Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyelundup Bahan Bakar Minyak Pengkhianat Bangsa
Patroli Bea dan Cukai Kepulauan Riau, Tanjung Balai Karimun, berhasil menggagalkan upaya penyelundupan minyak mentah (crude oil) oleh tanker asing, MT Sakthi, berbendera Basseterre di perairan Laut Natuna. Kepala Seksi Operasi Kantor Wilayah Bea-Cukai Khusus Kepulauan Riau Andhi Pramono mengatakan kapal bermuatan kurang-lebih 700 ton itu diduga mengambil minyak mentah dari Indonesia dan akan diselundupkan ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Ini pengkhianatan terhadap negara dan mungkin sudah berulang kali terjadi. Karena itu, aparat berwenang harus mengusut tuntas kasus ini. Saya berharap pelaku penyelundupan diberi hukuman berat.
Sony Atmaja
Jalan Ciliwung-Margonda
Depok, Jawa Barat
Klarifikasi Berita ’Subsidi Pupuk’
SAYA menyesalkan berita perihal "Subsidi Pupuk" di majalah Tempo edisi 24-30 September 2012 tidak memuat isi wawancara dengan saya sesuai dengan yang saya sampaikan dan bernada memojokkan pihak lain. Berikut ini klarifikasi dari saya.
- Untuk mengatasi terjadinya spekulasi pupuk bersubsidi, saya sarankan agar gap antara harga pupuk bersubsidi dan nonsubsidi dikurangi. Caranya dengan menaikkan harga pupuk bersubsidi secara bertahap, sekitar 30 persen per tahun, dan menurunkan harga pupuk nonsubsidi juga secara bertahap. Ke depan, subsidi sebaiknya diberikan langsung kepada petani. Penjelasan ini tidak dimuat.
- Mengenai harga yang lebih tinggi daripada harga eceran tertinggi (HET), saya benarkan, khususnya pada musim tanam besar di daerah-daerah remote. Ini dalam ilmu ekonomi makro disebut deadweight welfare loss, yaitu pengeluaran negara tidak dinikmati rakyat. Saya juga membenarkan ini karena ulah distributor/penyalur. Alasannya, margin bagi distributor dipatok Rp 50 per kilogram dan pengecer Rp 75 per kg. Padahal jumlah distributor sekarang sebanyak 1.800 dan pengecer 24 ribu, sementara omzet cuma sekitar 3.000 ton per tahun, turun dari sebelumnya 12 ribu ton per tahun. Ini membuat mereka berusaha memanfaatkan peluang yang ada untuk mempertahankan jumlah keuntungan. Tapi, dalam tulisan, Tempo keliru mengutip jumlah distributor dengan volume/omzet. Ini kekeliruan fatal.
- Saya secara eksplisit sama sekali tak mengaitkan pembengkakan jumlah penyalur dengan tekanan atau katebelece pejabat mana pun. Tapi, di dalam tulisan, seolah-olah saya berpendapat demikian.
- Ada hal lain yang sama sekali tidak disinggung dalam tulisan, yaitu kegalauan saya terhadap rencana pengembangan industri pupuk anorganik/kimia dan industri pupuk bio/organik yang tidak seimbang. Pemerintah terlalu bersemangat membangun pabrik-pabrik urea baru dengan kapasitas "giant". Padahal konsumsi pupuk urea untuk tanaman pangan, misalnya, lima tahun terakhir hanya 4,5-5 juta ton per tahun.
- Ketika ditanya mengenai sistem distribusi, saya katakan saat ini kewenangan telah dikembalikan kepada holding. Dengan demikian, tanggung jawab pun sepenuhnya di tangan manajemen holding beserta anak-anak perusahaannya. Jadi jika terjadi penyimpangan harga, misalnya, manajemen yang bertanggung jawab. Kalau pemerintah tak ingin terjadi deadÂweight welfare loss, hendaknya dibentuk sistem, apabila petani membeli pupuk di atas HET, ia berhak mengklaim kepada lembaga yang ditunjuk dan segera mendapatkan penggantian. Ini pun tidak dimasukkan dalam hasil wawancara.
Dr Zainal Soedjais
Ketua Umum Dewan Pupuk Indonesia
Semua yang kami tulis sesuai dengan wawancara dengan Anda di kantor Anda di Jalan Pattimura Nomor 6-A, Kebayoran Baru, pada 11 September 2012.
-Redaksi
Tanggapan Mandiri Tunas Finance
KAMI ingin menanggapi Surat Pembaca Bapak Slamet Riyadi di majalah Tempo edisi 24-30 September 2012 dengan judul "Kecewa Layanan Mandiri Tunas Finance". Dengan ini, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf atas ketidaknyamanan Bapak lantaran pelayanan yang kurang berkenan di Cabang Kelapa Gading.
Kami telah menindaklanjuti keluhan itu dengan menghubungi Bapak Slamet Riyadi pada 14 September 2012 untuk menyampaikan penjelasan dan permohonan maaf. Buku pemilik kendaraan bermotor telah diambil pada 11 September 2012 dan Bapak Slamet Riyadi dapat menerima dengan baik penjelasan serta permohonan maaf yang kami sampaikan.
Hengki Heriandono
Corporate Secretary
PT Mandiri Tunas Finance
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo