Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Wereng: Antara Angka & Harga Obat

Hama wereng yang menimpa Ja-Teng. Angka areal yang diserang berbeda dengan laporan mentri pertanian. Cuaca yang lembab, harga obat hama yang tinggi & rakyat yang tetap menanam jenis padi non-vutw sebagai penyebabnya. (dh)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEBRUARI besok petugas Depot Logistik se-Indonesia akan mengadakan rapat kerja di Jakarta. Rutin. Tapi berapa banyak petani dalam negeri bisa menyediakan beras tahun ini pasti membutuhkan pembicaraan serius. Sebab sekalipun itu urusan Departemen Pertanian, namum serangan wereng di beberapa tempat masih berkembang. Antaranya i Jawa Tengah. Belum lagi musim hujan yang cukup deras dalam bulan-bulan ini akan banyak pengaruhnya bagi tanaman petani. Di daerah ini luas serangan wereng sampai pekan lalu sudah mencapai 24. 701 hektar. Naik sekitar 4.000 dari jumlah yang diketahui minggu sebelumnya. Serangan tersebut tersebar di bekas Karesidenan Pekalongan, Semarang, Pati, Banyumas, Kedu dan Surakarta. Pekalongan di masa lalu sering dikenal sebagai basis jenis hama yang satu ini. Musim tanam 1978/1979 sekarang petani setempat tidak banyak mengeluh. Ini lantaran mereka kebetulan tidak menanami sawahnya dengan padi melainkan bawang dan tebu. Masalah penanaman sawah sewaktu-waktu dengan tumbuhan selain padi memang sering dianjurkan oleh para petugas pertanian. Maksudnya untuk menurunkan pengembangbiakan berbagai jenis hama padi terutama wereng. Jenis hama yang satu ini terbilang alot dimusnahkan ketimbang hama-hama lain seperti walangsangit atau juga tikus. Sungguhpun begitu, khususnya tikus, ternyata belakangan ini juga merajalela di mana-mana. Di Kabupaten Subang (Jawa Barat) misalnya produksi padi tahun ini diperkirakan merosot 15% dari jumlah rata-rata 800 ribu ton setahun. Menurut Kepala Dinas Pertanian setempat ir Syamsu Sobar salah satu sebabnya adalah hama tadi. Disamping juga wereng yang diperkirakan bakal datang akhir Januari ini. Yakni setelah persawahan nenjadi lembab, akibat hujan beberapa waktu belakangan. Bupati Subang ir Sukanda Kartasasmita sudah mengambil langkah-langkah. lari terakhir dua pekan lalu ia mengumpulkan para petugas Bimas ditambah semua camat dan para petugas pertanian kecamatan sedaerahnya. Diinstruksikan supaya perkembangan pertanian terus menerus diikuti dan dilaporkan dengan cepat. Juga diambil tindakan ini apabila para penyalur sarana produksi pertaniall seperti obat-obatan tidak mampu bekerja akan segera diganti dengan penyalur lain. Yaitu agar obat-obatan cukup tersedia di pasar sehingga bahaya tikus, wereng dan hama padi apapun bisa ditekan sekecil-kecilnya. Sebab seperti halnya di daerah Surakarta (Jawa Tengah) obat-obatan pembasmi hama tanaman belakangan ini mendadak agak susah dicari. Kalaupun ada harganya melonjak dari biasanya Nogos misalnya, salah satu merek obat pembasmi hama yang biasa digunakan petani untuk memberangus wereng naik dari Rp 1.500 seliter menjadi antara Rp 2.000 sampai Rp 2.400. Pemberantasan hama dengan obatobatan bukan satu-satunya cara yang dijalankan petani. Di beberapa daerah ada petani yang langsung membabat sebagian tanaman padinya. Yakni yang sudah parah diserang. Agar hama tidak menyerang pula ke bagian sawah yang lain. Namun seperti dikatakan Kepala Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ir Wahyu Widodo, jumlah petani yang berbuat begitu khususnya di daerahnya tidak banyak. Bisa dimaklum dari sejumlah 53.313 hektar sawah di Yogyakarta sampai pekan lalu sudah lebih dari sepertiga diserang wereng. Minggu pertama Januari serangan itu telah meliputi 20.000 hektar lebih. Langgar SK Bupati Agak mengherankan bahwa Menteri Pertanian Prof ir Soedarsono Hadisapoetro dalam sidang Kabinet bidang EKUIN Rabu dua pekan lalu di Jakarta mengatakan jumlah sawah yang diserang wereng saat itu hanya 7.000 hektar. Dan itu katanya pula sebagaimana dikatakan Menteri Peherangan Ali Murtopo merupakan kumpulan angka dari 3 daerah sekaligus: Jawa Tengah, Yogyakarta dan Lampung. Lebih mengherankan lagi bahwa angka-angka areal sawah yang diserang wereng khususnya di Jawa Tengah sebagaimana diberitakan Komptls sebenarnya sudah dilaporkan langsung oleh para Residen Pembantu Gubernur kepada Menteri Muda Urusan Panan ir Ahmad Affandi. Yaitu ketika menteri ini berkunjung ke Semarang beberapa waktu lalu. "Tidak mungkin pemerintah pusat menutup-nutupi keadaan sebenarnya," kata seorang insinyur pertanian yang kebetulan duduk di Departemen llmu Hama Tumbuh-tumbuhan Fakultas Pertanian IPB Bogor. Menurut insinyur ini, perbedaan angka yang dikemukakan di pusat dengan di daerah bisa saja terjadi. Misalnya karena laporan yang sampai ke pusat terlambat, juga orang daerah scndiri. "Dalam hal ini masyarakat," katanya terkadang punya kepentingan lain. Yakni agar perhatian bisa banyak diperoleh lantas angka-angka itu begitu saja dibulatkan. "Padahal seberapa jauh tingkat bahaya serangan wereng ini terjadi ada beberapa kategori," katanya. Barangkali itulah sebabnya pekan lalu ir Soenardi Direktur Perlindungan Tanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berkunjung ke beberapa daerah. Khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta. Maksudnya untuk mengecek langsung seberapa jauh sebenarnya korban hama itu. Lebih-lebih mungkin setelah diketahui bantuan yang sudah diterima petani dari Gubernur Jawa Tengah dan pusat masih kurang. Di balik itu semua apa penyebab wereng kembali mengganas di musim tanam 1978/1979 ini? Selain cuaca yang lembab juga petani di daerah Sukoharjo, Klaten dan Boyolali mengaku karena mereka melanggar surat keputusan bupati di daerah masing-masing yang melarang menanam padi bukan jenis unggul tahan wereng (Non-VUTW). Namun seorang pamong desa di Kulon Progo Yogyakarta berkata: "Perintah menanam padi tahan wereng terlambat. Juga penyediaan bibitnya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus