Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Ekky Syachrudin, 66 tahun

4 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MANTAN Duta Besar RI untuk Kanada, Ekky Syachrudin, meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Selasa pekan lalu, karena serangan jantung. Menurut Firmansyah, adik Almarhum, anggota Dewan Penasihat Partai Golkar itu sempat dirawat di Rumah Sakit Pelni, Jakarta, selama satu minggu, sebelum dipindahkan ke Rumah Sakit Mitra Keluarga pada Selasa pagi. Namun, jelang menjalani operasi, ajal menjemput Penasihat Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam itu.

Ekky meninggalkan seorang istri, Titik Nurhayati, dan dua anak, Neneng Budiarti dan Jarot Budisantosa, serta dua cucu.

Suasana di rumah duka di kawasan Slipi, Jakarta Barat, bagai reuni Golkar. Tokoh-tokoh Beringin seperti Akbar Tandjung, Fahmi Idris, dan Surya Paloh datang melepas kepergian rekan seperjuangan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istri, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng, dan Dino Pati Jalal juga melayat sebelum jenazah dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.

Ekky lahir di Pandeglang, Banten, 30 Desember 1939. Sejak muda, ia sudah sebagai aktivis dan pada 4 Oktober 1965 pernah memimpin demo di depan kantor Bappenas. Ia termasuk orang yang terlibat dalam pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar di Front Nasional, Cipayung, Bogor. Tak hanya berkarier di dunia politik, Ekky pernah menjadi wartawan Indonesia Times dan reporter Radio Australia. Aktivitasnya sebagai jurnalis mengantarkan dirinya sebagai Ketua Korps Wartawan DPR (1970-1974).

Dua puluh tiga tahun kemudian, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam itu menjadi anggota DPR mewakili Golkar (1997-1999). Di era pemerintahan Abdurrahman Wahid, tokoh Golkar itu diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Kanada mulai Mei 2001 hingga 2003.

PENGHARGAAN Rosihan Anwar, 83 tahun

Wartawan senior Rosihan Anwar mendapat penghargaan Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan. Penghargaan itu diterima Rosihan di hari ulang tahun ke-40 Kompas. Pria kelahiran Kubang Nan Duo, Solok, Sumatera Barat, 10 Mei 1922, itu dinilai konsisten dalam berkarya sebagai wartawan. Karier di bidang jurnalistik ditekuninya dari bawah sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi Pemimpin Redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961).

Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Menurut Aida, salah seorang anak Rosihan, desas-desus penghargaan itu sebenarnya lama didengar ayahnya. Tapi, kata Aida, ”Bapak sih biasa saja.”


”Selama sejarah, presiden kita belum ada yang mengabulkan permohonan grasi dari terdakwa pelaku kejahatan narkotik dan obat-obatan terlarang lainnya.” —Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka acara Hari Internasional Melawan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba 2005, Selasa pekan lalu di Istana Negara.

”PKK harus sweeping dan door to door. Ini memang tantangan untuk meyakinkan masyarakat bahwa imunisasi oke-oke saja.” —Menteri Kesehatan Siti Fadila Supari seusai acara penetesan vaksin polio di Cawang, Jakarta Timur, Selasa pekan lalu.


TEMPO DOELOE

4 Juli 1918 Tsar Rusia Nicholai Alexandrovich Romanov atau Nicholas II dan seluruh anggota keluarganya dibunuh oleh kaum revolusioner Bolsyeviks. Pembunuhan ini mengakhiri sejarah kekaisaran dan dinasti Romanov di Rusia.

5 Juli 1950 Parlemen Israel, Knesset, mengeluarkan Hukum Kepulangan (Law of Return) yang memberi hak pada setiap warga Yahudi untuk kembali ke Israel. Keputusan ini menjadi salah satu hukum penting dalam Zionisme.

6 Juli 1923 Pakta Persatuan (Treaty of Union) ditandatangani antara negara Rusia, Trans-Kaukasia, Ukraina, dan Belarusia. Kesepakatan itu menjadi dasar penyatuan politik berdirinya Uni Republik Sosialis Soviet (USSR).

7 Juli 1937 Beijing jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang melakukan invasi ke Cina dan berhasil masuk ke Beijing setelah berhasil mengalahkan tentara kekaisaran Cina dalam pertempuran di jembatan Lugao.

8 Juli 1997 Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) secara resmi mengajak Cekoslowakia, Polandia, dan Hungaria, yang masih tergabung dengan Pakta Warsawa, untuk bergabung. Ketiga negara tersebut akhirnya secara resmi bergabung dua tahun kemudian dan mengakhiri eksistensi Pakta Warsawa.

9 Juli 1900 Ratu Inggris, Victoria, memberi persetujuan untuk membentuk Persemakmuran Australia dan menyatukan beberapa koloni di benua tersebut dalam sebuah pemerintahan federal.

10 Juli 1985 Kapal Rainbow Warrior milik organisasi lingkungan hidup dunia Greenpeace ditenggelamkan oleh agen dinas rahasia Prancis di pelabuhan Auckland, Selandia Baru. Sabotase itu dilakukan untuk mencegah kapal tersebut mendekati Atol Mururoa di Pasifik yang menjadi tempat uji coba nuklir Prancis. Kapal yang disangka kosong itu tenggelam bersama satu orang awaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus