Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas kesehatan masyarakat Inggris (PHE) sedang melacak keturunan dari Covid-19 varian Delta, yaitu varian Delta Plus atau AY.4.2, yang telah menginfeksi lebih banyak orang baru-baru ini di negara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur University College London Genetics Institute, Francois Balloux, menerangkan bahwa AY.4.2 merupakan varian yang langka di luar Inggris, hanya tiga kasus yang terdeteksi di Amerika Serikat sejauh ini. Secara umum pola yang sama dengan AY.4.2 belum terlihat di negara lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di Denmark, negara lain yang selain Inggris memiliki pengawasan genomik yang sangat baik, frekuensinya mencapai 2 persen, tapi telah turun sejak itu," ujar dia, Selasa, 19 Oktober 2021.
Sebelumnya, dalam unggahan akun Twitter-nya, Balloux menuliskan bahwa varian tersebut bisa 10 persen lebih menular daripada varian Delta atau AY.4 yang sudah umum di Inggris. “Karena itu, rasanya layak untuk mengawasinya," kata dia.
PHE melaporkan bahwa pada 27 September, terdapat 6 persen dari tes sekuens Inggris adalah AY.4.2. Dalam laporannya pada hari Jumat, 16 Oktober, menambahkan bahwa perkiraan bisa tidak tepat karena sulit untuk mengurutkan mutasi varian.
Jeffrey Barrett, pemimpin kelompok genomik medis di Wellcome Trust Sanger Institute, Inggris juga menerangkan bahwa AY.4.2 adalah satu-satunya keturunan Delta yang terus meningkat. “Yang menunjukkan ‘consistent advantage’ melebihi Delta,” katanya pada Selasa, 19 Oktober.
Barrett memperingatkan bahwa AY.4.2 menggantikan Delta pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada Delta menggantikan varian Alpha yang sebelumnya dominan. Varian Delta saat ini, dia menambahkan, diperkirakan sekitar 60 persen lebih menular daripada Alpha.
Sementara, mantan komisaris Badan Obat dan Makanan Amerika (FDA), Scott Gottlieb, mengatakan varian baru itu bukan penyebab kekhawatiran, tapi perlu dilakukan penelitian mendesak untuk mengetahui apakah itu lebih menular atau dapat dihindari respon imun tubuh.
"Kita harus bekerja untuk lebih cepat mengkarakterisasi ini dan varian baru lainnya. Kami memiliki alatnya," kata dia, Minggu, 17 Oktober sambil menambahkan bahwa respons global yang terkoordinasi diperlukan segera.
SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, mendapat sekitar dua mutasi baru per bulan, dan sekarang ada 56 keturunan Delta, menurut Outbreak.info dari Scripps Research, yang mencakup data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
AY.4.2 memiliki dua mutasi baru pada bagian virus yang menempel di sel manusia, yang disebut protein spike. Belum jelas bagaimana mutasi ini dapat mempengaruhi perilaku virus. “Tak satu pun dari mutasi ini ditemukan pada variants of concern lainnya,” kata Balloux lagi.
BUSINESS INSIDER | PHE | NEWS WEEK
Baca:
Kematian Colin Powell dan Cemooh Kelompok Antivaksin, Ini Jawab CDC Amerika
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.