ENTAH sudah berapa banyak ekspedisi yang mencoba menaklukkan
Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya, yang bersalju abadi.
Ekspedisi terakhir dilakukan oleh perhimpunan penempuh rimba dan
pendaki gunung dari Bandung, Wanadri, yang berhasil mendaki
puncak-puncak Jayakesuma (Carstens Piramida, 4884 meter), Ngga
Pulu (4862 meter), Carstensz Timur dan Midden Spits yang belum
diketahui ketinggiannya.
Wanadri, dalam tim yang terdiri dari delapan orang (dua di
antaranya wanita), hampir selama sebulan berada di emperan
gunung yang bersuhu paling tinggi 4o C dan kadang-kadang minus 2
derajat Celcius. Mereka itu kebanyakan mahasiswa: Prasidi (dari
Senirupa ITB), pimpinan ekspedisi, Danardana (Dept.
Tambang/ITB), Irwanto (Astronomi/ITB), Marcus Othnil Mamahit
(Geografi & Meteorologi/lTB), Topo Sutrisno (Institut Komputer
Bandung), Agung Setyo Wicaksono (Akademi Industri logam),
Lauricke Moeliono (Antropologi/Unpad) dan dr. Ny. Tri Wahyu.
Yang terakhir itu bertindak sebagai dokter ekspedisi dan bersama
Agung Setyo bertugas pada komunikasi radio.
Persiapan dimulai sejak Maret, selain belajar lewat
literatur, latihan mendaki gunung batu terjal yang dilakukan di
Citatah, Padalarang, Jawa Barat. Latihan dingin mereka lakukan
di Bandung tengah malam meski Bandung tidaklah dingin lagi
akhir-akhir ini.
Ekspedisi memakan biaya sembilan juta rupiah, didapat dari
tidak kurang tujuh perusahaan negara dan swasta sebagai sponsor.
Perlengkapan perorangan sebagian besar berasal dari dalam
negeri, bahkan banyak yang dibuat oleh Wanadri sendiri, yang
kini telah mempunyai toko, khusus menjual peralatan mendaki
gunung. Obat-obatan yang mereka bawa mulai dari pil malaria, pil
alergi sampai ke alat pencegah kuman air. Tidak ketinggalan gas
oksigen dan masker. Beras, cuma 90 kg, dan setumpuk berbagai
makanan kaleng, keju, madu, rokok kretek, sekoteng dan tiga
botol wiski.
Badai Salju
Dan bertolaklah mereka, 19 September 1980, dengan beban
barang sebesar, 1,1 ton! Di Biak rombongan tertahan selama dua
minggu, karena surat izin pendakian belum juga diperoleh. Baru
kemudian mereka menuju Timika, lewat Jayapura. Dari Timika menuju
ke Tembagapura dengan bis, yang makan wakru 3,5 jam, dan menuju
ke mil-74 lagi selama setengah jam. Dari situ mereka naik kereta
gantung (cable car), dan tentu saja, milik PT Freeport Indonesia
Inc. yang mengusahakan penambangan tembaga di sana--menuju Etsberg.
Dan sampailah mereka di daerah danauanau. Kemah induk
didirikan di tempat ini. Jumlah rombongan membengkak menjadi 54
orang, karena selain tim inti, diperlukan tenaga untuk membawa
barang perlengkapan. Para pembawa barang ini terdiri dari
orang-orang Suku Dhani dan Ikhari. Tujuan pertama Etsberg yang
kini disebut Gunung Bijih mempunyai ketinggian 3.600 m. "Kami
tinggal selama seminggu untuk menyesuaikan suhu setempat dengan
tubuh kami," kata Prasidi.
Beberapa anggota tim memang ada yang Kejangkitan hipoksis,
yaitu terganggunya keseimbangan tubuh karena kekurangan oksigen.
Penderitanya biasanya merasa mual, lemas dan mengantuk
terus-menerus. Penderitanya diharuskan berlindung di dalam
kemah.
Penjajakan pendakian kemudian dilakukan. Hampir empat hari
lamanya mencari rute pendakian yang paling baik. Juga sekaligus
mendirikan kemah depan I dan kemah depan II.
Tanggal 13 Oktober, Topo, Lauricke, Danardana, Irwanto dan
Marcus berhasil mendaki Puncak Carstensz Piramida. Pendakian
selanjutnya Puncak Carstensz Timur dan Puncak Jaya (Ngga Pulu).
"Dan semuanya, Alhamdulillah, berjalan lancar," kata Prasidi,
walaupun pernah mereka terserang badai salju. "Tiga hari lamanya
kami tidak keluar dari tenda karena badai salju yang hebat."
Beberapa bagian dari gunung bersalju lembek. Tidak jarang mereka
harus menempuh timbunan salju selembut eskrim sampai setengah
badan.
Dan sebagai acara terakhir Topo Sutrisno melakukan pendakian
solo. Tujuannya ialah puncak Midden Spits yang tingginya belum
diketahui. Namanva dalam istilah bahasa Indonesia juga belum
diketahui. Dan Topo berhasil!
"Tetapi pendakian ini baru pendakian awal," kata Saryanto
Sarbini, Ketua Ekspedisi yang tidak ikut mendaki. "Tahun depan
kami akan mencoba mendaki yang lebih tinggi lagi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini