Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Kokok ayam mamak gudang

Ayam pelung hanya terdapat di desa ciwalen, kec. warungkondang, cianjur. dari desa ini, menyebar ke berbagai tempat dan banyak dimiliki orang berada.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUKUDURR . . . eluk, eluk, lak . . . ook. Itu tentu bukan suara kodok. Tapi suara Nambeng sedang menirukan kokok ayam pelung dengan sedikit-sedikit diselipi nada-nada Cianjuran. Sebab bagi laki-laki tua itu suara ayam pelung memang ada hubungan irama Cianjuran. "Kokok ayam pelung, kalau diterjemahkan kira-kira berbunyi: kukudur . . . .kukulir . . . ela . . . elu . . . anugeulis, kukudur . . . anu jangkunggalingkakalerkeun," kata Nambeng. Artinya: yang cantik, yang jangkung, yang berambut ikal, datanglah ke utara. Tak jelas apa maksudnya. Tapi menurut Nambeng, begitulah kokok ayam pelung jika sedang kesepian dan memanggil-manggil si betina. Yang pasti suara ayam jenis ini memang terkenal indah, terutama bagi mereka yang memang senang mengelus-elus ayam peliharaan. Karena itu seekor pelung bisa mencapai harga Rp 200.000, lebih-lebih karena bulu-bulunya yang warna-warni itu sedap dipandang. Menurut Nambeng, salah seorang pe ternak, ayam pelung sekarang hanya terdapat di desanya, Ciwalen, Kecamatan Warung kondang, Cianjur. Dari desa ini Iah jenis ayam ini menyebar ke berbagai tempat, bahkan turut menghias pekarangan maupun kandang rumah-rumah mewah pejabat tinggi di Jakarta. Desa Ciwalen hampir tak pernah sepi dikun jungi pemburu-pemburu pelung yan bersedia membayar dengan harga mahal. Belut Cincang Salah seorang pemelihara ayam pelung, Dahlan, mempunyai 3 ekor pelung yang disimpan dalam sangkar yang indah. "Saya membelinya tak sampai Rp 100.000," ujar Dahlan. Ketika diadakan kontes ayam pelung tahun ini, ayam Dahlan menjadi juara II. Seseorang telah menawar ayamnya seharga Rp 200.000. Tapi Dahlan tidak mau melepaskan ayamnya. "Saya sayang pada ayam tersebut," kata Dahlan sambil.menyedot pipanya dalam-dalam. Dahlan memelihara ayam pelung karena kegemaran. Tapi Nambeng, 63 tahun, selain menggemari, juga menernakkan. Menurut Ismail, pemelihara dan peternak ayam pelung lainnya di Ciwalen 60% penduduk desanya beternak ayam jenis ini. Desa Ciwalen berpenduduk sekitar 1.500 orang, dengan areal persawahan sekitar 600 ha. "Tetapi penduduk desa saya sebagian besar berpenghasilan rendah," tukas Abdurrakhman, Kepala Desa Ciwalen. Sebagian besar menjadi buruh tani dan cuma 10 % saja yang menggarap sawah miliknya sendiri. Pemilik sawah yang paling luas, cuma sekitar 2 ha saja. Kabarnya, Ciwalen dan 7 desa lainnya di Kecamatan Warungkondang adalah penghasil beras Cianjur yang wangi dan pulen itu. Sebagai penambah penghasilan, penduduk desa kemudian memelihara ayam pelung. Itu pun umumnya ayam orang lain yang dititipkan untuk dipelihara. Ismail misalnya, dari 21 ekor ayam pelung yang dipeliharanya, miliknya pribadi hanya 3 ekor. Si pemelihara seperti Ismail mendapat separuh dari hasil pembiakan ayam tersebut. Memelihara ayam pelung dengan cara melepasnya dalam kandang besar atau mengurungnya dalam kandang khusus, satu ayam satu kandang. Bahkan ada pemelihara yang membuat kandang tinggi dengan tiang, mirip rumah panggung di daerah Pasundan. Karena berada dalam kandang, jam makan ayam pelung teratur, tiga kali sehari. Setelah berumur 8 bulan, makanannya ialah dedak rebus dicampur daging belut cincang dan tulang-tulang ikan. Ayam jantan bibit, hanya boleh kawin dengan betina pelung setiap 6 bulan sekali. Satu ayam jantan harus melayani lima betina yang dibiarkan bebas di dalam kandang yang lebih luas selama kurang lebih 2 minggu. Sebulan setelah perkawinan tersebut, si betina biasanya bertelur. Tidak banyak telur ayam jenis ini. Paling banter sekitar tujuh butir telur dari setiap induk. Yang menetas juga ( ma sekitar tiga ekor. Bulunya kemilau kemerah-merahan dengan jengger meah darah di atas kepalanya. Ayam pelung juga tidak bisa berkelahi, mungkin karena keahliannya cuma "menyanyi". Berat rata-rata seekor ayam pelung dewasa sekitar 5 kg. Tasikmalaya Sebelum 1979, jumlah ayam pelung ini cuma sekitar 100 ekor saja. Tapi sejak berdirinya Hippap (Himpunan Penggemar Peternak Ayam Pelung) akhir-akhir ini, jumlahnya telah tercatat sekitar 5.000 ekor. Dengan bantuan Dinas Peternakan Jawa Barat, Hippap sudah mengadakan kontes dua kali. Yang pertama, 1979 di Cianjur. Yang terakhir di Padalarang belum lama ini. Ayam pelung, kata sahibul hikayat berasal dari eyang Suryakencana, yang dulu pernah menguasai Cianjur. Tapi ada pula cerita yang menyebut ayam pelung berasal dari Tasikmalaya. Nambeng membenarkan cerita terakhir ini. Puluhan tahun yang lalu, kau Nambeng, penduduk Desa Ciwalen banyak yang mengaji di Tasikmalaya. Di kota ini, ada seorang guru mengaji terkenal bernama Mamak Gudang. Mak Gudang mempunyai ayam pelung ini. Setelah si ayam bertelur, kemudian menetaslah tiga ekor anak ayam (dua ekor jantan danseekor betina). Mak Gudang menjualnya ke Haji Kosim dari Ciwalen. Itu terjadi di tahun 1918. Kosim membeli ayam itu dengan harga 7,5 gulden dan dibawanya ke Cianjur. Ayam tersebut kemudian dibeli oleh Haji Rais seharga 100 gulden. Ayam Haji Rais ini kemudian berkembang biak. Tahun 1930-an, ayam pelung sudah berkembang biak. Dan ayam yang bersuara indah itu dipakai oleh para santri untuk membangunkan penduduk bersembahyang subuh. Dinamakan pelung, karena kokoknya memelung auu melengkung. Tingkatan suara ayam ini bermacam-macarm. Suara yang terbaik ialah kukudur, artinya yang bersuara besar dan melengking. Lagu kokok ini juga tergantung dari kuker-nya, yaitu variasi iramanya. "Kalau mendengar kokoknya di pagi hari," kata Nambeng yang masih keturunan Haji Rais, "linu-linu tulang karena dingin pagi hari, rasanya jadi hilang."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus