Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian yang dilakukan di University of Oxford menyebutkan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan abnormalitas otak jika dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi. Penelitian tersebut menganalisa perbedaan hasil Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum dan setelah terkena Covid-19. Hal ini sejalan dengan temuan lapangan bahwa mereka yang baru saja pulih dari Covid-19 merasa sedikit lebih sulit untuk melakukan tugas mental yang kompleks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berkaitan dengan hal ini, Arief Bakhtiar dosen dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) menjelaskan bahwa istilah lain untuk keadaan abnormalitas otak pasca Covid-19 adalah brain fog.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Brain fog adalah kondisi ketika seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa fokus ketika memikirkan suatu hal,” jelas Arief seperti dikutip di laman resmi UNAIR pada Kamis, 31 Maret 2022. Akan tetapi, brain fog bukanlah sebuah penyakit, tetapi gejala dari kondisi atau penyakit tertentu yang bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir dan mengingat. Gejala pasca Covid-19 juga disebut long Covid-19.
Meskipun penelitian yang dilakukan di University of Oxford menyebutkan bahwa penyusutan volume otak terjadi sebanyak 0,2-2 persen dan pengurangan tersebut terjadi pada bagian grey matter dan bagian otak terkait indra penciuman serta memori, penelitian ini belum bisa memastikan abnormalitas otak ini bersifat permanen atau tidak. Arief berpendapat bahwa keluhan brain fog bisa dikurangi dengan metode terapi oleh dokter saraf.
Pencegahan Brain Fog
Penelitian yang dilakukan di University of Oxford menyebutkan bahwa perlu penelitian lanjutan untuk melihat dampak Covid-19 pada otak secara jangka panjang. Sehingga Arief menyarankan pencegahan umum sebagai upaya pencegahan brain fog adalah dengan vaksinasi dan protokol kesehatan.
“Vaksinasi tujuan utamanya adalah untuk mengurangi respons berat dari suatu penyakit agar tidak memberikan manifestasi berat. Jadi kemungkinan juga bisa mencegah munculnya pengaruh yang berat pada otak,” jelas Arief.
Arief juga mengimbau masyarakat agar tidak panik dengan adanya brain fog ini. “Saran untuk masyarakat, jika ada info yg beredar, sebaiknya baca dulu secara detail, jangan hanya langsung baca judul lalu menyimpulkan,” pungkas Arief.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca juga: