CALON mahasiswa hendaknya hati-hati memilih program diploma. Tak lama lagi, 208 program diploma yang tersebar di berbagai perguruan tinggi negeri akan dihapus. Saat ini, menurut Prof. Bambang Soehendro, Direktur Pembinaan Sarana Akademis Departemen P dan K, sekitar seratus jurusan program non-gelar sudah tak boleh menerima mahasiswa baru. Misalnya saja program diploma IKIP. Yang sudah dihapus sedikitnya sembilan program studi, seperti Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Administrasi Pendidikan, Filsafat dan Sejarah Pendidikan. Penghapusan itu sudah dimulai sejak lima tahun lalu. Semula, lulusan program diploma ini disiapkan untuk mengajar SPG, yang juga sudah dibubarkan. Memang, salah satu tujuan penghapusan program diploma adalah agar tak mencetak penganggur. "Kami harus realistis. Tak mungkin tiap tahun meningkatkan daya tampung lima persen. Lapangan kerja semakin sulit menampung lulusan program itu" katanya. Langkah penghapusan program non-gelar sudah mulai secara bertahap lima tahun lalu. IKIP Padang menutup program D-1 untuk semua jurusan. Sedangkan program D-2 dan D-3 jurusan Kimia, Biologi, Fisika, dan Matematika pertengahan bulan ini akan ditentukan nasibnya. Jurusan lainnya tahun ini mulai dicoret. Yang masih tersisa tinggal program D-2 untuk pendidikan guru SD (PGSD) dan pendidikan guru olahraga. Karena, menurut Prof. Djamil Bakar, Rektor IKIP Padang, sudah selayaknya yang berdiri di depan kelas adalah guru yang menyandang gelar sarjana. "Para lulusan D-3 saya anjurkan untuk melanjutkan ke jenjang sarjana," katanya. Peluang merampungkan studi kesarjanaan bagi mahasiswa program diploma dibuka pula oleh IKIP Bandung. Menurut Drs. Abdul Kodir, Rektor IKIP Bandung, pengalihan program D-2, D-3 ke S-1 akan dimulai tahun ajaran baru nanti. Setiap tahun, kata Abdul Kodir, program D-2 menampung rata-rata 500 mahasiswa. Pada tahun ajaran baru nanti, UGM juga siap melepas program diploma Pendidikan Ahli Teknik (PAT) dan Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan. Keduanya digabungkan dengan induknya, Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi. Namun, menurut Moh. Adnan, Rektor UGM, ada syarat untuk penggabungan. Yang bisa melanjutkan ke jenjang sarjana, katanya, hanya mahasiswa yang punya indeks prestasi 3,5. Demikian pula program diploma FMIPA yang ada di semua universitas negeri. Program ini akan ditutup sama sekali. Mungkin hanya kebetulan bila mau mengaitkan penutupan itu dengan hasil penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB. Disimpulkan, mutu lulusan D-3 universitas kalah baik dibanding D-3 IKIP (TEMPO, 2 Februari 1991). Langkah membersihkan program diploma juga diarahkan ke perguruan tinggi yang dianggap tak "sepantasnya" punya jurusan program diploma. Yang sempat disebut-sebut, misalnya, jurusan perpustakaan di perguruan tinggi pertanian, seni dan bahasa di universitas eksakta. Satu soal menyetop pencetakan pengangguran dari lulusan program diploma bisa diselesaikan. Namun, persoalan berikutnya muncul, yakni akan disalurkan ke mana para dosen program itu. "Mereka diberi pilihan untuk pindah ke bidang lain," kata Bambang Soehendro. Sekarang, para dosen program diploma IKIP -- setelah lewat masa training -- disalurkan mengajar PGSD, yang baru mulai tahun lalu. GT, Andy Reza (Jakarta), dan Fachrul Rasyid (Padang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini