Si pelantun lagu Patah Hati itu pergi sudah. Penyanyi dan juga aktor berusia 63 tahun ini Selasa pekan lalu mengembuskan napas terakhirnya di Paviliun Kartika Rumah Sakit Pusat AD Gatot Soebroto, Jakarta. Penyanyi yang mengalami puncak karirnya pada tahun 1960-an ini meninggal setelah tiga bulan menderita kanker kelenjar getah bening.
Lagu seperti Patah Hati dan Pusara Cinta merupakan lagu andalannya, dan menjadikan Rachmat seorang idola yang dielu-elukan sebagai jelmaan Elvis Presley. Untuk menambah aksi panggungnya, Rachmat menggunakan topi koboi elbandito plus kacamata gelap. "Itu salah satu gaya khas penampilan Bapak yang meniru Elvis," tutur Daniel, putra tunggal Rachmat, mengenang bapaknya. Begitu populernya lagu Patah Hati sehingga—sampai akhir hayatnya—berbagai versi lagu, dari disko, jazz, dangdut, sampai versi jawaban, telah diproduksi.
Namun, popularitas Rachmat tak hanya pada lagunya. Sebagai seorang sahabat, ia juga disukai. Tak aneh jika upacara pemakamannya juga dihadiri teman artis seangkatannya seperti Lilis Suryani, Ivo Nilakresna, Hendra Cipta, Diah Iskandar, Ireng Maulana, dan Aida Mustafa. Ia dimakamkan di Pemakaman Umum Kober, Jatinegara. Begitu pula Racmat bagi artis generasi berikutnya, seperti Nia Zulkarnain dan Ozzy Saputra, yang ikut mengantar ke pemakaman.
Rachmat tercatat sebagai penyanyi pertama yang melantunkan lagu-lagu bersyair bahasa Indonesia. Rachmat juga tercatat membintangi beberapa film, seperti Tak Kan Lari Gunung Dikejar, Minah Gadis Dusun, dan Bernapas dalam Lumpur. Dalam era sinetron, Rachmat pernah menyutradarai sinetron Tuan Demang dan Wiro Sableng.
"Mungkin Tuhan lebih menyayangi Bapak, dan kami ikhlas melepasnya," ujar Daniel. Rachmat meninggalkan seorang istri, Sri Ratna Djuwita, dan seorang anak.
Hadriani Pudjiarti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini