Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Saiful Mujani Research Center (SMRC), Saidiman Ahmad, menyebut bersatunya pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) alias Ahokers dengan pendukung Anies Baswedan alias Anak Abah menguatkan dukungan terhadap Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub Jakarta. Hal ini, kata dia, meruntuhkan anggapan bahwa ketika Anies mendukung Pramono-Rano, maka Ahokers akan mengurungkan dukungannya terhadap paslon nomor urut 3.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Orang mungkin menganggap bahwa ketika Anies mendukung Pramono-Rano, maka para pendukung Ahok atau kelompok minoritas itu akan lari. Di dalam exit poll, kami menemukan justru tidak," kata Saidiman dalam diskusi bertajuk Jaga Demokrasi di Jakarta, di Komunitas Utan Kayu, Matraman, Jakarta, pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Justru ketika Ahokers tahu Anies juga ikut mendukung Pramono-Rano, kata Saidiman, dukungan terhadap paslon ini bertambah kuat. Demikian pula sebaliknya, para pendukung Anies yang tahu bahwa Ahok ada di barisan itu, dukungan terhadap Pramono-Rano juga justru tambah menguat.
"Pramono-Rano itu terlihat kemarin bisa mempersatukan antara Ahokers dan Anak Abah. Itu yang menarik ya, bahwa sebelumnya polarisasi terjadi di Jakarta, justru ada calon yang berhasil menyatukan itu, yaitu Pramono-Rano," ujar Saidiman.
Kenyataan ini, menurut Saidiman, agak berbeda dengan slogan dari Ridwan Kamil-Suswono, yakni 'Satuin Jakarta Yok'. Slogan itu justru tidak terjadi pada paslon nomor urut 1 dan malah terjadi pada paslon nomor urut 3.
Saidiman menilai pilkada Jakarta berbeda dengan daerah-daerah lainnya. Misalnya dari aspek demografi, kata dia, warga Jakarta memang relatif terdidik dan punya akses informasi yang lebih baik. Kemudian, tingkat toleransi terhadap politik uang juga relatif rendah dibandingkan lain. Namun, bukan berarti praktik politik uang itu tidak ada, hanya saja lebih rendah.
Dia menjelaskan, perolehan suara di pilkada Jakarta memang logis sejak awal. SMRC, kata Saidiman, memantau perkembangannya sejak beberapa bulan yang lalu dan suara Pramono-Rano konsisten menguat. Sementara itu, suara untuk pasangan Ridwan Kamil-Suswono atau RIDO memang mengalami penurunan.
"Di awal September suara RIDO itu sekitar 51 persen, suara Pramono-Rano 28,4 persen. Di pertengahan Oktober menjadi sekitar 41 persen untuk Pramono-Rano, 38 persen untuk RIDO. Lalu di survei awal november kami sudah 46 persen untuk Pramono-Rano, 39,1 persen untuk RIDO," kata Saidiman.
Berdasarkan hasil rekapitulasi suara tingkat kabupaten/kota, pasangan Pramono-Rano unggul dengan perolehan 2.183.239 suara. Kemudian, posisi kedua ditempati oleh Ridwan Kamil-Suswono dengan perolehan 1.718.160 suara. Terakhir, pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana meraup 459.230 suara.
Alfitria Nefi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.