Saya tertarik dan bangga setelah membaca memoar B.M. Diah (TEMPO, 17 April 1993). Soalnya, saya menemukan banyak kesan. Antara lain, keterbukaan dan kejujuran Pak Burhanuddin dalam mengungkapkan kisahnya pada masa: kecil, muda, dan tuanya. Juga tentang perjalanan kariernya menjadi orang ''besar'' (menjadi wartawan, menteri, dan pengusaha). Bahkan di situ ditampilkan kehidupan keluarganya. Kesan lain dari memoar itu, ingatannya yang kuat. Bapak B.M. Diah dalam usia di atas umur rata-rata orang Indonesia masih mampu mengisahkan dengan jelas orang-orang yang ikut mewarnai perjalanan karier dan hidupnya. Baik itu guru, atasannya, maupun rekan seperjuangannya. Nah, salah seorang rekan seperjuangan yang disebut Bapak B.M. Diah adalah ayah saya, Raden Mas Winarno P.B. Apa yang disampaikan B.M. Diah tentang karakter atau ciri Bapak Raden Mas Winarno hampir semuanya benar. Kecuali, Raden Mas Winarno adalah bangsawan Yogya. Sebenarnya, Raden Mas Winarno adalah Bangsawan Solo. Memoar TEMPO tersebut membesarkan hati kami sebagai anak- anaknya. Setidaknya, kami memiliki bukti bahwa ayah kami tercinta seorang wartawan yang punya andil dalam masa-masa perjuangan fisik merebut kemerdekaan Indonesia. KOLONEL CKU DE. S. OETOMO Jalan Sindang Sirna 6 Bandung 40153
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini