Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Ayam gadang yang berubah ayam gadang yang berubah

Perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam sistem masyarakat matrilinial minangkabau, akibat pengaruh komunikasi dan teknologi, tokoh ibu tidak seagung yang dibayangkan selama ini. (ilm)

13 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUMATERA Barat seolah mengekspor sistem matrilinial ke negara maju. Di Eropa, seperti yang dilihat Prof. Takdir Alisyahbana, banyak anak lahir tanpa ayah hingga perlindungannya hanya bisa diberikan kaum ibu. Yang di Minangkabau dan yang di Eropa itu memang agak lain. Namun keduanya berada dalam bermacam-macam krisis dunia kini -- ekonomi, agama, politik, seni dan moral. Keduanya mengalami perubahan nilai dan sikap masyarakat masing-masing. Sistem matrilinial gaya baru itu terjadi di Eropa sebagai akibat emansipasi kaum ibu, kata Takdir. Guru besar ini melihat kemungkinan Minangkabau menyumbang bagi bangsa mana pun yang tiba-tiba menemukan diri dalam lingkungan masyarakat "matrilinial" tadi. Sistem matrilinial menjadi suatu topik dalam seminar di Bukittinggi pekan lalu. Selain Takdir, hadir lebih 150 peserta, termasuk yang dari Amerika Serikat, Kanada, Jerman Barat, Negeri Belanda, Jepang, Australia, Malaysia dan Singapura. Seminar Internasional Mengenai Kesusastraan, Kemasyarakatan dan Kebudayaan Minangkabau agak berbeda dengan sifat tiga seminar terdahulu (tahun 1968 tentang hukum adatnya, tahun 1969 tentang Islam-nya dan tahun 1970 tentang sejarahnya). Yang dulu itu suatu pendekatan nostalgia, "lebih bersifat membangkitkan harga diri orang Minangkabau," kata Dr. Mochtar Naim, tokoh penggerak seminar yang terakhir ini. Tapi seminar pekan lalu itu, menurut laporan wartawan TEMPO Muchlis Sulin, memang bertujuan mempertemukan para ahli dan peneliti tentang berbagai aspek Minangkabau. Ini suatu usaha mempercepat persiapan Universitas Andalas di Padang untuk mendirikan Fakultas Sosial Budaya. Sedang Pemerintah Daerah Sum-bar sendiri ikut berkepentingan dalam seminar ini yang hasilnya diharapkan berfaedah untuk melanjutkan proses pembangunan. Apalagi lebih 50 makalah umumnya mengemukakan soal perubahan dalam tingkah laku dan cara berpikir orang Minang. Tapi bagaimana matrilinial itu di Minangkabau sekarang? Mochtar Naim mengatakan ia melihatnya sudah berubah, antara lain akibat pengaruh komunikasi dan teknologi. Tokoh ibu tidak lagi seagung yang dibayangkan selama ini, tambahnya. Makin Melonggar "Sosok ayah makin nyata," kata A. Kadir Usman SH, dalam kertas kerjanya. Pengacara itu menyebutkan bahwa dalam Minangkabau kini terutama di kota-kota dan di perantauan, lebih menentukan ketimbang mamak dalam nostalgia lama. Ayah kini lebih leluasa menentukan siapa menantunya, katanya. Mochtar Naim sendiri mengakui terjadi perubahan begitu, meski belum secara toral menyentuh jauh ke lubuk dalam Adat Minangkabau. Di pedesaan, misalnya, dominasi masih di tangan mamak atau kaum ibu, meski jelas sudah makin melonggar. Berita lama tentang si bujang yang tidur di surau, juga tidak lagi terlihat. Mereka kini sudah lebih banyak bergabung dengan saudara yang perempuan di bawah naungan ayah. Ketika waktunya tiba anak perempuan untuk menikah, mamak tidak lagi bisa menolak. Ia lebih banyak mengangguk, bila sang ayah sudah menjatuhkan "ya". Demikian juga hal dengan warisan. Pihak kemanakan tidak banyak lagi memprotes, jika mamaknya memberikan untuk anaknya sendiri. Kenyataan begitu juga dilihat Dr. F. Von Benda-Beckman yang berbicara soal warisan harta pencaharian dan pusaka, dengan judul Ayam Gadang Toh Batalua. Dibandingkan 150 tahun yang silam, ia menyimpulkan telah terjadi perubahan yang penting dalam sistem masyarakat matrilinial Minanokabau. Ayam Gadang ditafsirkannya sebagai harta pusaka yang dapat diberikan kepada anak dengan sistem hibah. Padahal sebelumnya, warisan demikian turun dari mamak ke keponakan, menurut garis Ibu. P.E. de Josselin de Jong mengemukakan bahwa seorang laki-laki sumando, bukan hanya sekedar pejantan bagi matriclan istrinya, meski hanya pada malam hari ia tinggal di rumah gadang istrinya. Ia dapat memperoleh kedudukan dengan kekuasaan tertentu dalam matriclan istrinya sebagai wakil tungganai. Banyak Mengalah Meskipun status seorang laki-laki muda sebagian besar ditentukan oleh mamaknya, tingkah lakunya sangat dipengaruhi oleh bapaknya. Dan sudah umum pula seorang bapak membiayai sekolah anaknya. Sedangkan tidak semua harta hasil cucur-keringatnya jatuh ke tangan kemanakannya. Ada sebagian yang dihibahkannya kepada anaknya sendiri. Ini dimungkinkan oleh Hukum Islam. Jika terjadi perubahan menuju sistem patrilinial, itu jelas disebabkan meluasnya cakrawala adat, hukum adat dan masuknya berbagai unsur dari luar, misalnya agama Islam, hukum-hukum Barat, kata A. Kadir Usman SH. Adat ternyata dinilai banyak mengalah, terutama karena pengaruh agama Islam, dan itu lebih nyata dilihat dari hukum fara'idh. Dengan cepat masyarakat adat punya istilah lain untuk melindungi dirinya. Maka terkenallah alam takambang jadi guru. Yang lain menyebut adat dan syaraksanda manyanda (saling bersandaran). Syarak mengato adat mamakai (Agama mengatakan adat melaksanakan). Itu tidak bisa lain menunjukkan makin besarnya pengaruh agama dalam kehidupan masyarakat adat Minangkabau. Pengaruh dan perubahan begitu bahkan juga terlihat dari makin enggannya banyak orang Minang mendirikan rumah gadang (rumah adat). Sebab konstruksinva dinilai kurang melindungi rahasia pribadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus