Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan masker adalah protokol kesehatan masyarakat yang paling efektif mencegah Covid-19. Protokol yang satu ini mampu mengurangi kejadian penularan penyakit infeksi virus itu sebanyak 53 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stella Talic, epidemiolog dari Monash University, Australia, dan koleganya menyimpulkan itu setelah melakukan meta-analisis atas data dari 72 studi. Jumlah itu tersaring dari total 51.878 catatan yang teridentifikasi tentang ragam intervensi nonfarmasi—yang tidak melibatkan obat-obatan—dalam mengatasi serangan infeksi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian besar catatan akhirnya disingkirkan, di antaranya karena duplikasi. Tapi ada pula karena catatan lain seperti hanya berupa opini, atau hanya studi simulasi, atau desain studi yang tidak berkecukupan.
Dari hasil meta-analisis yang sama, cuci tangan pakai sabun juga diperkirakan mereduksi kejadian penularan Covid-19 sebesar 53 persen, tapi hasil ini secara statistik tidak signifikan karena hanya sedikit jumlah studinya. Sedangkan aturan jaga jarak ditemukan mampu mengurangi penularan kasus Covid-19 sebanyak 25 persen.
“Sepertinya pengendalian lebih jauh terhadap pandemi Covid-19 bergantung tidak hanya kepada luas cakupan vaksinasi dan efikasi vaksin yang digunakan, tapi juga kepada protokol kesehatan yang efektif dan berkelanjutan,” kata Talic dan timnya seperti diungkap dalam laporan mereka yang dipublikasi di Bristish Medical Journal 18 November 2021.
Studi meta-analisis ini menegaskan manfaat protokol kesehatan dalam memerangi Covid-19 yang menular melaLui kontak, droplet dan aerosol. Studi kemudian menantang mana di antara protokol kesehatan yang sudah diberlakukaN itu yang lebih efektif dan bisa lebih berkelanjutan untuk diterapkan ke depannya sebagai langkah pencegahan penularan.
Studi juga mendapati manfaat besar dalam reduksi angka kematian di negara-negara yang memberlakukan lockdown, seperti Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Cina. Meski begitu, lockdown total dipandang tak bisa berkelanjutan karena melumpuhkan kehidupan soSial dan juga denyut perekonomian.
“Riset lebih jauh dibutuhkan untuk menentukan efektivitas protokol kesehatan masyarakat setelah cakupan luas vaksinasi bisa dipenuhi,” bunyi bagian lain dari kesimpulan studi Talic dkk.
NEW SCIENTIST, BMJ
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.