Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih memprioritaskan kemiskinan pasca terpilih kembali untuk periode yang kedua. Selama lima tahun ke depan, Ganjar akan membuat angka kemiskinan di Jateng menjadi single digit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Targetnya single digit lah. Formulanya kan udah punya, nanti tinggal kita gimana mempercepat dan memperbanyak supaya single digit. Kita mengejar dua angka (kemiskinan Jateng 11,32 persen) itu," kata Ganjar di Gubernuran Jateng Jalan Pahlawan, Kamis, 6 September 2018.
Selain akan membereskan masalah kemiskinan, dalam 100 hari pertama kerja, Ganjar juga akan fokus kepada APBD Perubahan 2018, dan APBD murni 2019. Hal itu penting karena pihaknya sudah diingatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) usai dilantik di Jakarta.
"KPK menyampaikan kepada kami para Gubernur yang baru saja dilantik, bahwa kasus terbesar yang masuk ranah KPK adalah saat pengambilan keputusan anggaran. Jangan sampai ada kejadian seperti di Malang (korupsi DPRD Malang). KPK sudah mengingatkan itu," ucap Ganjar.
Ganjar mengatakan tidak ada yang berbeda dengan program lanjutannya di periode lalu. Pengentasan kemiskinan pun akan disasar di akar permasalahannya yakni dengan memprioritaskan pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan baik dari aspek fisik dan sumber daya manusianya.
"Sementara, untuk merealisasikan janji-janji politik yang merepresentasikan wajah Gus Yasin (Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin) tentu seperti yang sudah dibicarakan, akan mengembangkan Pondok Pesantren, serta pendidikan," kata Ganjar.
Dalam waktu dekat, Ganjar Pranowo juga akan menggarap kemudahan izin investasi di Jawa Tengah, serta akan melakukan lelang jabatan dan mengusulkan beberapa PNS naik jabatan menjadi eselon II.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono mengatakan, serah terima jabatan yang dilakukan besok, Jumat 7 September 2018 akan melibatkan 7.000 warga. Hal itu dikemas dalam pesta rakyat, dengan gelaran hiburan rebana, dan pergelaran kuliner gratis di sepanjang Jalan Pahlawan Semarang.