Bekas koresponden Kantor Berita Perancis (AFP) dan Asiaweek di Jakarta, Andree, 43 tahun, Rabu pekan lalu berhasil mempertahankan disertasi doktornya di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Sekolah Tinggi Ilmu-Ilmu Sosial Paris, Perancis. Tim pengujinya terdiri dari Pierre Labrousse (ketua) dan Francoise Ceyrac Blanchard (ahli ilmu politik Indonesia) dan Marc Gaborieau (spesialis Islam di sub-kontinen India). Ia lulus dengan predikat cum laude. Dalam disertasi berjudul Islam Tradisionalis dan Kekuatan Politik di Indonesia (1965-1993) Nahdatul Ulama (NU) menghadapi bangsa modern, Andree memaparkan hubungan organisasi Islam terbesar di Indonesia itu dengan bangsanya, dengan menggunakan sejarah periode 1962-1965 sebagai latar belakang. Keputusan Situbondo untuk menarik diri dari PPP, menurut Andree, sangat tepat karena NU dapat menjalin hubungan yang lebih seimbang dengan Pemerintah. Bidang penelitian yang dipaparkan di sini menunjukkan keputusan Situbondo memberi banyak manfaat pada NU, terutama dalam bidang organisasi, pendidikan, dan ibadah. NU di bawah Abdurrahman Wahid tampak sebagai fenomena yang jarang terlihat dalam dunia Islam. Ia berhasil menunjukkan, modernisasi juga bisa muncul dari lingkungan tradisionalis. Modernisasi bukan hanya monopoli para pembaru Islam. Andree tamat sekolah bahasa di Universitas Johannes Gutenberg, Mainz, Jerman Barat, pada 1972. Tahun 1989 ia meraih master dalam bidang Ilmu Politik di EHESS dan pada 1993 memperdalam studi pergerakan Islam di India, Afrika Utara, dan Timur Tengah, di Universitas Sorbone, EHESS, dan Institut Ilmu Sosial. Ia belajar bahasa Indonesia melalui kursus di Universitas Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini