Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UPAYA pemerintah melobi Putera Sampoerna agar menginvestasikan kembali dana hasil penjualan PT HM Sampoerna Tbk. ke dalam negeri sepertinya tak sia-sia. Setelah April 2005 lalu 40 persen saham keluarga Sampoerna di perusahaan itu dilego ke Phillip Morris International Inc., Sampoerna berancang-ancang mengadu nasib di bisnis jalan tol. Maklum, dana yang ditangguk Sampoerna dari penjualan itu mencapai US$ 2 miliar atawa sekitar Rp 18,6 triliun.
Setidaknya sudah sebulan terakhir ini pihak Sampoerna wara-wiri ke Departemen Pekerjaan Umum. Menteri Djoko Kirmanto mengatakan Sampoerna berminat membiayai sebagian ruas jalan tol Transjawa. Sumber Tempo di Kabinet Indonesia Bersatu mengungkapkan, Sampoerna juga berselera membeli jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) yang kini sudah siap pakai. Kabarnya, Cipularang ditawar Rp 2,3 triliun.
Djoko sendiri mengaku sudah mendengar rencana Sampoerna membeli Cipularang. "Tapi mereka belum berbicara langsung kepada saya," katanya. Bagi Djoko, rencana investasi bekas taipan kretek itu di jalan tol mana pun tidak masalah. "Ini bisnis biasa," katanya.
Orang dekat Putera Sampoerna, Eka Dharmayanto Kasih, tak membantah kabar itu. "Namun, penawaran Cipularang masih dalam tahap penjajakan," katanya. Bagi Sampoerna, investasi di jalan tol Transjawa maupun membeli Cipularang sama diminati. Di tol Transjawa, misalnya, Sampoerna juga sedang menjajaki kemungkinan membentuk konsorsium karena hampir semua ruas tol ini sudah di tangan pemenang tender atawa pemegang konsesi.
Menurut Djoko, pihaknya memang menyarankan Sampoerna bekerja sama dengan pemilik konsesi jalan tol Transjawa. Pemilik proyek jalan tol itu belum memiliki dana memadai. "Kami menganjurkan mereka kawin," kata Djoko. Namun, bila Sampoerna ingin membangun sendiri, juga tak masalah, asal mau menunggu tender jalan tol berikutnya.
Pemerintah, kata Djoko, berdasarkan peraturan yang ada, memang tak bisa memberi perlakuan khusus kepada Sampoerna. Adapun minat Sampoerna membeli Cipularang terpulang kepada PT Jasa Marga sebagai operator jalan tol ini. Sampoerna sendiri sadar hal ini. Karena itu, kata Eka, sembari mencari kecocokan dengan calon mitra, Sampoerna juga sedang menghitung nilai investasi di ruas-ruas jalan tol yang diminati itu.
Menurut Direktur Utama PT Jasa Marga, Syarifuddin Alambai, rencana Sampoerna membeli Cipularang baru sebatas omong-omong. Namun, bila ada pembicaraan lebih serius, bukan mustahil bagi Jasa Marga untuk menjual hak pengelolaan jalan tol ini. Pertimbangannya, dana hasil penjualan itu bisa menjadi alternatif pembiayaan proyek jalan tol lainnya.
Perkara harga, Syarifuddin belum mematok angka. Ia menilai, bila betul harga tawaran itu Rp 2,3 triliun, masih jauh dari perhitungan Jasa Marga. Menurut Direktur Pengembangan dan Niaga PT Jasa Marga, Frans Sunito, nilai kontrak proyek Cipularang antara Jasa Marga dan kontraktor Rp 1,58 triliun. Angka ini belum termasuk bahan konstruksi yang diadakan sendiri oleh Jasa Marga, ditambah beban bunga selama masa konstruksi. Frans memproyeksikan total investasi di jalan ini Rp 1,8 triliun.
Harga itu, katanya, hanya untuk tol Cipularang II (41 kilometer) yang pengoperasiannya diujicobakan pada 26 April lalu. Belum termasuk ruas tol Cipularang I (19 kilometer), yang jauh sebelumnya sudah selesai dibangun. Bila kedua jalan tol ini digabung, nilai investasinya sekitar Rp 2,5 triliun. "Itu baru nilai investasi, berbeda dengan harga jual," kata Frans.
Harga jual harus memperhitungkan prospek pendapatan Jasa Marga selama masa konsesi yang diusulkan ke pemerintah, yakni 40 tahun. Syarifuddin menyebutkan metode untuk menghitung harga itu discount cash flow analysis. Artinya, pendapatan yang akan diterima Jasa Marga selama masa konsesi dihitung berdasarkan harga pada saat jalan tol itu dijual.
Menurut Frans, uang yang akan diterima hingga 40 tahun nanti tentu tidak sama bila dihitung dengan nilai uang saat ini. "Makanya, ada istilah diskon dalam metode perhitungan ini," katanya. Dengan metode ini harga jual tol terpanjang di Indonesia itu bisa mencapai dua kali nilai investasi.
Metode perhitungan itu sudah memasukkan faktor interest rate of return, atau tingkat pengembalian, sekitar 16-17 persen dari nilai investasi. Namun, menurut Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Fatchur Rochman, harga jual itu tak mesti harus berpijak dari perhitungan nilai investasi.
Bagi pembeli, yang paling penting adalah proyeksi pendapatan. Karena itu, pembeli akan menghitung besarnya tarif dan lalu-lintas harian atau jumlah kendaraan yang melintas setiap hari di jalan tol itu, plus lamanya masa konsesi. "Faktor lainnya adalah risiko," kata Fatchur.
Sekalipun Cipularang sudah siap beroperasi, tak berarti nihil risiko. Dalam hal penyesuaian tarif, misalnya, meski dalam peraturan tarif tol disesuaikan setiap dua tahun, masih ada kekhawatiran di kalangan investor. Sebab, setiap kali tarif akan dinaikkan, selalu banjir kritik masyarakat sehingga eksekusinya terbata-bata. Risiko lain adalah kekeliruan memproyeksikan lalu-lintas kendaraan.
Meski tak mudah menetapkan nilai jual itu, bagi Fatchur, penjualan jalan tol yang sudah jadi merupakan alternatif untuk mempercepat pembangunan jalan tol. Maklumlah, meski sudah mulai membangun jalan tol sejak 1978, Indonesia baru punya 600 kilometer jalan tol.
Malaysia, yang baru membangun jalan tol menjelang 1990, sudah memiliki 1.500 kilometer jalan tol. Cina membangun 60.000 kilometer jalan tol, meski baru memulai pembangunan sejak satu dekade silam.
Bagi Eka, penetapan tarif awal jalan tol dan penyesuaiannya memang sangat penting untuk menarik minat investor. Seperti tarif tol Cipularang, yang rencananya pekan ini akan ditetapkan Rp 355 per kilometer, atau Rp 14.500 bila dihitung berdasarkan 41 kilometer panjang jalan tol Cipularang II. "Tarif ini terbilang murah," katanya. Karena itu, investor yang berminat membeli jalan tol harus diberi jaminan bahwa tarif dapat "disesuaikan" setiap dua tahun.
Pemerintah sendiri, kata Djoko, menjamin penyesuaian tarif itu berdasarkan Undang-Undang No. 38/2004 tentang Jalan. Prospek investasi di sektor ini juga bakal cerah karena kebutuhan jalan bebas hambatan dinilai cukup mendesak. Begitu juga tol Cipularang, diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan kendaraan 10-15 persen per tahun dari saat pembukaan.
Ketika Cipularang diujicobakan, April lalu, lalu-lintas kendaraan mencapai 20 ribu mobil sehari. Bahkan meningkat jadi 30 ribu di akhir pekan. Menurut Syarifuddin, bila ongkos tol pada saat uji coba itu bisa ditarik, uang yang ditangguk pada hari biasa bisa mencapai Rp 290 juta sehari dan Rp 435 juta sehari pada akhir pekan.
Tak mengherankan bila Jasa Marga mendesak pemerintah agar tarif tol Cipularang segera ditetapkan dalam pekan ini. Pendapatan ini pun akan terus meningkat seiring bertambahnya lalu-lintas kendaraan. Merujuk tol Cikampek, lalu-lintas kendaraannya kini mencapai 316 ribu mobil sehari dengan pendapatan Rp 1,05 miliar. Tol Jagorawi kini dilalui 340 ribu kendaraan sehari dengan pendapatan lebih dari Rp 608,5 juta.
Jadi, tak salah bila dari bisnis asap Sampoerna kini melirik bebas hambatan.
Taufik Kamil
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo