Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEBERADAAN Dwi Djoko Wiwoho masih menjadi misteri bagi keluarga besarnya di Jakarta. Dalam tiga bulan terakhir, upaya mereka menjalin komunikasi dengan Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Pengusahaan Batam itu tidak pernah berhasil. Sejumlah kerabat beberapa kali mencoba menghubunginya lewat telepon selulernya, tapi tak pernah direspons. "Saya kirim pesan lewat alamat Facebook-nya juga tidak dibalas," kata Vitri, adik kandung Djoko, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Djoko terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga besarnya di Jakarta pada akhir Juli lalu. Ketika itu, ia bersama istri dan tiga anaknya terbang dari Batam ke Jakarta untuk menemui ibunya yang tinggal di Jakarta Pusat. Disaksikan dua saudara kandungnya, Djoko bersimpuh di kaki sang ibu meminta restu hendak pergi wisata ibadah ke Turki selama dua pekan. Ibunya kemudian menitipkan sebuah pesan kepada anak keduanya itu. "Kamu jangan macem-macem, ya, Djok. Pulang, lho," ujar sang ibu seperti diceritakan Vitri.
Menurut Vitri, ibunya khawatir Djoko mengikuti jejak sejumlah warga Indonesia yang mengaku pergi ke Turki tapi sebenarnya ingin ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kekhawatiran ibunya itu beralasan karena istri Djoko, Ratna Nirmala, menganut aliran Islam garis keras. "Aliran nyeleneh," kata Vitri.
Tiga pekan berselang sejak tanggal keberangkatan ke Turki itu, keluarga di Jakarta belum mendapat kabar dari Djoko. Perasaan cemas baru melanda setelah keluarga Djoko di Jakarta melihat gambar yang diunggah Ratna di laman Facebook miliknya. Gambar itu memuat seorang perempuan bercadar mengenakan seragam militer dan memegang senapan serbu Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47). Perempuan itu berdiri di depan bendera ISIS. Tulisan "This is my ticket to Jannah", yang berarti "Ini tiket saya ke surga", terpampang di gambar tersebut.
Ratna menjadikan gambar tersebut sebagai profile picture pada 21 Agustus 2014. Dua hari kemudian, Euis Hasan, pengguna Facebook yang berkawan dengan Ratna, bertanya ihwal gambar itu. "Benar, Bu? Itu kamu? Tak ada jalan lain?" ujar Euis. Ratna kemudian membalas pesan tersebut. "Itu foto seorang mujahidah yang berjuang di jalan Allah untuk mencari syahid, yang merupakan cita-cita tertinggi bagi seorang muslim/muslimah untuk meraih surga," kata Ratna pada 23 Agustus 2014.
Setelah itu, keluarganya mendatangi kediaman Djoko di Jalan Kartini I Nomor 9 RT 02 RW 02, Sungai Harapan, Sekupang, Batam. Dari pengakuan tetangga, mereka mendapat informasi bahwa Djoko tidak pernah kembali sejak berangkat ke Turki pada 1 Agustus lalu dengan menggunakan biro perjalanan Visi Utama Tours & Travel.
Karena tidak mendapat petunjuk, keluarga melaporkan Djoko sebagai orang hilang ke Kepolisian Daerah Metro Jakarta. Dari hasil pelacakan polisi, Djoko diketahui sempat mengirim pesan pendek (SMS) ke telepon seluler salah satu pemimpin di Badan Pengusahaan Batam.
Menurut Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Anton Charliyan, dalam pesan pendek itu, Djoko meminta tolong koleganya tersebut memberitahukan ibunya bahwa ia akan berhijrah dan bergabung dengan ISIS. "Makanya sampai sekarang belum kembali," ujar Anton.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme meyakini Djoko bergabung dengan ISIS dan sudah berada di Irak. Informasi itu, menurut Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Brigadir Jenderal Hamidin, dikumpulkan dari sejumlah informan di Suriah. "Saya katakan 85 persen Djoko terlibat ISIS," ucapnya.
Muhamad Rizki, Vindry Florentin, Sunudyantoro, Larissa Huda Rumbadi Dalle (Batam)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo