FUNDAMENTALISME bukanlah istilah yang dikenal dalam sejarah
pemikiran Islam --sampai pers Barat memakainya akhir-akhir ini.
Kata-kata itu dikenal dalam perkembangan agama Kristen, tapi
umurnya pun masih muda. Juga, resminya, ia bermula cuma sebagai
gejala Amerika.
Di tahun 1830-an dan 1840-an, di Amerika Serikat ramai
dibicarakan akan datangnya Kristus kedua kalinya ke bumi.
Setelah itu, akan ada perdamaian seribu tahun. Seorang petani
New York, William Miller, yang kemudian jadi tersohor,
meramalkan kedatangan kedua itu akan terjadi di tahun 1843.
Ketika tahun 1843 tiba sonder Kristus kembali, faham itu rontok.
Tapi anehnya keyakinan akan datang kembalinya Al-Masih bertahan
terus. Di tahun 1872 bahkan gereja-gereja yang mendukung
keyakinan itu bersatu. Gerakan ini, kata Encyclopaedia
Britannica, mulai tumbuh ketika kepercayaan akan nasib Amerika
memudar di antara para pemimpin Protestan. Waktu itu ditandai
keresahan buruh, ketidakpuasan sosial dan menaiknya jumlah
imigran dari negeri-negeri Katolik.
Pada akhir Perang Dunia I, kecemasan akan merosotnya moral
masyarakat mendorong kembali gerakan itu. Di tahun 1919
berdirilah World's Christian Fundamentals Association.
Organisasi ini tak begitu sukses, tapi tahun 1920-an semangat
yang mendasari fundamentalisme naik apinya. Ketakutan akan
komunisme -- yang terus kuat dalam masyarakat Amerika -- dan
juga kecemasan mendengarkan perkembangan pemikiran modernis dan
liberal, menyebabkan orang-orang Kristen yang ingin kemurnian
agama itu menjadi militan.
Contoh yang menarik ialah pengadilan terhadap John T. Scopes di
kota kecil Dayton, di Negara Bagian Tennessee. Maret tahun itu,
di sana diberlakukan undang-undang yang melarang ajaran apa pun
tentang penciptaan alam semesta, bila ajaran itu menyebar dari
Injil. Dan Pak Guru Scopes justru mengajarkan teori evolusi
Darwin di sekolah menengahnya. Ia dihukum denda, seratus dollar.
Dalam pengadilan banding Scopes dibebaskan. Tapi itu cuma karena
ia dianggap telah didenda kelewat banyak. Undang-undang
Tennessee tahun 1925 itu juga baru dicabut tahun 1967. Nampaknya
jelas, kaum fundamentalis Protestan tidak mudah digeser. Mereka
telah menamakan diri "Evangelicals", atau "kharismatis",
semangat mereka masih sama militansi justru karena melihat agama
Kristen dalam krisis. Dan ternyata pengaruh mereka besar,
seperti nampak pada penginjil Billy Graham.
Salah satu ancaman yang paling mereka rasakan, bahkan sampai
tahun 1981 ini, ialah pemikiran liberal dalam masyarakat
Kristen: kaum liberal ini menerapkan metode ilmiah, khususnya di
bidang bahasa dan sejarah, dalam mendekati Alkitab. Pandangan
mereka kritis. Dan bagi kaum fundamentalis, itu berbahaya.
Mereka juga melihat, seperti tulis Th. Sumartana, seorang eseis
Kristen yang aktif mengikuti perkembangan sosial-historis agama,
bahwa "agama Kristen semakin tak memiliki pengaruh di tengah
masyarakat." Gereja sepi ditinggalkan orang. Ia tak lagi di
pusat kegiatan sosial, tak lagi "menentukan hitam-putihnya
masyarakat."
Maka mereka pun ingin kembali kepada semangat corpus
christianum, yakni suatu masa keemasan pada sejarah gereja
mula-mula. "Fundamentalisme Kristen," kata Sumartana pula, "pada
hakekatnya adalah suatu reaksi yang sifatnya konservatif
terhadap perkembangan, baik yang terjadi di kalangan gereja
maupun masyarakat."
Tak mengherankan, bila arus balik konservatif yang kini terasa
di Amerika -- dan mendukung Ronald Reagan ke Gedung Putih --
juga punya unsur fundamentalis yang jelas. Di bawah pimpinan
pengkhotbah Jerry Falwell, yang selalu nampak membawa Injil,
kaum fundamentalis ini menamakan diri "The Moral Majority," atau
golongan mayoritas yang menjunjung akhlak Nasrani. Dengan
kampanye US$ 5 juta untuk tahun 1980, gerakan Falwell berhasil
menggeser sejumlah wakil rakyat Partai Demokrat yang progresif.
Dan bulan Maret yang lalu kaum fundamentalis kembali menarik
perhatian ketika mereka mencoba mengalahkan pelajaran teori
evolusi Darwin di sekolah. Menamakan diri creationists, mereka
mencoba melawan teori Darwin dengan argumentasi "ilmiah" --
meskipun para ahli ilmu terkemuka dengan mudah mematahkannya. Di
Negeri Bagian California, di Sacramento, kaum fundamentalis ini
bahkan mengajukan pengajaran teori Darwin ini ke pengadilan.
Nyaris mirip tahun 1925.
Semangat perlawanan mereka juga ditujukan kepada gerakan
oikumenis yang diwakili Dewan Gereja Dunia. Bagi mereka, dialog
dengan agama-agama lain di dunia tak bisa menggantikan
"pemberitaan Injil yang menuntut pertobatan." Tak heran bila
mereka giat membawa pengkhabaran ke seluruh dunia.
Tentu perlu dilakukan telaah khusus, sama atau tidakkah ciri
fundamentalis dalam Kristen itu dengan yang kini disebut sebagai
semangat Islam fundamentalis. Tapi nampaknya lazim terjadi dalam
setiap ajaran: semakin majemuk dan kompleks dunia, hingga sukar
difahami dan mencemaskan, semakin keras hasrat untuk memperoleh
kembali pegangan yang pasti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini