Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masih ingat pasangan capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo atau Dildo pada Pilpres 2019? Kehadiran pasangan usungan Koalisi Indonesia Tronjal-Tronjol Maha Asik ini menjadi penyejuk di tengah panasnya situasi saling serang antar pendukung Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas siapa sebenarnya pasangan capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo atau Dildo ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurhadi, 50 tahun, diketahui adalah seorang tukang urut asal Desa Gulangtepos RT 6 RW 4 Kecamatan Mejobo, Kudus, Jawa Tengah. Pria yang kelahiran 1969 itu beraktivitas sehari-hari sebagai tukang pijat kesehatan. Sedangkan Aldo merupakan tokoh fiktif. Wajahnya adalah gabungan dari wajah seorang politikus dan seorang lain. Pasangan ini menggunakan nomor urut 10. Menurut Hadi, angka satu bermakna Allah sedangkan 0 artinya keikhlasan.
Dilansir dari Nu.or.id, Nurhadi menjelaskan bagaimana dirinya bisa menjadi capres Fiktif. Awalnya ia membentuk sebuah komunitas di media sosial. Komunitas yang diberi nama komunitas angka 10 itu anggotanya mencapai ribuan. Di komunitas itu, Hadi acap mengunggah kata-kata bijak untuk memberikan motivasi kepada anggotanya.
Dari aktivitasnya tersebut, pria berkumis ini menjelaskan ada fans dari Yogyakarta bernama Edwin yang mengaku terinspirasi kata-kata yang sering dia unggah di media sosial atau di komunitas tersebut. Baru kemudian, ia mengaku ditawari seseorang pemuda untuk dibantu perekonomiannya. Yakni dengan memviralkan dia sebagai calon presiden guyonan.
“Motivasinya kita semua tahulah. Dua kubu capres dan cawapres Pemilu 2019 ini kan sedang saling serang. Kami kesal. Kesal melihatnya. Kemudian Mas Edwin punya gagasan seperti itu. Asal tidak ada melanggar agama atau negara saya perbolehkan,” kata Nurhadi, Jumat, 4 Januari 2019.
Layaknya capres-cawapres asli, Dildo juga memiliki berbagai slogan dan janji-janji kampanye untuk para pendukungnya. Para pengguna media sosial agaknya tertarik hati untuk mengikuti kekocakan pasangan capres-cawapres fiktif ini. Hingga Januari 2019, baik di akun resmi Twitter maupun Instagram mereka sudah memiliki ribuan pengikut. Karena viral, Nurhadi beberapa kali diundang di acara televisi.
Untuk memuluskan jalannya sebagai ‘capres’ alternatif nan fiktif, di media sosial Nurhadi mengunggah berbagai meme lucu dirinya sendiri atau bersama Aldo di media sosial. Salah satunya meme tentang kritiknya terhadap teori ahli sosiologi Karl Marx. Dia mempertanyakan keinginan ilmuwan Jerman itu yang menghendaki masyarakat tanpa sistem kelas.
“Jika Karl Marx memimpin tatanan masyarakat tanpa kelas, lalu dimana kita akan belajar,” kata-kata dalam salah satu meme unggahan Nurhadi.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | DEWI NURITA