DIBANDINGKAN dengan sang adik, Ariane IV lebih jangkung dan langsing. Tingginya 59 meter, diameter perutnya 3,8 meter. Memang sang adik Ariane V lebih kekar dan kuat (Lihat: Roket Jumbo Buat Satelit Raksasa). Tapi Ariane IV telah membuktikan keandalannya. Dalam dua tahun terakhir ia 15 kali terbang tanpa gagal. Ariane IV inilah yang ditawarkan Arianespace untuk mengantar Palapa C ke orbitnya, 36 ribu km di atas Nusantara. Palapa C sendiri, menurut rencana, masih dua tahun peluncurannya. Namun konsorsium Eropa penjual jasa peluncuran satelit tak mau keduluan pesaing. Ia habis-habisan berupaya menggaet Palapa. Untuk misi menggaet kontrak peluncuran Palapa C itu Charles Bigot, Presiden Direktur Arianespace, berturut-turut datang ke Jakarta awal Januari dan Februari silam. Ia menemui Menteri Soesilo Sudarman dan B.J. Habibie, dua tokoh yang dianggapnya berpengaruh untuk urusan kontrak, kendati kepemilikan Palapa C nantinya ada di tangan PT Satelindo, patungan antara Bimantara dan PT Telkom. Ariane IV tak sendirian merayu Palapa C. General Dynamics (AS) menawarkan pula jasa Atlas-Centaur II-nya dan Great Wall Industries Co. (Cina) menyodorkan Long March 4. ''Ketiganya memang sama-sama punya kemampuan meluncurkan Palapa C,'' ujar Taufik Akbar, Senior Engineer untuk Perencanaan dan Operasi Satelit Palapa. Roket Delta, andalan McDonnel Douglas, yang melayani 6 Palapa generasi A dan B, tak bisa turun dari persaingan ini. Sebab Palapa C berukuran besar, lebih dari 2,6 ton, dengan 32 transponder, dua kali berat Palapa generasi B. Sedangkan Delta, kendati punya rekor peluncuran bagus (delapan misi tanpa gagal dalam dua tahun terakhir), tak mampu memanggul Palapa C. Daya angkut Delta tak lebih dari dua ton. Dari segi biaya peluncuran memang Long March menawarkan harga terendah, konon hanya sekitar US$ 40 juta (Ro 80 miliar). Padahal tawaran Atlas dan Ariane sekitar US$ 75 juta (Rp 150 milyar). Namun harga murah itu tak serta-merta jadi merangsang. Sebab Great Wall tak bisa menawarkan kredit peluncuran. Sedangkan Atlas dan Ariane menjanjikan fasilitas menarik yakni "luncurkan dulu, bayar belakangan". Dan, bisa dicicil lagi. Dari segi teknis, Ariane memang menang angin dibandingkan kedua pesaingnya. Atlas dan Long March masih dihantui kegagalan. Dalam dua tahun terakhir Atlas menjalankan 7 kali misi, dua di antaranya gagal. Ada dugaan kegagalan Atlas itu gara-gara engine pada kedua roketnya. Long March lebih sial lagi. Pada kurun yang sama ia menjalankan 3 kali misi, dua gagal. Sayangnya, baik Great Wall maupun General Dynamics tak mengumumkan penjelasan teknis ihwal kegagalan itu kepada konsumen jasa peluncuran satelit. ''Kalau Atlas dan Long March bisa membuktikan kegagalan itu bukan kesalahan mereka, ada kemungkinan mereka bisa dipakai,'' ujar Taufik Akbar kepada Asikin dari TEMPO. Posisi tawar Ariane IV kini memang yahud. Namun Arianespace maunya lebih mantap lagi. Maka, ketika ketemu Habibie, Charles Bigot menjanjikan ada bonus jika Palapa C menggunakan jasa Ariane IV: sekali peluncuran gratis untuk satelit mini ukuran 50-an kg, untuk kegiatan ilmiah. ''Saya kira ini cocok untuk Indonesia yang sudah punya kemampuan membuat satelit mini,'' ujar Patrice Larcher, Manajer Pemasaran Arianespace. Ariane IV sendiri menawarkan 6 versi: sebuah roket utama susun tiga, dengan 5 konfigurasi roket pendorong (booster). Bila roket utama dibiarkan tanpa booster daya muatnya 1,9 ton. Dengan 4 solid booster kecil kapasitasnya 3 ton, dan jika 4 booster berbahan bakar cair dikerahkan daya angkutnya menjadi 4,6 ton. PTH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini