Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Meliput TKW Di Arab Saudi

Wartawan Tempo Syu'bah Asa & Musthafa Helmy menunaikan ibadah haji sambil meliput dari dekat kehidupan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi untuk bahan laporan utama. (sdr)

2 November 1985 | 00.00 WIB

Meliput  TKW Di Arab Saudi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
NAIK haji adalah ibadat, tapi bagi seorang wartawan, itu bisa juga berarti tugas. Setidaknya itulah yang dialami Musthafa Helmy dan Syu'bah Asa. Mereka berdua - meskipun dalam rombongan berbeda - Agustus dan September yang lalu berangkat ke Tanah Suci. Tapi di sana juga, di antara menunaikan ketentuan agama, mereka ternyata harus pula menunaikan apa yang ditugaskan TEMPO: melihat dari dekat kehidupan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Masalah tenaga kerja ini - yang di hari-hari ini jadi perhatian kembali bukanlah masalah yang mudah diungkap. Ini dialami segera oleh Musthafa yang ke Tanah Suci dengan undangan PT Tiga Utama. "Di Saudi," kata Musthafa, "tak ada data yang tepat untuk para hurmah itu. Data di kantor imigrasi Saudi, juga data di Departemen Tenaga Kerja, pun data di komputer KBRI di Jeddah (sebelum pindah ke Ryadh) belum bisa dijadikan jaminan". Toh Musthafa berhasil menjumpai pelbagai jenis tenaga kerja Indonesia yang hidup - tak cuma sebagai "data" - di negeri asing itu. Mula-mula sambil menjalankan ibadat di Mekkah dan Madinah. Kemudian dengan bantuan Kedutaan Besar Indonesia - khususnya dari Duta Besar H. Achmad Tirtosudiro, Atase Perburuhan H. Rustam Efendi Pane, dan Atase Penerangan H. Husni Thamrin. Syu'bah Asa, selain sebagai wartawan yang cuti, Juga tergerak untuk menelaah soal ini karena satu hal: ia harus menemukan salah seorang saudara yang hidup sebagai TKI itu, dan tak ketahuan kabar beritanya. Melalul proses yang berbelit berhari-harl, usahanya berhasil. Saudaranya itu, dalam keadaan yang menderita, ditarik kembali. Syu'bah, yang selama beberapa bulan sebelumnya merasa sedih dengan nasib banyak orang macam saudaranya itu, cenderung agar Indonesia tak meneruskan ide pengiriman TKI itu ke Arab Saudi. Tapi setelah menyaksikan lebih dekat, ia akhirnya berpendapat: yang perlu bukanlah mencegah orang ke sana, tapi melindungi mereka. Dan barangkali, dan ini jadi "tugas" pers, yang juga perlu ialah memberikan informasi yang benar tentang segala hal yang terjadi. Hingga tak ada kabar angin, impian kosong, atau ketakutan yang tak semestinya. Dalam usaha memberikan informasi yang tepat itu memang TEMPO kali ini menurunkan laporan utamanya, di tengah-tengah ramai-ramai baru tentang TKI. Soalnya, kami sendiri jadi "korban" informasi yang salah. Ini dialami A. Luqman, misalnya. Wartawan TEMPO, yang biasa dikirim ke sana kemari, itu pekan lalu berangkat ke Serang, disertai Fotografer Ismunandar. Ia ingin menemui seorang bekas tenaga kerja wanita. Menurut informasi yang diperoleh Musthafa di Arab Saudi, wanita ini pernah diperkosa oleh majikannya. Tapi apa yang didapatkan Luqman di desa di Serang ini satu tokoh lain: seorang yang, menurut pengakuan ayahnya sendiri, menderita sakit saraf sejak umur 10 tahun. Tak ada cerita perkosaan dari mulutnya. Luqman, yang, sebagaimana laiknya wartawan, tak mudah percaya, akhirnya mengecek ke beberapa tetangga dan carik desa. Mereka juga ternyata tak mendengar kabar perkosaan itu. Selama 16 jam Luqman berkeliling di daerah Serang, mengecek pelbagai kisah perkosaan, ia berkesimpulan: banyak informasi tak berdasar fakta. "Sialan," gerutu Luqman. Yang tidak sial, malah beruntung, ialah Goenawan Mohamad. Waktu ikut rombongan Presiden Soeharto dalam perjalanan ke Turki, Rumania. dan Hungaria September yang lalu, Goenawan ikut mampir di Jenewa. Di Hotel Intercontinental di sana, ia dapat "info" dari Menteri Muda Sekretaris Kabinet Moerdiono bahwa ada seorang wanita Indonesia pengasuh cucu Raja Faisal menginap di hotel itu. Goenawan mengecek, dan betul juga. Dari pertemuan dengan wanita itulah, kami dapat informasi lain yang menarik tentang nasib (kali ini nasib baik) seorang tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Laporan seluruhnya kemudian disusun oleh Susanto Pudjomartono dan Bambang Bujono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus