Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Antusiasme menyertai tren mobil listrik atau EV saat ini. Minat masyarakat dianggap semakin tinggi karena mobil listrik lebih ekonomis. Jika dihitung, mobil konvensional dengan BBM membutuhkan biaya sekitar Rp. 15 ribu per liter, sedangkan mobil listrik hanya Rp. 2 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, dari tingkat emisi karbon, mobil listrik dihitung-hitung mampu mereduksi emisi yang dilepaskan hingga separuh daripada yang dihasilkan mobil konvensional. Artinya, sekitar 1,2 kilogram karbon jika dikonversi menjadi per liter emisi listrik--meskipun sumber listriknya masih dari batu bara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transportasi Air
Tapi, kendaraan listrik tidak hanya mobil. Beragam kendaraan lainnya dapat dikonversi menjadi moda elektrifikasi. Perahu, misalnya. Cuk Supriyadi Ali Nandar dari Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap itu dalam Webinar Talk to Scientist yang diselenggarakan BRIN, Senin 26 September 2022.
Cuk mengatakan Indonesia adalah negara maritim, dan ada 1,4 juta kepala rumah tangga nelayan, yang 60 persen di antaranya masih sangat membutuhkan biaya BBM untuk melaut. "Sehingga perahu listrik akan menjadi solusi sekaligus menjadi tantangan riset,” katanya.
Dia memaparkan kalau riset motor listrik untuk kapal pernah dilakukan pada 2016-2019, yaitu kapal kenavigasian kelas I Kemenhub RI dengan E-Bow Thruster 160 W dan kapal kontainer 100 Teus Kemenhub RI dengan E-Bow Thruster 250 W. Berdasarkan hasil riset itu, Cuk mengungkapkan, biaya instalasi murah serta pengerjaan yang mudah.
Keuntungan lainnya adalah ramah lingkungan karena tidak menggunakan oli pelumas, serta level kebisingan dan vibrasi kecil. Dan yang tak kalah penting, Cuk mengklaim, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) lebih dari 50 persen
Dalm webinar Cuk memperlihat foto saat uji transportasi antar pulau di Batam bekerja sama dengan PLN. Juga ada perahu wisata di Kampung Karst, Maros, Sulawesi Selatan dan Wisata Tani Betet, JawaTimur. “Hal ini sekaligus sosialisasi ke warga bahwa ada perahu listrik,” katanya.
Tim UNESCO saat melakukan assessment di kawasan Wisata Karst Rammang-rammang menggunakan perahu listrik dari PLN beberapa waktu lalu. ANTARA Foto/HO-Humas PLN UIW Sulselrabar
Kendaraan untuk Disabilitas
Periset dari Pusat Riset Mekatronika Cerdas, Yukhi Mustaqim Kusuma Sya’bana, berbeda lagi. Dalam webinar yang sama dia membeberkan bahwa riset di Indonesia telah lama melakukan pengembangan sekaligus menciptakan kendaran berbasis listrik, baik untuk transportasi massal, mobilisasi individu, hingga supporting vehicle untuk penyandang keterbatasan fisik.
Dia menekankan, kendaraan listrik juga perlu untuk mempertimbangkan kemudahan akses secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Itu sebabnya dia mengembangkan redesain sepeda motor listrik bagi penyandang disabilitas dalam berniaga. “Melalui kolaborasi bersama industri, hilirisasi riset ini bertujuan agar dapat digunakan oleh masyarakat luas,” kata Yukhi.
Baterai dengan Teknologi Wireless
Bukan hanya produk kendaraannya, pengembangan baterai dan efisiensinya turut menjadi riset yang penting untuk disiapkan dalam menghadapi era elektrifikasi. Periset dari Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN, Aam Muharam, menjelaskan bahwa teknologi wireless power yang dikembangkannya akan menjadi peluang dalam menyiapkan teknologi pengisian daya masa depan.
Ia memperlihatkan cara kerja pengisian daya pada mobil listrik di mana terlihat ada lempeng pengisian berada di bawah/sasis mobil dan di sisi ground (lantai). Adanya jarak lempeng di ground dan mobil membuat ada listrik yang terbang di udara sekitarnya. “Sedang riset agar radiasi ini tidak sampai ke pengguna,” kata Aam yang sementara menambahkan plat khusus, membuat radiasi berkurang penyebarannya.
Saat pengisian daya, Aam menjelaskan, pengguna mobil listrik hanya tinggal mengikuti panduan atau prosedur yang diberikan. Dia meyakinkan kalau sistem sudah dibuat sedemikian rupa agar proses pengisian energi berlangsung dengan aman. Baik itu pada charging konvensional via kabel, maupun wireless charging.
Bedanya, ia menambahkan, kemudahan yang ditawarkan wireless charging, pengguna akan merasakan sensasi lebih. Saat parkir di area wireless charging maka proses pengisian akan berlangsung secara otomatis.
Prosedur pengisian listrik di charging station (SPKLU) juga hampir sama dengan pengisian BBM di SPBU. Ada smart card sebagai akses kunci ke sistem, berapa daya yang akan diisikan, koneksi plug ke kendaraan, lalu mulai pengisian.
Aam mengajak pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan kolaborasi riset bersamanya. Ajakan itu diperkuat oleh Budi Prawara, Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, yang mengatakan kalau upaya percepatan program kendaraan listrik di Indonesia membutuhkan dukungan riset dan inovasi.
"Penguasaan teknologi menjadi kunci agar kandungan komponen dan produk lokal dapat berkontribusi pada teknologi kendaraan listrik,” katanya saat memberi sambutan webinar. Budi juga mengajak publik menyaksikan produk riset BRIN di Indonesia Electric Motor Show (IEMS) yang akan diselenggarakan di Jakarta Convention Center, 28-30 September 2022.