Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Asesmen Pengganti Ujian Nasional Andalkan Nalar, Tak Bisa Nyontek

Metode asesmen sebagai pengganti ujian nasional membutuhkan guru dengan kemampuan nalar tinggi.

16 Desember 2019 | 06.20 WIB

Siswa melintasi pengumuman "harap tenang ada Ujian Nasional" di SMA 68, Jakarta, Senin (16/4). TEMPO/Aditia Noviansyah
Perbesar
Siswa melintasi pengumuman "harap tenang ada Ujian Nasional" di SMA 68, Jakarta, Senin (16/4). TEMPO/Aditia Noviansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Mendikbud Nadiem Makarim memutuskan mengganti Ujian Nasional dengan metode asesmen kompetensi minimum dan survei karakter mulai 2021. Patokan metode ini adalah metode asesmen Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut pengamat pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis, Indra Charismiadji, metode PISA dan TIMSS  berupa ujian dengan soal yang mengandalkan nalar. Dia menyatakan soal-soal ini bukan tipe yang bisa dijawab dengan hafalan. “Jadi, siswa tidak bisa menyontek,” ucap dia seperti dimuat Koran Tempo, Sabtu, 14 Desember 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Indra mencontohkan, soal ujian di Indonesia adalah soal yang bisa dijawab dengan menghafal.  Misalnya, satu ditambah dua, dan ditambah tiga akan menghasilkan angka berapa. Dalam soal di metode PISA, inti pertanyaannya sama, tapi dijabarkan dengan cara yang menguji nalar, seperti soal cerita.

Menurut Indra, banyak guru di Indonesia tak bisa mengerjakan soal model PISA yang dibuat kontekstual dengan masalah sehari-hari. Mereka terbiasa mengerjakan dengan banyak simbol dan angka. Ia menjelaskan, soal asesmen ini tidak harus esai, tapi berbentuk soal yang tak memiliki kunci jawaban, seperti yang sekarang ini berkembang di Indonesia.

Indra menilai metode asesmen membutuhkan guru dengan kemampuan nalar tinggi. Selain itu, Indra menambahkan, kebijakan asesmen akan percuma jika hasil PISA belum mempengaruhi pengambilan kebijakan Kementerian.

Menurut dia, mengubah ujian nasional dengan metode asesmen tidak akan serta-merta meningkatkan kemampuan siswa. “Skor PISA Singapura dan Cina bagus karena anak-anak di sana sudah belajar dengan benar,” katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus