Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Yang ini versi nasrani

Istilah fundamentalis dalam perkembangan agama kristen. sifatnya konservatif terhadap perkembangan, baik yang terjadi di kalangan gereja maupun masyarakat. (ag)

11 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FUNDAMENTALISME bukanlah istilah yang dikenal dalam sejarah pemikiran Islam --sampai pers Barat memakainya akhir-akhir ini. Kata-kata itu dikenal dalam perkembangan agama Kristen, tapi umurnya pun masih muda. Juga, resminya, ia bermula cuma sebagai gejala Amerika. Di tahun 1830-an dan 1840-an, di Amerika Serikat ramai dibicarakan akan datangnya Kristus kedua kalinya ke bumi. Setelah itu, akan ada perdamaian seribu tahun. Seorang petani New York, William Miller, yang kemudian jadi tersohor, meramalkan kedatangan kedua itu akan terjadi di tahun 1843. Ketika tahun 1843 tiba sonder Kristus kembali, faham itu rontok. Tapi anehnya keyakinan akan datang kembalinya Al-Masih bertahan terus. Di tahun 1872 bahkan gereja-gereja yang mendukung keyakinan itu bersatu. Gerakan ini, kata Encyclopaedia Britannica, mulai tumbuh ketika kepercayaan akan nasib Amerika memudar di antara para pemimpin Protestan. Waktu itu ditandai keresahan buruh, ketidakpuasan sosial dan menaiknya jumlah imigran dari negeri-negeri Katolik. Pada akhir Perang Dunia I, kecemasan akan merosotnya moral masyarakat mendorong kembali gerakan itu. Di tahun 1919 berdirilah World's Christian Fundamentals Association. Organisasi ini tak begitu sukses, tapi tahun 1920-an semangat yang mendasari fundamentalisme naik apinya. Ketakutan akan komunisme -- yang terus kuat dalam masyarakat Amerika -- dan juga kecemasan mendengarkan perkembangan pemikiran modernis dan liberal, menyebabkan orang-orang Kristen yang ingin kemurnian agama itu menjadi militan. Contoh yang menarik ialah pengadilan terhadap John T. Scopes di kota kecil Dayton, di Negara Bagian Tennessee. Maret tahun itu, di sana diberlakukan undang-undang yang melarang ajaran apa pun tentang penciptaan alam semesta, bila ajaran itu menyebar dari Injil. Dan Pak Guru Scopes justru mengajarkan teori evolusi Darwin di sekolah menengahnya. Ia dihukum denda, seratus dollar. Dalam pengadilan banding Scopes dibebaskan. Tapi itu cuma karena ia dianggap telah didenda kelewat banyak. Undang-undang Tennessee tahun 1925 itu juga baru dicabut tahun 1967. Nampaknya jelas, kaum fundamentalis Protestan tidak mudah digeser. Mereka telah menamakan diri "Evangelicals", atau "kharismatis", semangat mereka masih sama militansi justru karena melihat agama Kristen dalam krisis. Dan ternyata pengaruh mereka besar, seperti nampak pada penginjil Billy Graham. Salah satu ancaman yang paling mereka rasakan, bahkan sampai tahun 1981 ini, ialah pemikiran liberal dalam masyarakat Kristen: kaum liberal ini menerapkan metode ilmiah, khususnya di bidang bahasa dan sejarah, dalam mendekati Alkitab. Pandangan mereka kritis. Dan bagi kaum fundamentalis, itu berbahaya. Mereka juga melihat, seperti tulis Th. Sumartana, seorang eseis Kristen yang aktif mengikuti perkembangan sosial-historis agama, bahwa "agama Kristen semakin tak memiliki pengaruh di tengah masyarakat." Gereja sepi ditinggalkan orang. Ia tak lagi di pusat kegiatan sosial, tak lagi "menentukan hitam-putihnya masyarakat." Maka mereka pun ingin kembali kepada semangat corpus christianum, yakni suatu masa keemasan pada sejarah gereja mula-mula. "Fundamentalisme Kristen," kata Sumartana pula, "pada hakekatnya adalah suatu reaksi yang sifatnya konservatif terhadap perkembangan, baik yang terjadi di kalangan gereja maupun masyarakat." Tak mengherankan, bila arus balik konservatif yang kini terasa di Amerika -- dan mendukung Ronald Reagan ke Gedung Putih -- juga punya unsur fundamentalis yang jelas. Di bawah pimpinan pengkhotbah Jerry Falwell, yang selalu nampak membawa Injil, kaum fundamentalis ini menamakan diri "The Moral Majority," atau golongan mayoritas yang menjunjung akhlak Nasrani. Dengan kampanye US$ 5 juta untuk tahun 1980, gerakan Falwell berhasil menggeser sejumlah wakil rakyat Partai Demokrat yang progresif. Dan bulan Maret yang lalu kaum fundamentalis kembali menarik perhatian ketika mereka mencoba mengalahkan pelajaran teori evolusi Darwin di sekolah. Menamakan diri creationists, mereka mencoba melawan teori Darwin dengan argumentasi "ilmiah" -- meskipun para ahli ilmu terkemuka dengan mudah mematahkannya. Di Negeri Bagian California, di Sacramento, kaum fundamentalis ini bahkan mengajukan pengajaran teori Darwin ini ke pengadilan. Nyaris mirip tahun 1925. Semangat perlawanan mereka juga ditujukan kepada gerakan oikumenis yang diwakili Dewan Gereja Dunia. Bagi mereka, dialog dengan agama-agama lain di dunia tak bisa menggantikan "pemberitaan Injil yang menuntut pertobatan." Tak heran bila mereka giat membawa pengkhabaran ke seluruh dunia. Tentu perlu dilakukan telaah khusus, sama atau tidakkah ciri fundamentalis dalam Kristen itu dengan yang kini disebut sebagai semangat Islam fundamentalis. Tapi nampaknya lazim terjadi dalam setiap ajaran: semakin majemuk dan kompleks dunia, hingga sukar difahami dan mencemaskan, semakin keras hasrat untuk memperoleh kembali pegangan yang pasti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus