Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Percayakah Anda bahwa masa kecil Obama di Jakarta dengan ayah tiri berkewarganegaraan Indonesia mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika terhadap Indonesia? 10-17 November 2010 | ||
Ya | ||
18,52% | 302 | |
Tidak | ||
79,40% | 1.295 | |
Tidak Tahu | ||
2,08% | 34 | |
Total | 100% | 1.631 |
PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama akhirnya datang ke Indonesia setelah dua kali membatalkan rencana kunjungannya. Ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan Obama ke Asia, yakni India, Indonesia, Korea Selatan, dan Jepang.
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengatakan, tujuan utama kunjungan Obama adalah terbentuknya deklarasi bersama mengenai kemitraan yang komprehensif. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika berkunjung ke Washington mengusulkan kemitraan yang lebih erat. "Obama setuju," ujar Dino di Jakarta dua pekan lalu.
Kemitraan ini menyangkut enam bidang, yakni keamanan, pemerintahan, perdagangan, energi, pendidikan, dan lingkungan hidup. Sebuah kelompok kerja akan dibentuk oleh pejabat negara di bawah menteri dan kemudian melaporkan perkembangan ke Menteri Luar Negeri. "Menteri yang akan mengevaluasi kinerja hubungan itu dan memperbaiki kekurangannya," tutur Dino.
Menurut responden hasil jajak pendapat Tempo Interaktif pekan lalu, kebijakan luar negeri Amerika Serikat tidak dipengaruhi masa kecil Presiden Obama di Jakarta. Sekitar 79,40 persen peserta jajak pendapat menganggap kedua hal itu tidak berhubungan. Sebaliknya 18,52 persen percaya bahwa politik luar negeri Obama dipengaruhi sejarah masa kecilnya.
"Kalau mempopulerkan bakso, nasi goreng, emping, kerupuk, iya. Selebihnya, ini soal untung rugi negara dan posisinya sebagai Presiden Amerika Serikat saja," kata Alang Oegie, pembaca Tempo.
Indikator Pekan Depan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi, menyatakan masih kesulitan mengusut kasus suap untuk Gayus Halomoan Tambunan dari sejumlah perusahaan besar. "Kalau mafia pajak kan harus dibuktikan. Tidak cukup hanya dengan katanya saja," ujar Ito di Jakarta. Akibatnya, muncul keraguan bahwa polisi bisa mengungkap kasus suap ini. Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengatakan, kepolisian tak bisa diharapkan lagi menangani kasus Gayus. Gayus mengaku memuluskan penerbitan surat ketetapan pajak 2001-2005 PT Kaltim Prima Coal, perusahaan batu bara di bawah PT Bumi Resources. Ia juga mengurus surat pemberitahuan pajak pembetulan untuk pengurusan sunset policy PT Kaltim dan PT Arutmin. Ia mengaku menerima imbalan dari Grup Bakrie US$ 3 juta. Grup Bakrie membantah pengakuan Gayus. Percayakah Anda bahwa kasus pajak Gayus akan diusut tuntas beserta para pengemplang pajak di belakangnya? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo