Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Epidemiolog UNAIR: Kekebalan Tubuh Orang Indonesia Tergolong Tinggi

Pakar Biostatistika Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR Windhu menyebut kekebalan tubuh orang Indonesia tergolong tinggi. Mengapa?

24 Mei 2022 | 19.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga berolahraga tanpa mengenakan masker saat car free day di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu, 22 Mei 2022. Meski sudah boleh lepas masker, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengimbau pengunjung car free day tetap membawa masker jika suasana sangat ramai. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Biostatistika Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) Windhu Purnomo menyebut kekebalan tubuh orang Indonesia tergolong tinggi. Itu terbukti dengan sero-prevalence survey oleh pemerintah dengan sejumlah universitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Windhu menyatakan pada November hingga Desember 2021, diadakan sero-prevalence survey untuk melihat berapa persen masyarakat yang memiliki kekebalan terhadap virus Covid-19. Hasilnya, persentase menunjukan angka yang tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hasilnya, hampir 86,6 persen penduduk Indonesia sudah memiliki kekebalan tubuh. Dan itu didapatkan dari orang yang sudah melakukan vaksinasi dan terbentuknya kekebalan tubuh karena infeksi dari virus Covid-19,” katanya seperti dilansir dari laman resmi UNAIR pada Selasa, 24 Mei 2022.

Pada Maret 2022, sambung Windhu, sero-prevalence survey kembali diadakan. Khusus untuk Pulau Jawa. Hasilnya, sebanyak 99,2 persen penduduk memiliki kekebalan terhadap virus Covid-19.

Hasil tersebut menjelaskan mengapa kondisi epidemiologi di Indonesia sangat baik. Windhu mengatakan aspek tersebut menjadi dasar pemerintah untuk melonggarkan kebijakan penggunaan masker di luar ruangan.

“Namun, apakah momennya tepat? Kalau menurut saya biasanya kan tren pelonjakan kasus baru jelas banget setelah empat minggu pasca Lebaran atau libur panjang,” katanya.

Jadi, kata dia, semestinya pemerintah perlu menunggu empat minggu untuk melihat apakah terjadi pelonjakan kasus Covid-19. Meski begitu, Windhu memprediksi kondisinya akan terus membaik dan tidak ada lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan. Dia menyebut kebijakan melonggorkan penggunaan masker di luar terbuka akan lebih tepat dilaksanakan pada akhir Mei atau awal Juni 2022.

“Sehingga, kalau saran saya sebetulnya kebijakan tersebut dilaksanakan empat minggu pasca Lebaran atau pada akhir bulan Mei maupun awal bulan Juni,” pesannya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus