Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENINGGAL
Goenawan Pranyoto
Kartunis senior ini meninggal pada usia 62 tahun karena stroke di rumahnya di Gunungpati, Semarang, Senin pagi pekan lalu. Goen pernah populer dengan kartun wayang mbeling sebelum penyakitnya itu membuatnya lumpuh berkarya selama beberapa waktu terakhir. "Tak ada catatan sakit selain stroke," kata Nara Yudha, anak pertama Goen.
Goen dikenang sebagai seniman yang memajukan seni kartun di Indonesia. Wayang mbeling ciptaannya pernah menjadi rubrik tetap di media massa. Jenis kartun ini menampilkan tokoh wayang dengan cerita guyonan dan kritik sosial. Empu Kartun Indonesia, begitu Jitet Kustana, kartunis, menyebut Goen. "Ia yang membukakan jalan sehingga kartun bisa menjadi tumpuan hidup kartunis," ujarnya.
Indar Parawansa
Suami mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa ini tutup usia di Palu, Sulawesi Tengah, pada Rabu malam pekan lalu. Di akhir hidupnya, Indar Parawansa, 53 tahun, bekerja sebagai anggota staf di Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
Pemilik gelar doktor bidang lingkungan dari Institut Pertanian Bogor ini meninggal ketika sedang bertugas di Palu karena penyakit diabetes yang memang sudah lama dideritanya. Pria yang pernah mencalonkan diri sebagai Bupati Takalar, Sulawesi Tengah, pada 2012 ini meninggalkan Khofifah dan empat buah hati dari keduanya.
"Mohon hadiah Al-Fatihah untuk beliau. Dan mohon dimaafkan jika ada salah dan khilafnya beliau," tulis Khofifah ketika mengabarkan kematian suaminya itu.
PENGHARGAAN
The Act of Killing
Film yang berkisah tentang pembantaian massal oleh Anwar Congo dan teman-temannya yang antikomunis di Indonesia pada 1965-1966 ini masuk sebagai nominasi film dokumenter terbaik Academy Awards tahun ini. The Act of Killing (Jagal) disutradarai Joshua Oppenheimer asal Inggris dan dibantu, antara lain, co-director asal Indonesia yang menggunakan nama samaran Anonymous TOK.
Oppenheimer, yang saat nominasi diumumkan sedang berada di Denmark, mengatakan langsung menghubungi timnya di Indonesia tersebut. Dia mengaku tidak menyangka film besutannya itu bakal diperhitungkan dalam kompetisi film paling bergengsi. "Tapi ini merupakan awal yang baik bagi tim kami dan para pihak yang menjadi korban dalam pembantaian itu," katanya lewat New York Daily News.
The Act of Killing juga masuk daftar 10 film terbaik pilihan Time tahun lalu, selain menerima PUMA Impact Award 2013 pada November lalu di New York, Amerika Serikat.
PROMOSI DOKTOR
Moeldoko
Panglima TNI Jenderal Moeldoko dinyatakan lulus dalam sidang promosi doktor di kampus Universitas Indonesia pada Rabu pekan lalu. Sembilan penguji yang dipimpin Dr Arie Setiabudi Soesilo akhirnya memberikan nilai sangat memuaskan kepada sang Panglima, yang mempresentasikan disertasi berjudul "Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan)". Moeldoko pun menyandang gelar doktor ilmu administrasi. "Sebenarnya bisa cum laude. Tapi, karena lewat dari tiga tahun, sehingga diberi predikat sangat memuaskan," kata Arie.
Moeldoko mengaku sangat lega dan menganggap gelar doktornya sebagai buah kerja kerasnya. "Semoga ini bisa menjadi contoh buat anak-anak saya," katanya.
Sidang kelulusannya "diramaikan" bukan hanya anggota keluarga, melainkan juga sejumlah pejabat di lingkungan TNI. Ikut hadir antara lain KSAL Laksamana TNI Marsetio, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, serta mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Agum Gumelar.
"Saya berterima kasih kepada Pak SBY. Mudah-mudahan peristiwa ini punya arti dan makna serta bisa menjadi hadiah di tahun baru 2014."
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyampaikan pernyataan setelah mengenakan rompi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi dan digiring ke dalam tahanan pada Jumat dua pekan lalu. Sejumlah kalangan menilai kalimat tersangka dalam kasus korupsi proyek Hambalang itu sarat dendam.
"Sesungguhnya kami tidak hanya mengajarkan ilmu kepada mahasiswa, tapi juga membekalinya dengan moralitas."
Haryadi, mantan dosen Anas Urbaningrum di Jurusan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat atas penahanan bekas anak didiknya itu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Secara moral, Haryadi menambahkan, dia merasa ikut merasa bersalah jika ternyata Anas terbukti melakukan korupsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo