Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Meliput kasus nur usman

Reporter bunga surawijaya, orang yang mewawancarai nur usman & paling gencar menguber berita tentang nur usman. ia diberitakan sebuah surat kabar, dicium nur usman. (sdr)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Meliput kasus nur usman
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
LAPORAN Utama TEMPO tentang Nur Usman, yang dicurigai terlibat dalam kasus pembunuhan anak tirinya, Roy Bharya, sesungguhnya memberikan kepuasan tersendiri bagi Reporter Bunga Surawijaya. Betapa tidak. Laporan itu ditulis berdasar bahan yang sebagian besar dari tangannya. Dialah wartawan pertama yanG berhasil mewawancarai Nur sebelum bekas orang kuat Pertamina itu dinaikkan ke mobil tahanan, yang akan membawanya dari kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat ke rutan Salemba. Adalah Bunga pula yang berhasil "nebeng" di sebelah sopir mobil tahanan yang membawa Nur Usman tersebut. Hebat? Itu adalah kerja hari-hari wartawan kami. Tapi, ketika sebuah surat kabar Ibu Kota menurunkan berita tentang Nur Usman dan menyebut ada seorang wanita muda yang dikenal sebagai wartawan intim dengan bekas pejabat penting Pertamina itu, Bunga menangis membacanya. Ia bukan sedih pada nasib Nur Usman. Tapi sedih pada dirinya yang ditulis dicium pada dahi oleh lelaki baya itu. "Berita itu tidak betul," isak Bunga ketika menelepon kepala Biro Jakarta Amran Nasution sehabis membaca berita itu. Bunga, 26, dalam menguber cerita Nur Usman memang agak merapat pada tokoh yang diwawancarai. Nur Usman, yang ditemui Reporter Didi Prambadi pekan lalu, juga membantah bahwa ia telah mencium dahi Bunga seminggu sebelumnya. Bunga dan Didi adalah reporter kami yang banyak meliput cerita kriminalitas. Adalah mereka yang pertama mendapat informasi bahwa Nur Usman akan ditahan Kejaksaan, begitu tersangka diserahkan polisi menyusul BAP atas tokoh itu. Segera setelah informasi itu dikonfirmasikan, maka diputuskanlah untuk menulis kasus Nur Usman sebagai laporan utama, seperti Anda baca minggu lampau. Dan, sekali lagi, Bunga memang punya andil besar dalam laporan utama itu. Lewat bisik-bisik dengan sumber-sumber polisi dan berbagai sumber lainnya, dia berhasil menggali cerita Nur Usman secara urut, mulai dari terbongkarnya keterlibatan ayah tiri Roy itu, kisah sejumlah perwira polisi yang mendapat "bingkisan", sampai cerita Jhoni Ayal tentang "gajah", yang fotokopi suratnya terlihat pada laporan utama minggu lalu. Tentu Bunga tak bekerja sendiri. Adalah Erlina Agus, yang mewawancarai Nur Usman, sehari sebelum ditahan, seperti rencana semula - 2 Agustus. Ternyata, penahanan hari itu gagal. Nur tak muncul. Informasi baru kemudian diperoleh bahwa Nur akan hadir di Polres Jakarta Pusat, Selasa pagi, persis saat-saat terakhir majalah turun ke percetakan. Karena itulah sejak paginya, Bunga sudah bersiap-siap menunggu Nur Usman di kantor Polres. Bergabung dengan TEMPO sejak 1983, sebelumnya Bunga pernah bekerja di majalah Mutiara selama setahun. Sosiolog lulusan UI ini memang lebih banyak ditugasi di kepolisian, dan dia sering berhasil - seperti halnya meliput kasus Nur Usman - berkat bantuan bapak-bapak polisi, yang percaya pada kejujuran Bunga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus