LAMPUNG ternyata berpotensi di sektor galangan kapal. Kecil-kecilan memang. Hal itu dibuktikan dengan peluncuran sebuah kapal penyeberangan yang diproduksi PT Noahtu Shipyard, yang bermarkas di Bandarlampung, pekan lalu. Ini sebuah prestasi yang perlu dicatat. Soalnya, kapal yang dibuat bukanlah semacam tongkang atau kapal tandu. KMP Rokatenda, demikian nama ferry yang dipesan Perum Angkutan Sungai dan Danau NTT ini, memiliki panjang 45 meter, lebar 12 meter, tinggi 3 meter. Kapasitas kapal bermesin rakitan lokal ini, dengan daya 1.300 tenaga kuda, juga lumayan besar. Dia bisa menampung 400 penumpang plus 21 kendaraan beroda empat. Perlu dicatat juga, sebagai pendatang baru, PT Noahtu mampu menyelesaikan proyeknya (senilai Rp 3,5 milyar) dalam waktu 11 bulan -- sebulan lebih cepat dari kontrak. Mungkin, karena itu pesanan silih berganti ke alamat PT Noahtu. Sebelumnya, perusahaan ini mengerjakan ferry yang kini dioperasikan oleh Perum Angkutan Sungai dan Danau (PASD) KalTim seharga Rp 1,5 milyar. Dan order itu direncanakan akan selesai November depan, yakni pembuatan kapal penyeberangan yang dipesan PASD Sulawesi Tengah. Kapasitas, kekuatan, dan harganya tak berbeda dengan yang baru diluncurkan pekan lalu. Tampaknya, kebutuhan akan kapal angkutan barang dan penumpang antar pulau di Indonesia setiap tahun meningkat terus. Pada tahun 1990, jumlah penumpang yang menggunakan angkutan jenis ini hanya 174 ribu orang, dan tahun 1991 naik menjadi 187 ribu orang. Pada tahun lalu juga, barang yang diangkut antar pulau naik 280%, dari 26.500 ton menjadi 100.000 ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini