Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Aceh Besar – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menginisiasi pelestarian gua yang menyimpan bukti tsunami purba di Aceh. Gua yang terletak di Meunasah Lhok, Kabupaten Aceh Besar, dikenal oleh warga setempat dengan nama Gua Ek Lentie. Keberadaan gua tersebut pernah ditulis majalah Tempo dalam laporan khusus 10 tahun tsunami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rapat membahas agenda pelestarian gua purba itu berlagsung di Aula kantor BPBA, Senin 28 Mei 2018. Rapat ini dihadiri sekitar 50 orang ini berasal dari lintas sektor antara lain dinas Asisten II Pemda Aceh Besar, Dinas ESDM Aceh, BMKG, TDMRC, BPBD Aceh Besar, BPN, forum PRB, RAPI, Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh dan awak media.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala pelaksana BPBA Teuku Ahmad Dadek mengatakan, penemuan gua endapan tsunami di Meunasah Lhok, merupakan penemuan penting untuk memperkaya kajian tsunami. Menurut dia, Aceh menjadi tempat paling bagus untuk pembelajaran tsunami, dan menjadi laboratorium untuk memperkuat pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di masyarakat, sehingga penemuan ini perlu didorong dalam pelestariannya.
"BPBA akan menganggarkan dana untuk mendorong ini di RKA 2019," ujar Dadek.
Ahmad Dadek menambahkan BPBA juga telah menginisiasi agar gua purba tsunami ini bisa menjadi situs sejarah tsunami. Dengan menyurati Sekda Aceh Besar dan memberikan telaah kepada Gubernur untuk menginstruksikan kepada Pemda Aceh Besar untuk segera membereskan kepemilikan lahan di sekitar gua. "Kami memberikan telaah kepada Setda Aceh Besar agar mengeluarkan SK penetapan kawasan dan melalukan pembebasan tanah."
Ahmad Dadek juga berharap agar nantinya gua tsunami purba selain dijadikan tempat pendidikan juga menjadi lokasi kunjungan wisata tsunami. "Akan kita wujudkan Geopark untuk pelestarian gua ini," katanya. Namun yang paling penting lagi adalah membangkitkan kesiapsiagaan di masyarakat untuk mengurangi korban jiwa.
Nazli Ismail dari TDMRC Universitas Syiah Kuala memaparkan hasil penelitian lembaganya mengenai gua tsunami purba tersebut. Dia mengatakan telah melakukan penggalian untuk melihat sejarah tsunami mulai dari 7.400 tahun lalu, hingga kejadian tahun 2004. Di mana terdapat endapan-endapan tanah yang berasal dari gelombang tsunami dan kotoran kelelawar yang hidup di gua.
Di akhir paparan Nazli berharap agar gua ini dijadikan tempat wisata dan dibangun tugu situs sejarah. “Tidak ada salahnya juga di sini dibangun tugu patahan sumatera di patahan Lamtamot," ujar peneliti kebencanaan tersebut.
Baca juga: Siap-siap Menghadapi Tsunami Data
Simak artikel menarik lainnya tentang tsunami hanya di kanal Tekno Tempo.co.