Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Yang penting kesamaan

Wawancara TEMPO dengan Dubes Australia untuk Indonesia Bill Morisson tentang hubungan Indonesia-Australia. Menurutnya, hubungan kedua negara sangat baik. Terutama Hubungan dagang dan kontak pribadi.

30 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUBUNGAN Indonesia-Australia mendingin sejak April 1986, setelah munculnya tulisan David Jenkins di koran The Sydney Morning Herald yang dianggap menghina kepala negara RI. Belakangan ada tanda-tanda es itu mulai mencair. Berkaitan dengan Hari Nasional Australia, 26 Januari ini, Susanto Pudjomartono dari TEMPO pekan lalu mewawancarai Dubes Australia di Jakarta, Bill Morisson. Nukilannya: Hubungan Indonesia-Australia, yang mencapai titik terburuk akibat berita The Sydney Morning Herald, pertengahan 1986, kini tampaknya mulai membaik kembali. Bagaimana pandangan Anda? Menurut saya, hubungan kedua negara saat ini sangat baik. Saya kira ini terutama karena hubungan dagang dan kontak pribadi yang semakin baik. Kini terdapat lebih banyak penanaman modal dan usaha patungan antara perusahaan Australia dan Indonesia terutama di bidang batu bara dan emas. Karena itu, perhatian masyarakat Australia terhadap Indonesia menaik. Dan ini membawa perubahan terhadap cara orang Australia melihat Indonesia. Di Australia ada kelompok yang disebut "konfrontasionis" dan apa yang disebut kelompok "Indonesian Lobby". Apakah kenyataan bahwa makin banyak orang Australia yang melihat Indonesia sebagai an caman - seperti terlihat dalam hasil poll TV ABC (pada 1983 cuma 15% lalu meningkat menjadi 35% pada 1986) merupakan pertanda semakin berpengaruhnya kelompok konfrontasionis? Pertama, saya tak menganggap Indonesia merupakan ancaman militer bagi Australia. Dan saya tak percaya bahwa kaum konfrontasionis dominan di Australia, apalagi di pemerintah yang berkuasa maupun kaum oposisi. Saya berkunjung ke Australia tiga bulan lalu dan saya berbicara dengan anggota Partai Buruh dari komisi hankam/luar negeri. Saya juga berbicara dengan juru bicara partai Oposisi mengenai masalah luar negeni dan komite bersama mengenai hal ini. Saya merasa dukungan yang sangat kuat dari mereka untuk memperbaiki hubungan dengan Indonesia. Hingga dapat saya katakan hubungan yang baik dan dekat dengan Indonesia didukung oleh semua kelompok partai. Apakah ini juga berarti didukung oleh seluruh masyarakat? Well kami punya masalah dengan pers. Anda 'kan tahu pemerintah Australia sama sekali tak mengontrol pers hingga pers menulis apa yang mereka mau. Problemnya adalah wartawan Australia tak dapat meliput langsung Indonesia karena tak diperbolehkan masuk Indonesia. Tapi ini 'kan kebijaksanaan pemerintah Indonesia, kami tak dapat mencampurinya. Tapi selama tiga bulan terakhir ini di sini sempat hadir wartawan Australia untuk waktu yang terbatas. Kami berharap hubungan pers akan semakin baik pada 1988 ini. Apakah perbedaan budaya dan sistem nilai kedua negara merupakan hambatan hubungan? Ya. Saya kira ketika kita mempermasalahkan soal koran tadi hal ini terasa. Sebab, kendati secara geografi kita adalah tetangga dekat, kita sangat berbeda secara budaya. Karena itu, banyak yang harus dilakukan kedua pihak untuk menjembataninya. Dan pandangan saya tentang hal ini adalah: kita tak harus selalu menerima atau sepakat dalam semua hal, tetapi kita mesti saling mengerti. Saya tak mengatakan sistem nilai Australia adalah lebih baik atau lebih buruk dari sistem Indonesia. Yang saya katakan, sistem kita berbeda dan siapa pun yang ingin mengamati hubungan kedua negara harus memperhatikan juga perbedaan-perbedaan ini. Apa kelemahan utama hubungan kedua negara? Sebenarnya tak ada kelemahan yang besar. Cuma kita tak memiliki institusi yang cukup besar sebagai jembatan. Ambil contoh dalam perdagangan. Perdagangan kedua negara relatlf kecil. Volume perdagangan bukan merupakan yang dominan bagi kedua negara. Ekspor Australia ke Indonesia sekitar 511 juta dolar Australia. Ekspor Indonesia ke Australia sekitar 310 juta dolar Australia. Ini relatif kecil kendati cukup bermanfaat dan saya kira berpotensi untuk mengembang. Yang paling penting dalam masalah ini, yakni perubahan sikap adalah kehadiran turis Australia yang nomor dua terbesar di Indonesia -- bahkan di Bali nomor satu. Lebih dari 100 ribu turis Australia datang ke Bali setiap tahun. Dulu mereka menyangka Bali bukan Indonesia, tetapi sekarang lebih banyak orang Australia yang tak cuma berkunjung ke Bali melainkan juga ke Jawa, Sulawesi, dan daerah lainnya. Jadi, ada perubahan. Dengan kata lain, hubungan Indonesia-Australia yang selalu "naik turun" merupakan tanda bahwa hubungan kedua negara sebenarnya "rapuh". Pendapat Anda? Well, rapuh adalah satu istilah. Saya kira hubungan antara dua tetangga selalu sulit. Jika ada perbedaan, selalu terasa lebih besar dibandingkan jika perbedaan itu terjadi dengan negara yang lebih jauh..Jadi, hubungan antara tetangga selalu suht. Terutama karena kita tak pernah mempunyai sejarah bersekutu dalam banyak hal. Karena itu, kita harus bekerja memelihara dan mengembangkannya. Jadi, kita menyadari ada perbedaan antara kita tetapi banyak juga kesamaan. Di situlah daerah yang harus dikembangkan. Dalam dua tahun terakhir ini, Indonesia makin mengurangi kadar kerja sama pertahanannya dengan Australia. Apakah ini indikasi menurunnya hubungan? Sepuluh tahun silam, ketika Australia menyumbangkan kapal patroli dan pesawat Nomad, memang ABRI sedang memerlukannya. Program latihan kami berikan dan kami mengirimkan perwira kami ke Indonesia untuk melakukan hal ini. Tapi sekarang ABRI telah memiliki kemampuan ini dan tak memerlukan lagi pelatih Australia. Ini adalah hal yang baik. Sebab, kami membantu agar dapat berdiri sendiri. Menurut "Dibb Report", Indonesia dianggap Autralia sebagai tetangga terpenting secara militer? Pada Perang Dunia II, tentara Jepang menguasai Kepulauan Indonesia yang digunakan untuk mengebom Darwin. Jadi, Indonesia secara strategis penting bagi Australia. Maksud saya adalah: penting bagi Australia bahwa pemerintah di Indonesia tidak memusuhi Australia. Dan kami menganggap pemerintahan Presiden Soeharto tidak mernusuhi kami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus