LOMBA Peneliti Muda kali ini boleh dibanggakan. Pesertanya terdiri dari se~jumlah doktor, master, dan sarjana. Da~ri 138 peserta, pemilihan peneliti muda yang diselenggarakan LIPI dan TVRI ini ber~hasil menyaring tinggal 25 finalis. Seperti diumumkan Jumat pekan lalu, empat orang tampil sebagai pemenang. Misalnya Enny Ratnaningsih, 34 tahun, dari ITB, memenangkan gelar ter~baik di bidang ilmu pe~nge~tahuan alam. Peneliti dari UGM Yogya, Fransiska Lan~ni, menggaet gelar juara bidang kedokteran. Mahasis~wi Fakultas MIPA UI, Dewi Ika Susilawati, 24 tahun, dan peneliti LIPI Bambang Subi~yanto, 34 tahun, mun~cul sebagai juara kembar untuk kategori teknik dan reka~yasa. Bidang ilmu sosial ta~hun ini tak menampilkan juara, Lomba itu, menurut Prof Samaun Samadikun, Ketua LIPI, tampak lebih berbobot. Untuk bidang ilmu pengetahun alam, misalnya, dari 10 finalis, 7 di antaranya doktor. Demikian pula di bidang teknik dan rekayasa. Pemilihan peneli~ti muda ini terbuka ba~gi peserta berusia 20 sampai 35. Maka, Dewi Ika Susilawati bo~leh berbangga. Dia tak hanya muncul sebagai salah sa~tu pemenang, tapi ju~ga tercatat sebagai fi~nal~is termuda. Dewi melakukan ri~set tentang pe~makai~an vitamin C (asam askorbat) se~bagai penghambat pro~ses pengaratan lo~gam. Dari eks~perimen~nya di labo~ratorium Badan Te~naga Atom Nasional Serpong, Tangerang, dia mendapatkan bukti bah~wa vitamin C ini mam~pu menghambat ko~rosi, bahkan lebih ba~ik dibanding asam kro~mat yang sudah la~ma dikenal. Riset Dewi itu terasa manfa~atnya kalau dikaitkan de~ngan ongkos pena~han korosi. Harga asam askorbat hanya se~per~sepuluh asam kromat. Untuk bidang teknik rekayasa, manfaat praktis tampaknya menjadi soal penting. Ber~kat berhasil menyulap limbah kulit kayu ki~na menjadi particle board, papan pres, Bam~bang Subiyanto tampil menjadi juara kem~bar dengan si "askorbat" Dewi. Limbah berbentuk bubuk itu kini memang me~num~puk di pabrik obat kina seperti PT Kimia Farma, Bandung. Bambang, alumni Fakultas Kehutanan IPB 1982 yang meraih gelar doktor dari Uni~versitas Kyoto 1991 ini, diserahi tugas memanfaatkan limbah kayu itu. Dengan me~racik formula lem khusus, dia mulai mem~buat eksperimen. Walhasil, dia menda~patkan particle board itu. Kekuatannya bi~sa diandalkan. "Lagi pula tahan api dan an~ti rayap," ujar Bambang. Pemenang bidang kedokteran, Fransiska Lanni, dari Pusat Antar-Universitas (PAU) UGM, menampilkan penelitian Thalassemia, penyakit keturunan yang mengakibatkan sel-sel darah merah hancur. Pada kondisi yang berat, penderita harus sering menerima transfusi darah, dan pada kondisi yang lebih parah, pasien sering tak tertolong. Ia meneliti darah 107 pasien Thalassemia di Rumah Sakit Umum Dokter Sardjito, Yogya. Hubu~ngan darah antara anak-anak penderita Thalassemia dan orang tuanya dipelajari. Hasilnya, dia melihat pola khas penurunan penyakit. Pembawa bakat (bukan penderita) Thalassemia tipe B, menurut Fran~siska, mempunyai peluang besar menurunkan anak berpenyakit darah itu bila kawin de~ngan orang yang memiliki hemoglobin darah tipe E. Tak cuma sampai di situ. Fransiska, alum~ni biologi UGM yang mendapat gelar S-2 di bidang biokimia kedokteran juga dari UGM itu, mampu melihat korelasi antara komposisi darah janin dan cairan omnium pada ibu hamil. Dengan pijakan korelasi itu, Fransiska mengembangkan cara diagnosis dini penyakit Thalassemia pada janin di kan~dungan. "Itu untuk me~ngetahui kemung~kinan janin itu terke~na Thalassemia atau tidak," tutur ahli biokimia ini. Fransiska Lanni bukan sa~tu-satunya pemenang yang bernaung di bawah la~bo~ratorium bioteknologi. Ia disaingi Enny Ratnaning~sih, ahli genetika yang bekerja di PAU Bioteknolo~gi ITB. Enny membawakan makalah tentang peme~taan kromosom pada bakteri Pseudomonas aeruginosa. Enny mengakui, detail-detail material kro~mosom bakteri itu telah diungkap sejak tahun 1950-an. Sifat gen-gen yang ada pa~danya juga telah diketahui. Tapi doktor genetika lulusan Universitas Monash, Australia, itu membuat peta fisiknya, untuk me~ngetahui posisi gen-gen itu di dalam rantai kromosom. De~ngan adanya pemeta~an fisik itu, kata En~ny, gen-gen itu lebih mudah diisolasi. Be~rikutnya, transfer gen, untuk memba~ngun makhluk baru, lebih gampang dilakukan. Di bidang ilmu pe~ngetahuan alam itu, para peserta harus bersaing keras. En~ny, yang menang, sem~pat ditempel ketat oleh Antonius Su~wan~to, 33 tahun, ahli mikrobiologi da~ri PAU Biotek IPB Bogor, dan Mezak Ar~nold Ratag, 30 tahun, astronom dari La~pan, Bandung. Suwan~to, doktor lulusan University of Illinois, Amerika Serikat, membuktikan bah~wa bakteri Rhodobacter sphaeroides mem~punyai dua kromosom, bukan satu seperti yang dipercaya sampai sekarang. Sedang Mezak tampil de~ngan penelitiannya untuk memperbaiki te~ori evolusi binatang yang dikenal selama ini. Untuk kemenangan itu, Enny dan Fransiska masing-masing mendapat hadiah US$ 5.000, sedangkan Bambang dan Dewi mem~peroleh US$ 2.500 seorang. Putut Trihusodo dan Iwan Qodar H.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini