Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Gugus Tugas Covid-19 mengingatkan jumlah kasus positif di sejumlah daerah masih tinggi.
Sebanyak enam orang positif corona setelah menghadiri acara akad perkawinan di Semarang.
Empat orang dalam keluarga paramedis di Sampang, Madura, meninggal karena Covid-19.
MEMAKAI baju hazmat, sejumlah petugas Dinas Kesehatan Kota Semarang mendatangi Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, pada Rabu, 17 Juni lalu. Di halaman sekolah dasar di kelurahan itu, mereka mengadakan tes usap massal. Enam hari sebelumnya, Ahmad Khotib mendatangi akad pernikahan yang digelar di kampung itu. Belakangan, ditemukan ada yang terjangkit virus corona.
Khotib, 41 tahun, ikut mengikuti tes di halaman sekolah. Beberapa jam kemudian, Dinas Kesehatan Semarang menyatakan dia positif corona. Khotib langsung mendirikan tenda di dalam ruang tamu di rumahnya. Di tenda itu, dia mengisolasi diri. “Saya tak merasakan gejala sakit apa-apa. Bahkan petugas kesehatan masih membolehkan saya merokok dan minum kopi,” ujar Khotib di Semarang pada Kamis, 2 Juli lalu.
Khotib tak yakin tertular virus corona dari acara perkawinan tetangganya. Menurut dia, akad itu diselenggarakan dengan mengikuti protokol kesehatan. Ia menyaksikan proses ijab kabul di dalam rumah mempelai cuma dihadiri enam orang. Tamu lain berjumlah tak lebih dari 20 orang dan menunggu di pelataran. Sahibulbait juga menyediakan air, sabun, cairan pembersih tangan, dan masker. Belakangan, tes kedua dan ketiga Khotib menunjukkan hasil negatif.
Kluster akad perkawinan di Semarang bermula ketika orang tua dan adik pengantin perempuan sama-sama mengeluh batuk dan demam dua hari setelah akad atau pada 13 Juni lalu. Hamid Zainusshofi, sepupu mempelai wanita yang juga hadir dalam acara tersebut, menjelaskan bahwa hari itu juga mereka bersama-sama berobat ke Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
Sebelum ke rumah sakit, adik mempelai perempuan sempat menjalani tes cepat di sebuah klinik swasta dan hasilnya negatif. Tapi, setelah melakukan foto toraks, dokter menemukan flek pada paru-paru sehingga merujuknya ke rumah sakit. Sempat dirawat sehari, dia meninggal pada 14 Juni lalu. Sehari kemudian, ibunda pengantin wanita yang dirawat di rumah sakit juga meninggal. Menurut Hamid, perempuan 58 tahun itu mengidap infeksi rahim, selain mengeluhkan gejala sakit mirip Covid-19. Ayah pengantin wanita juga dirawat di rumah sakit. Pada 24 Juni lalu, dia dinyatakan sembuh.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan hajatan perkawinan di Kelurahan Tambakrejo menjadi kluster penularan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Selain empat orang itu, dua tamu disebut positif corona oleh pemerintah Semarang. Hendrar menilai penularan itu terjadi karena panitia akad tak memenuhi protokol kesehatan yang diterapkan pemerintah. “Menurut laporan, tamunya lebih dari 30 orang,” dia berujar.
Sejak pagebluk corona diumumkan pertama kali pada Maret lalu, angka positif tertinggi di Semarang tercatat 256 kasus pada 11 Juni lalu. Melandai selama sepekan, angka itu melonjak menjadi 682 kasus positif pada 3 Juli lalu. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut Semarang sebagai zona merah tatkala Presiden Joko Widodo berkunjung ke provinsi itu pada 30 Juni lalu.
Lonjakan kasus juga terjadi Jawa Timur. Bersama Jawa Tengah, wilayah itu masuk daftar 16 provinsi yang kasusnya terus bertambah selama dua pekan pada pertengahan Juni lalu. Berdasarkan data di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, rata-rata terdapat 249,4 kasus baru per hari—tertinggi di Indonesia. Salah satu daerah di Jawa Timur yang masuk zona merah adalah Kabupaten Sampang. Pada 3 Juli lalu, tercatat 117 kasus positif di Sampang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Ramadan lalu, seorang pedagang di Pasar Kebon Semai yang berstatus pasien dalam pengawasan meninggal. Dinas Kesehatan Palembang melacak kontak fisik pasien tersebut. Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Palembang, Yudi Setiawan, mengungkapkan pemerintah telah memeriksa hampir 200 pedagang pasar. “Ada 33 orang yang positif.”
Di wilayah itu, satu sekeluarga yang beranggota lima orang—semuanya berprofesi sebagai paramedis—terpapar corona. Suwito, 70 tahun, meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Zyn, Sampang, pada Ahad, 7 Juni lalu. Hasil tes menunjukkan perawat di Pusat Kesehatan Masyarakat Kedungdung itu positif corona. Besoknya, istrinya, Sri Rahayu, menghadap Sang Khalik. Sri, yang sehari-hari bekerja sebagai bidan di Puskesmas Kamoning, dikonfirmasi terpapar virus asal Provinsi Wuhan, Cina, itu.
Sehari setelah pemakaman Sri, Deny Dwi Yulianto, anak bungsu di keluarga itu, mengeluh tak enak badan. Namun dokter di Puskesmas Tambelangan itu baru berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Zyn pada 11 Juni. Deny menjalani tes cepat molekuler dan hasilnya positif. Tim dokter pun merujuknya ke Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya. Setelah menjalani isolasi selama tiga hari, Deny meninggal. Hingga Jumat, 3 Juli lalu, istrinya, yang berprofesi pula sebagai dokter, dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Universitas Airlangga, juga karena Covid-19.
Adapun anak sulung di keluarga itu, Anang Eka Kurniawan, dokter di Puskesmas Socah, meninggal pada 19 Juni lalu. Menurut hasil pelacakan sementara oleh Dinas Kesehatan Sampang, virus diduga masuk ke rumah dari Suwito. “Bapaknya yang ditengarai pertama kali terjangkit,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Sampang Agus Mulyanto.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Sampang, Juwardi, mengatakan, berdasarkan data kluster yang dia peroleh, penularan virus di Sampang berasal dari pasar dan fasilitas kesehatan. Menurut dia, Suwito membuka praktik pengobatan di rumah sejak Maret lalu. Pasiennya kebanyakan berasal dari Surabaya. “Mereka yang berobat adalah pekerja migran,” ujar Juwardi.
Lonjakan kasus positif juga terjadi di Sumatera Selatan. Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19, dalam dua pekan terakhir, pertambahan rata-rata kasus harian di sana mencapai 45,71. Hingga 3 Juli lalu, angka positif di Sumatera Selatan mencapai 2.156 kasus. Gugus Tugas Covid-19 Sumatera Selatan mengidentifikasi kluster pasar tradisional menjadi salah satu penyumbang kasus terbesar di provinsi itu. Salah satunya Pasar Kebon Semai di Kecamatan Kemuning, Palembang.
Pada Ramadan lalu, seorang pedagang di Pasar Kebon Semai yang berstatus pasien dalam pengawasan meninggal. Dinas Kesehatan Palembang melacak kontak fisik pasien tersebut. Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Palembang, Yudi Setiawan, mengungkapkan pemerintah telah memeriksa hampir 200 pedagang pasar. “Ada 33 orang yang positif,” kata Yudi.
Menurut dia, pemerintah sempat menutup Pasar Kebon Semai selama 13 hari sejak 26 Mei lalu. Setelah pasar dibuka pada 7 Juni lalu, aktivitas pedagang pun menggeliat meskipun pasar lebih sepi. “Lebih banyak pedagang daripada pembeli,” ujar Rohman, pedagang di Kebon Semai.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan lonjakan kasus yang terjadi di daerah belum tentu mengindikasikan adanya gelombang kedua pagebluk corona. Menurut dia, naiknya jumlah pasien positif merupakan sinyal bertambahnya kemampuan tes dan pelacakan kontak. Walau begitu, Wiku mengingatkan bahwa pertambahan kasus menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya penularan. “Daerah yang kasusnya konsisten tinggi harus diperketat lagi pembatasannya, sementara yang sudah landai bisa dilonggarkan,” kata Wiku.
RAYMUNDUS RIKANG, JAMAL A. NASHR (SEMARANG), MUSTHOFA BISRI (SAMPANG), PARLIZA HENDRAWAN (PALEMBANG)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo