Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Masa Kecil Obama Tak Berpengaruh

22 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Percayakah Anda bahwa masa kecil Obama di Jakarta dengan ayah tiri berkewarganegaraan Indonesia mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika terhadap Indonesia?
10-17 November 2010
Ya
18,52%302
Tidak
79,40%1.295
Tidak Tahu
2,08%34
Total100%1.631

PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama akhirnya datang ke Indonesia setelah dua kali membatalkan rencana kunjungannya. Ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan Obama ke Asia, yakni India, Indonesia, Korea Selatan, dan Jepang.

Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengatakan, tujuan utama kunjungan Obama adalah terbentuknya deklarasi bersama mengenai kemitraan yang komprehensif. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika berkunjung ke Washington mengusulkan kemitraan yang lebih erat. "Obama setuju," ujar Dino di Jakarta dua pekan lalu.

Kemitraan ini menyangkut enam bidang, yakni keamanan, pemerintahan, perdagangan, energi, pendidikan, dan lingkungan hidup. Sebuah kelompok kerja akan dibentuk oleh pejabat negara di bawah menteri dan kemudian melaporkan perkembangan ke Menteri Luar Negeri. "Menteri yang akan mengevaluasi kinerja hubungan itu dan memperbaiki kekurangannya," tutur Dino.

Menurut responden hasil jajak pendapat Tempo Interaktif pekan lalu, kebijakan luar negeri Amerika Serikat tidak dipengaruhi masa kecil Presiden Obama di Jakarta. Sekitar 79,40 persen peserta jajak pendapat menganggap kedua hal itu tidak berhubungan. Sebaliknya 18,52 persen percaya bahwa politik luar negeri Obama dipengaruhi sejarah masa kecilnya.

"Kalau mempopulerkan bakso, nasi goreng, emping, kerupuk, iya. Selebihnya, ini soal untung rugi negara dan posisinya sebagai Presiden Amerika Serikat saja," kata Alang Oegie, pembaca Tempo.


Indikator Pekan Depan
Kasus mafia pajak ditangani Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia sejak Maret lalu. Namun hingga kini kepolisian belum tuntas mengusut kasus itu.

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi, menyatakan masih kesulitan mengusut kasus suap untuk Gayus Halomoan Tambunan dari sejumlah perusahaan besar. "Kalau mafia pajak kan harus dibuktikan. Tidak cukup hanya dengan katanya saja," ujar Ito di Jakarta.

Akibatnya, muncul keraguan bahwa polisi bisa mengungkap kasus suap ini. Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengatakan, kepolisian tak bisa diharapkan lagi menangani kasus Gayus.

Gayus mengaku memuluskan penerbitan surat ketetapan pajak 2001-2005 PT Kaltim Prima Coal, perusahaan batu bara di bawah PT Bumi Resources. Ia juga mengurus surat pemberitahuan pajak pembetulan untuk pengurusan sunset policy PT Kaltim dan PT Arutmin. Ia mengaku menerima imbalan dari Grup Bakrie US$ 3 juta. Grup Bakrie membantah pengakuan Gayus.

Percayakah Anda bahwa kasus pajak Gayus akan diusut tuntas beserta para pengemplang pajak di belakangnya? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus