Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa program Doktor Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada atau UGM Tiara Putri meraih beasiswa keduanya di Jerman. Beasiswa yang diterimanya kali ini dalam rangka program double degree dengan Universität Greifswald, Jerman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beasiswa Landesgraduiertenförderungsverordnung, Mecklenburg-Vorpommern (LGFVO M-V) diberikan Universität Greifswald di setiap semesternya kepada para akademisi muda yang sedang menempuh studi doktoral dan memiliki prestasi serta latar belakang akademis yang menonjol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiara mengaku bangga dan senang bisa memperoleh beasiswa ini. “Cukup senang dan bangga tentunya bisa mendapatkan beasiswa LGFVO M-V ini,” kata dia dikutip dari laman UGM, Kamis, 14 September 2023.
Beasiswa LGFVO M-V ini diketahu memiliki tingkat seleksi dan peluang penerimaan yang sangat ketat. Sebab, setiap semesternya hanya 7 mahasiswa doktoral di Universität Greifswald yang berkesempatan mendapatkan beasiswa tersebut.
Selain capaian akademik selama studi sarjana dan master, kriteria seleksi untuk mendapatkan beasiswa ini mensyaratkan pengalaman penelitian sebelumnya, kualitas proyek riset doktoral yang akan dilakukan serta surat rekomendasi dari Profesor dalam bidang penelitian yang serupa.
Pada 2022, Tiara juga telah menerima award Bayer Foundation Fellowship in Drug Discovery (Jerman). Sebagai penerima kedua beasiswa tersebut, Tiara saat ini tengah menjalani studi double degree jenjang doktoralnya di Department of Molecular Genetics and Infection Biology, Universität Greifswald di bawah bimbingan Prof. Dr. rer. nat Sven Hammerschmidt dan Prof. Budi Setiadi Daryono, Dekan Fakultas Biologi UGM.
Proyek penelitian yang dilakukannya saat ini berkolaborasi dengan Pusat Riset Biologi Molekular Eijkman, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan bertindak selaku co-promotor Dodi Safari, Kepala Laboratorium Molecular Bacteriology. Riset yang dilakukan mengusung topik Viral-Bacterial Coinfection of Streptococcus pneumoniae and Influenza A Virus in the Upper Respiratory Tract.
Terkait proyek penelitian tersebut, Tiara menjelaskan berdasarkan penelitian sebelumnya lebih dari 95 persen morbiditas dan mortalitas akibat pandemi influenza yang telah terjadi di dunia disebabkan oleh koinfeksi dengan bakteri. Streptococcus pneumoniae merupakan patogen bakteri yang paling banyak diisolasi dalam pandemi influenza tersebut. Badan Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan bahwa bakteri ini menyebabkan hingga satu juta kematian anak per tahun, sehingga merupakan isu khusus dalam sistem kesehatan global.
Dalam penelitiannya, Tiara menggunakan potongan jaringan paru-paru tikus sebagai pengganti hewan uji tikus. Menurut dia, metode ini merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan terhadap model hewan uji di laboratorium dan klinik.
“Manfaatnya sangat besar dalam memenuhi prinsip 3R (Replacement, Reduction and Refinement) untuk mengurangi jumlah hewan yang digunakan dalam eksperimen secara in vivo,” kata Tiara.
Konsep 3R ini penting dalam rangka mengimplementasikan poin nomor 12 dalam Sustainable Development Goals (SDGs): “to ensure sustainable consumption and production patterns”, karena konsep ini mengedepankan konservasi energi dan sumber daya.
Irisan jaringan paru-paru ini dapat mempertahankan kompleksitas seluler dan arsitektur paru-paru, sehingga menyediakan platform yang hampir menyerupai kondisi aslinya untuk meneliti bakteri maupun virus patogen pada saluran pernapasan makhluk hidup. “Oleh karenanya, sangat membantu dalam mengurangi penggunaan hewan uji dalam dunia riset maupun klinis,” kata Tiara.