Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu sajian yang wajib dicoba ketika Idul Fitri selain ketupat adalah lepet. Seperti halnya ketupat, ternyata lepet memiliki makna filosofi yang dalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lepet adalah makanan yang disajikan saat Lebaran. Dilansir dari laman iain-surakarta.ac.id, lepet berasal dari kata ‘silep’ yang berarti ‘kubur atau simpan’ dan ‘rapet’ yang berarti ‘rapat’. Peribahasa yang terkenal tentang lepet adalah ‘mangga dipun silep ingkang rapet’ yang berarti ‘mari kita kubur yang rapat’.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panganan ini terbuat dari beras ketan dan kelapa dengan sedikit biji kacang panjang yang dibungkus dengan janur. Bentuk lepet sangat unik karena menyerupai mayat.
Lepet juga diberi tali tiga melingkar seperti pembungkus jenazah. Inilah yang mempertegas bentuknya yang menyerupai mayat. Secara filosofis, ditali tiga seperti mayat ini berarti kesalahan seyogyanya tidak menjadi dendam sampai mati.
Selain itu, lepet memiliki tekstur yang lengket. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ini adalah simbol manusia tidak luput dari kesalahan. Diharapkan dengan adanya lepet, tumbuh sifat saling memaklumi dan memaafkan kesalahan satu sama lain.
Selain muncul saat Hari Raya Idul Fitri, lepet juga muncul seminggu setelah Lebaran. Dalam budaya Jawa, dikenal adanya Lebaran Kupat atau Lebaran Ketupat yang berlangsung seminggu setelah Lebaran.
Pada momen itu, orang-orang memasak atau membeli lepet dan ketupat. Lantas, mereka mengantar dan membagikannya ke rumah tetangga dekat maupun kerabat dekat. Ini adalah upaya bersilaturahmi dan simbol meminta maaf dengan para tetangga dan kerabat.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Manisnya Lepet Jagung Khas Gresik