PARTAI Demokrasi Indonesia (PDI) menyebut diri sebagai partai wong cilik. Tapi ternyata anggotanya tak mesti orang kecil alias orang melarat. Misalnya saja Laksamana Sukardi, 35 tahun. Ia bergabung dengan Partai Banteng itu dua tahun silam. Dari perolehan suara, PDI di Jawa Barat menyabet sembilan kursi untuk DPR. Laksamana Sukardi terdaftar pada nomor urut tujuh. Artinya, bankir Laksamana yang bukan anggota TNI AL itu pasti bakal ilantik sebagai anggota DPR/MPR awal Oktober mendatang. Lakilaki bertubuh tinggi besar itu seharihari adalah Direktur Pengelola Lippobank. Jabatan itu memberinya berbagai fasilitas, di antaranya liburan setahun sekali ke luar negeri bersama keluarga atas biaya kantor. Ia juga mendapat mobil Volvo kelas menteri. Main golf seminggu dua kali di padang golf Pondok Indah, yang tarifnya Rp 200.000 sekali datang. Ada yang bilang gaji alumnus teknik sipil ITB yang waktu kecil bercitacita jadi dokter itu Rp 300 juta setahun. Namun, ia tak mengaku berapa persisnya. "Pokoknya di atas gaji menteri. Fasilitasnya juga jauh dari menteri," ujarnya. Bapak tiga anak ini bekerja ratarata 12 jam sehari di kantor. Tapi, bila DPR mengharuskannya hadir setiap hari, ia siap mundur. "Kepentingan nasional harus diprioritaskan," katanya. Setelah di DPR nanti, ia ingin menyumbangkan pikirannya untuk memperbaiki sistem bisnis. Contohnya monopoli, utang luar negeri, keterbukaan penjualan asetaset negara, dan keterbukaan dalam pembebasan tanah. Menurutnya, DPR memerlukan teknokrat profesional. "Siapa yang akan melakukan analisa dan kontrol Pak Sumarlin, Menteri Keuangan, kalau bukan seorang yang fasih soalsoal keuangan," katanya. Tapi jika soalsoal itu tak bisa diperbaiki lewat mekanisme DPR, ia pun tak segansegan untuk mundur. Sri Pudyastuti R.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini