Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Waspadai Bujuk Rayu di Mal
PERTENGAHAN Mei lalu, ibu saya, 60 tahun, berbelanja ke ITC Mangga Dua, Jakarta. Mungkin karena sendirian, dia menjadi sasaran empuk penipuan. Ketika sedang asyik melihat-lihat barang di lantai dasar mal, seorang sales promotion girl (SPG) dari produk elektro nik peralatan rumah tangga merek Aowa mendatangi ibu dan memberikan sebuah bolpoin dengan kata-kata ”ini gratis”.
Tahu-tahu Ibu sudah dikepung empat SPG yang terus-menerus berkata: Ibu beruntung, berhasil mendapat hadiah. Gempuran kata-kata penuh bujuk rayu dari keempat penjual itu membuat ibu saya bingung dan hilang akal. Sampai kemudian Ibu terbujuk mengeluarkan kartu bayar tunai dan terjadilah trans aksi senilai Rp 4,98 juta. Ibu lalu mene rima sebuah panci presto, panci penghangat makanan, dan kompor listrik. Plus semacam surat perjanjian yang menyatakan: ”Transaksi tidak bisa dibatalkan karena dilakukan dengan sadar, sehat jasmani-rohani, tanpa paksaan.” Sesampai di rumah, ibu saya mengaku saat itu bingung dan tak bisa berpikir apa-apa. Apalagi dikepung oleh empat SPG yang tak henti-hentinya mengoceh.
Kami sudah mendatangi kantor agen penjual produk Aowa itu dan menyampaikan protes. Tapi uang tetap tak bisa kembali. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Hati-hatilah jika sedang ke mal. Menghindarlah jika didekati pramuniaga yang langsung memberikan hadiah. Jangan sampai terbius bujuk rayu.
NONA
Depok, Jawa Barat
Jaringan Telkomsel Parah
HAMPIR semua daerah di Sulawesi Tengah—Kabupaten Morowali, Poso, Pa rigi, Luwuk, dan Kota Palu—mengalami gangguan komunikasi seluler, terutama pelanggan Telkomsel. Anehnya, ganggu an jaringan yang hampir setahun ini seakan dibiarkan tanpa perbaikan.
Saya sudah melapor ke kantor Grapari Palu tetapi sangat susah untuk bertemu dengan pemimpinnya. Customer services Telkomsel mengatakan gangguan tersebut disebabkan sedang ada perbaik an jaringan. Kalau demikian, mengapa sinyal Telkomsel makin hari bertambah parah?
SIDIK IBRAHIM,
Jalan Abadi 23, Palu
Terganggu Dering Esia
SELASA pagi pekan lalu, tepat pukul 03.12 pagi, telepon Wifone Esia berde ring. Saya yang sedang mengalami insomnia, dan baru berhasil tidur cepat, mendadak terbangun. Saya berharap itu bukan berita duka, mengingat telepon berdering sepagi itu.
Ternyata yang menghubungi adalah automated calls dari Esia. Dua orang, lelaki dan perempuan, bercakap memberi tahu mereka habis ”jadian”. Saya terus mendengarkan untuk memastikan apa ada kaitannya dengan Esia. Betul, terdengar kata Esia TPM. Saat saya cek daftar received calls, yang muncul adalah nomor 0141.
Ini sering terjadi, lewat telepon atau pesan pendek. Tapi baru pertama kali se pa gi itu. Mungkin Esia mengira itu waktu yang tepat karena sedang ada Piala Dunia sehingga banyak yang menonton.
Saya berharap, Esia meninjau ulang cara memberikan unsolicited marketing calls (UMC) ke pelanggan, karena dapat membuat ketidaknyamanan luar biasa. Saya tidak bermaksud menjatuhkan Esia. Saya bahkan berterima kasih dengan layanan mereka. Tapi cara mereka melakukan UMC ini sudah keterlaluan.
Hanny F. Tarore
Jalan Jeruk 4, Sawangan, Bogor
[email protected]
Wabah Dana Aspirasi Sampai Daerah
Akhir-akhir ini, topik dana aspirasi menjadi pembicaraan. ”Wabah”-nya bahkan merambah ke daerah. Di Nusa Teng gara Timur, pada 16 Juni, Fraksi Partai Demokrat DPRD Kota Kupang menyatakan, pemerintah kota setempat mengalokasikan Rp 3 miliar seba gai ”dana aspirasi” 30 anggota Dewan. Setiap anggota akan mendapat Rp 100 juta.
Dana disebutkan buat melaksanakan kegiatan pembangunan di masing-ma sing daerah pemilihan. Alasannya, ba nyak anggota masyarakat yang belum diakomo dasi pemerintah. Dana itu langsung diberikan kepada semua anggota Dewan sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah pemilihannya.
Tujuan dana aspirasi bisa jadi untuk melanggengkan posisi atau menambah keuangan pribadi dan partai. Mungkin mereka berharap terpilih kembali karena dinilai berhasil ”menyampaikan aspirasi dan membantu pembangunan”. Di sisi lain, wakil rakyat itu dapat memanfaatkan uang untuk membiayai partai atau pribadi. Di sinilah sangat berpe luang terjadi korupsi.
Andi Fachrudin
Jalan Kebahagiaan Utara 14
Makassar 90245
Bahaya Pornografi
PORNOGRAFI sudah sangat meng ancam anak-anak. Ramainya pemberitaan video porno mirip artis Luna Maya-Ariel-Cut Tari seakan membenarkan kekhawatiran itu. Masyarakat dengan mudah mengakses situs yang berbau pornografi hanya dengan modal Rp 4.000 per jam melalui warung Internet.
Mungkin inilah konsekuensi globali sasi. Hal yang dulu dianggap tabu kini menjadi konsumsi publik. Berciuman di depan umum bukan lagi masalah baru. Bahkan adegan mesum sepertinya sudah menjadi tren generasi muda saat ini.
Dalam hal ini, media seharusnya mampu meminimalkan kabar tersebut dengan tidak mengurangi isu pemberitaannya. Namun bukan berarti ikutan menayangkan cuplikan adegan porno tadi kendati telah disamarkan.
Media seharusnya mampu membuat berita yang mencerdaskan masyarakat.
Hendriwan Angkasa
Tanah Sereal, Tambora, Jakarta
Hentikan Infotainmen Penyebar Aib
AKHIR-AKHIR ini pemberitaan di Indonesia dijejali kasus video porno yang diduga dilakukan oleh Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari. Dengan kasus ini, dunia infotainmen seakan mendapat durian runtuh sehingga rating meningkat pesat. Tak cukup lewat berita, juga dikemas dalam paket-paket obrolan yang menggelitik.
Terlepas dari pelaku video porno itu mereka atau bukan, sekarang yang perlu dilakukan adalah menghentikan pemberitaannya. Jangan jadikan mereka sebagai komoditas berita dalam bentuk apa pun. Biarkan polisi yang mengusut, apakah mereka bersalah atau tidak.
Siti Umiyati
Jalan Raya Wangun Tajur, Bogor
Dana Aspirasi Jalan Terus?
MESKI pernah ditolak tujuh fraksi dan mengundang protes masyarakat, dana aspirasi yang diusulkan Partai Golkar terus bergulir. Bahkan, disetujui Badan Anggaran DPR. Dalam pembicaraan pen dahuluan penyusunan Rencana Anggar an Pendapatan dan Belanja Negara 2011, usul itu diubah menjadi ”program percepatan dan pemerataan pembangun an daerah melalui kebijakan pembangun an kewilayahan yang berbasis kepada daerah pemilihan”.
Ini sangat ironis dengan upaya meningkatkan kesejahteraan daerah perbatasan yang belum terealisasi. Untuk wilayah-wilayah itu, alokasi dananya pun belum disetujui. Selain itu, untuk mengamankan wilayah Indonesia diperlukan peralatan yang tidak sedikit dan teknologi modern. Namun hingga saat ini belum ada persetujuan penambahan dana untuk membeli peralatan militer.
Banyak pihak menilai dana aspirasi akan menyuburkan korupsi dan kolusi. Saya berharap pemerintah mempertimbangkan masalah itu. Bila pemerintah menyetujui dana aspirasi berarti memberikan peluang bagi anggota DPR untuk melakukan korupsi dan kolusi.
Arif Rahman Riyanto
Taman Anyelir, Depok, Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo