteri yang bakal tamat awal Mei nanti. Apakah Hamid dan Yusril masuk daftar itu? ”Mungkin itu benar,” kata Rully. Tapi dia melanjutkan, ”Bisa saya pastikan, Yusril yang paling mungkin di-reshuffle, Hamid mungkin ada di posisi baru.”

Tapi sumber Tempo menuturkan bahwa Presiden menghadapi soal yang sangat dilematis dalam mengganti kedua menteri itu. Sebab, belum ada proses hukum atas keduanya. Tapi sumber yang sering dimintai nasihat oleh SBY ini hakulyakin, ”Jika kejaksaan sudah menetapkan mereka sebagai tersangka, keduanya langsung dibuang.” Jika Hamid diganti, si Beringin siap menyo-rongkan Andi Mattalata, salah satu Ketua Golkar (lihat ”Mereka Menunggu Bajaj Belok”).

Menteri yang kurang berprestasi juga bakal lengser. Soal prestasi ini, kata bekas anggota tim sukses SBY, sudah ada patokannya. Sang sumber tegas menyebutkan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sugiharto bakal masuk kategori yang kinerjanya minus.

Kinerja Sugiharto disorot tajam Partai Golkar. Menurut Enggartiasto Lukito, salah satu Ketua Partai Golkar, Menteri Sugiharto pantas dicoret. Sebab, katanya, ”Saat ini sekitar sepuluh jajaran direksi dalam Kementerian BUMN belum diganti dan dibiarkan mengambang.” Padahal pergantian direksi ini penting untuk meningkatkan kinerja BUMN tersebut.

Seorang petinggi Golkar menuturkan partainya siap menjagokan Said Didu, kini Sekretaris Menteri BUMN, jika Sugiharto dibuang. Nama Didu juga moncer, kata sumber itu, karena disokong kuat Jusuf Kalla. Saat dita-nyai soal reshuffle ini, Menteri Sugiharto cuma menjawab pendek, ”Saya tidak terpengaruh dengan isu itu. Itu kan hak prerogatif Presiden.”

Wenseslaus Manggut, Kurie Suditomo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus