Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sisa-sisa 29 Agustus

Kunjungan muspida sum-ut ke bagan asahan untuk menjajagi kemungkinan diadakan perdamaian antara penduduk asli dan warga pendatang. sebab hanya dengan perdamaian itu semuanya akan berakhir. (dh)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSPIDA Sumatera Utara 25 September lalu meninjau Bagan Asahan. Suasananya memang belum pulih benar. Sisa-sisa ketegangan dari peristiwa 29 Agustus lalu masih sedikit terasa. Pukul 18.00 sore perkampungan nelayan itu sudah senyap. Masing-masing penduduk cepat mengunci diri dalam rumah. Rumah-rumah tuak yang sebelum kejadian itu riuh sampai larut malam, sampai sekarang belum ada yang buka. Meskipun demikian penduduk sudah mulai turun ke laut, ke pasar atau bepergian ke desa lain. Dan itulah pula rupanya salah satu tujuan Muspida Sum-Ut ketika mengunjunginya baru-baru ini. Yaitu untuk lebih mempercepat suasana pulih seperti sebelum peristiwa iru. Disamping juga menyaksikan pembuatan barak-barak darurat untuk penampungan para korban kebakaran. Sebab seperti diketahui di samping menelan 26 orang korban terbunuh, dalam peristiwa itu juga telah hangus 103 buah rumah/toko penduuk. Peristiwa berdarah ini oleh penduduk setempat lebih dikenal dengan bentrokan antara penduduk asli setempat (Melayu) dengan warga Aceh (pendatang). (TEMPO 8 September 1979). Lebih penting dari itu, kunjungan Muspida Sum-Ut ke Bagan Asahan itu adalah untuk menjajagi kemungkinan diadakan perdamaian di antara kedua pihak yang berseteru. Usaha ini terlihat dengan turut sertanya beberapa tokoh dari Aceh Sepakat, yaitu organisasi warga Aceh yang merantau di kwasan Sumatera Utara. "Sebab hanya dengan perdamaian itu kegaduhan akan berakhir," kata H. Manan Simatupang, bekas Bupati Asahan yang kini menjabat Sekwilda Sum-Ut. Komando Jihad Para pejabat di daerah ini tampaknya sudah sepakat untuk tidak mengungkitungkit kejadian itu. Tapi pihak kepolisian setempat mengakui bahwa 75 orang masih berada dalam tahanan sehubungan dengan peristiwa itu. Ada 50 orang di antaranya menjadi tahanan Laksusda di Medan. "Sebab ada beberapa orang di antaranya yang terlibat komando jihad" ucap sumber TEMPO di Asahan. Perdamaian antara kedua pihak yang pernah bertikai itu agaknya memang tidak mustahil. Sebab masing-masing pihak sudah menyatakan kesediaannya untuk tidak bermusuhan lagi dan melupakan peristiwa buruk tadi. Tinggal soalnya, satu pihak masih mencurigai pihak lain, janganjangan pihak itu tak mau damai. Kalau begitu soalnya, hanya tinggal bagaimana Muspida setempat mempertemukan lubuk hati masing-masing pihak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus