PEBRUARI besok petugas Depot Logistik se-Indonesia akan
mengadakan rapat kerja di Jakarta. Rutin. Tapi berapa banyak
petani dalam negeri bisa menyediakan beras tahun ini pasti
membutuhkan pembicaraan serius. Sebab sekalipun itu urusan
Departemen Pertanian, namum serangan wereng di beberapa tempat
masih berkembang. Antaranya i Jawa Tengah. Belum lagi musim
hujan yang cukup deras dalam bulan-bulan ini akan banyak
pengaruhnya bagi tanaman petani.
Di daerah ini luas serangan wereng sampai pekan lalu sudah
mencapai 24. 701 hektar. Naik sekitar 4.000 dari jumlah yang
diketahui minggu sebelumnya. Serangan tersebut tersebar di bekas
Karesidenan Pekalongan, Semarang, Pati, Banyumas, Kedu dan
Surakarta.
Pekalongan di masa lalu sering dikenal sebagai basis jenis hama
yang satu ini. Musim tanam 1978/1979 sekarang petani setempat
tidak banyak mengeluh. Ini lantaran mereka kebetulan tidak
menanami sawahnya dengan padi melainkan bawang dan tebu.
Masalah penanaman sawah sewaktu-waktu dengan tumbuhan selain padi
memang sering dianjurkan oleh para petugas pertanian. Maksudnya
untuk menurunkan pengembangbiakan berbagai jenis hama padi
terutama wereng. Jenis hama yang satu ini terbilang alot
dimusnahkan ketimbang hama-hama lain seperti walangsangit atau
juga tikus.
Sungguhpun begitu, khususnya tikus, ternyata belakangan ini juga
merajalela di mana-mana. Di Kabupaten Subang (Jawa Barat)
misalnya produksi padi tahun ini diperkirakan merosot 15% dari
jumlah rata-rata 800 ribu ton setahun. Menurut Kepala Dinas
Pertanian setempat ir Syamsu Sobar salah satu sebabnya adalah
hama tadi. Disamping juga wereng yang diperkirakan bakal datang
akhir Januari ini. Yakni setelah persawahan nenjadi lembab,
akibat hujan beberapa waktu belakangan.
Bupati Subang ir Sukanda Kartasasmita sudah mengambil
langkah-langkah. lari terakhir dua pekan lalu ia mengumpulkan
para petugas Bimas ditambah semua camat dan para petugas
pertanian kecamatan sedaerahnya. Diinstruksikan supaya
perkembangan pertanian terus menerus diikuti dan dilaporkan
dengan cepat. Juga diambil tindakan ini apabila para penyalur
sarana produksi pertaniall seperti obat-obatan tidak mampu
bekerja akan segera diganti dengan penyalur lain. Yaitu agar
obat-obatan cukup tersedia di pasar sehingga bahaya tikus,
wereng dan hama padi apapun bisa ditekan sekecil-kecilnya.
Sebab seperti halnya di daerah Surakarta (Jawa Tengah)
obat-obatan pembasmi hama tanaman belakangan ini mendadak agak
susah dicari. Kalaupun ada harganya melonjak dari biasanya Nogos
misalnya, salah satu merek obat pembasmi hama yang biasa
digunakan petani untuk memberangus wereng naik dari Rp 1.500
seliter menjadi antara Rp 2.000 sampai Rp 2.400.
Pemberantasan hama dengan obatobatan bukan satu-satunya cara
yang dijalankan petani. Di beberapa daerah ada petani yang
langsung membabat sebagian tanaman padinya. Yakni yang sudah
parah diserang. Agar hama tidak menyerang pula ke bagian sawah
yang lain.
Namun seperti dikatakan Kepala Dinas Pertanian Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta ir Wahyu Widodo, jumlah petani yang berbuat
begitu khususnya di daerahnya tidak banyak. Bisa dimaklum dari
sejumlah 53.313 hektar sawah di Yogyakarta sampai pekan lalu
sudah lebih dari sepertiga diserang wereng. Minggu pertama
Januari serangan itu telah meliputi 20.000 hektar lebih.
Langgar SK Bupati
Agak mengherankan bahwa Menteri Pertanian Prof ir Soedarsono
Hadisapoetro dalam sidang Kabinet bidang EKUIN Rabu dua pekan
lalu di Jakarta mengatakan jumlah sawah yang diserang wereng
saat itu hanya 7.000 hektar. Dan itu katanya pula sebagaimana
dikatakan Menteri Peherangan Ali Murtopo merupakan kumpulan
angka dari 3 daerah sekaligus: Jawa Tengah, Yogyakarta dan
Lampung.
Lebih mengherankan lagi bahwa angka-angka areal sawah yang
diserang wereng khususnya di Jawa Tengah sebagaimana diberitakan
Komptls sebenarnya sudah dilaporkan langsung oleh para Residen
Pembantu Gubernur kepada Menteri Muda Urusan Panan ir Ahmad
Affandi. Yaitu ketika menteri ini berkunjung ke Semarang
beberapa waktu lalu.
"Tidak mungkin pemerintah pusat menutup-nutupi keadaan
sebenarnya," kata seorang insinyur pertanian yang kebetulan
duduk di Departemen llmu Hama Tumbuh-tumbuhan Fakultas Pertanian
IPB Bogor. Menurut insinyur ini, perbedaan angka yang
dikemukakan di pusat dengan di daerah bisa saja terjadi.
Misalnya karena laporan yang sampai ke pusat terlambat, juga
orang daerah scndiri. "Dalam hal ini masyarakat," katanya
terkadang punya kepentingan lain. Yakni agar perhatian bisa
banyak diperoleh lantas angka-angka itu begitu saja dibulatkan.
"Padahal seberapa jauh tingkat bahaya serangan wereng ini
terjadi ada beberapa kategori," katanya.
Barangkali itulah sebabnya pekan lalu ir Soenardi Direktur
Perlindungan Tanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
berkunjung ke beberapa daerah. Khususnya Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Maksudnya untuk mengecek langsung seberapa jauh
sebenarnya korban hama itu. Lebih-lebih mungkin setelah
diketahui bantuan yang sudah diterima petani dari Gubernur Jawa
Tengah dan pusat masih kurang.
Di balik itu semua apa penyebab wereng kembali mengganas di
musim tanam 1978/1979 ini? Selain cuaca yang lembab juga petani
di daerah Sukoharjo, Klaten dan Boyolali mengaku karena mereka
melanggar surat keputusan bupati di daerah masing-masing yang
melarang menanam padi bukan jenis unggul tahan wereng
(Non-VUTW). Namun seorang pamong desa di Kulon Progo Yogyakarta
berkata: "Perintah menanam padi tahan wereng terlambat. Juga
penyediaan bibitnya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini