Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Etalase

4 Pemanja Telinga

18 Juni 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internet boleh mengubah drastis bagaimana musik didistribusikan dan diakses, dengan akibat penjualan CD kian merosot. Tapi semangat berkarya para musikus di mana pun, pada umumnya, tetap bergelora. Paruh pertama tahun ini sejumlah album baru, yang telah dan segera dirilis, masih berpotensi memanjakan penggemar musik. Berikut ini empat pilihan yang bisa dicoba.

Norah Jones
Little Broken Hearts (Blue Note, Mei 2012)

Ada kalanya orang memerlukan lagu-lagu yang diekspresikan dengan cara lain untuk menyuarakan suasana hati yang galau. Album ini bisa jadi cocok. Jones menulis lagu-lagunya setelah putus hubungan dengan pacarnya. Agak berbeda dari sebelumnya, Jones di sini sengaja memasuki wilayah lagu-lagu dengan imbuhan instrumentasi tak biasa, berkat kolaborasinya dengan produser Danger Mouse alias Brian Burton, yang cekatan memanfaatkan instrumen elektronik. Hasilnya tidak mengejutkan sekali, tapi Jones bisa membuktikan adagium bahwa lagu-lagu bagus lahir berkat pengalaman buruk penulisnya.

Flying Colors
Flying Colors (Music Theories Recordings, Maret 2012)

Wajar bila banyak yang berekspektasi tinggi terhadap band gabungan para musikus jempolan ini. Proyek ini menghimpun Mike Portnoy (drum, vokal, eks Dream Theater, Transatlantic, Adrenaline Mob), Steve Morse (gitar, eks Dixie Dregs, eks Kansas, Steve Morse Band, Deep Purple), Neal Morse (keyboard, vokal, eks Spock’s Beard, Transatlantic), Dave LaRue (bas, eks Dixie Dregs), dan Casey McPherson (vokal, gitar, Alpha Rev). Menariknya, meski sengaja "turun kelas" dari yang biasa mereka lakukan, hasilnya tak mengecewakan. Lagu-lagu di album ini memanjakan telinga dengan melodi yang mudah dicerna tapi sekaligus menyajikan aransemen dengan instrumentasi berkelas.

Pure Saturday
Grey (Labyrinth Records/Demajors, Mei 2012)

Sejak muncul sebagai band yang menjanjikan dari Bandung, Pure Saturday memainkan musik indie ala Britpop. Mereka sukses. Tapi para personelnya—Aditya Ardinugraha (gitar), Yudistira Ardinugraha (drum), Ade Purnama (bas), Arief Hamdani (gitar), dan Satria Nurbambang (vokal)—sudah mengenal grup-grup yang tergolong pionir progressive rock, seperti Genesis, Yes, dan Marillion, sejak remaja. Musik jenis itulah yang muncul di album bertemakan satu hari dalam perjalanan hidup seseorang ini. Tak banyak band yang berani meninggalkan wilayah nyamannya dengan penuh keyakinan seperti mereka.

Rush
Clockwork Angels (Roadrunner, Juni 2012)

Trio dari Kanada ini tergolong di antara sedikit band yang awet dalam sejarah rock 'n’ roll. Energi kreatifnya pun seperti tak pernah kering. Di usianya yang memasuki tahun ke-38, Geddy Lee (vokal, bas, keyboard), Alex Lifeson (gitar), dan Neil Peart (drum) masih terampil menulis lagu dan tangkas memainkannya dengan gaya dan teknik yang telah mengantarkan mereka menjadi band dengan penggemar fanatik. Album yang sudah dinanti-nanti ini memperlihatkan semua itu. Pilihan buat yang berminat: paket dari majalah Classic Rock berupa CD lengkap dengan majalah yang khusus berisi segala hal tentang Rush.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus