Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Hadiah, untuk si mungil dan si rusa

Dep. perindustrian memberikan penghargaan kepada 11 kelompok penemu teknologi tepat guna. mereka membuat alat-alat yang berhubungan dengan sektor pertanian a.l: alat pemipil jagung, alat pengering cengkih. (ilt)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMBARI meresmikan gedung departemennya yang baru, bertingkat 22 dan bernilai hampir Rp 17 milyar, Menteri Perindustrian Ir. Hartarto juga membagi-bagikan hadiah. Selasa 26 Juli lalu, sebelas kelompok, enam di antaranya dari lembaga pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kecipratan rezeki. Mereka dinilai telah menemukan teknologi tepat guna. Atau, lebih jelas, "berhasil menginovasikan atau memodifikasikan produk atau proses teknologi yang langsung bisa dimanfaatkan." Inilah untuk pertama kalinya Departemen Perindustrian memberikan hadiah semacam itu. Jenis temuan yang mendapat penghargaan memang memperlihatkan keragaman minat para penemunya. Lima temuan berhubungan langsung dengan sektor pertanian. Yaitu mesin pengupas kedelai, alat pemipil jagung, alat pengering cengkih, alat pengering hasil pertanian bertenaga matahari, dan pembuat urea gelintiran. Di samping itu terdapat mesin bubut sederhana, stasiun bumi kecil, dapur kupola kecil, kendaraan bermotor niaga sederhana, pembuatan baja tahan aus, dan stasiun bumi kecil mobile trantsportable. Dengan penghargaan ini, "pemerintah bermaksud merangsang usaha mencari atau menginovasikan teknologi yang segera bisa berguna untuk membantu kelancaran pembangunan," ujar Hartarto kepada TEMPO. Dengan wajah berseri-seri, menteri menyalami para penemu yang -- kecuali seorang wanita yang hadir mewakili -- lengkap berjas dan berdasi. Rata-rata penemu berusia antara 30 dan 45 tahun. Sebagian besar sarjana, yang bekerja atau membuka usaha sendiri, di samping karyawan balai penelitian pemerintah. "Mungkin hanya kami yang drop out," kata Sandjojo, 30 tahun. Bersama rekannya Rachim Ry, 32 tahun, Sandjojo membuat alat pemipil jagung yang diberi nama "Pipil Mungil." Ide membuat "mesin" ini terbit di kepala Rachim ketika ia berada di Baraboo, negara bagian Wisconsin, Amerika Serikat, 1977. Pergi ke sana untuk mempelajari bisnis perkakas pertanian, jebolan SMA Bandung ini terpesona melihat seorang petani memipil jagung dengan mesin manual kecil. Lima tahun kemudian, seraya mengelola perusahaan pengadaan alat pertanian yang dinamainya PT AR Sains, Rachim meminta Sandjojo menggambar alat tersebut. Bersama seorang teman lagi, Alamsyah, mereka menciptakan semacam alat sederhana dari pipa pendek, dengan lekuk-lekuk di tengahnya. Dalam suatu kesempatan menawarkan pengetes tanah (soil tester) ke Bina Graha Sandjojo sekaligus menjual gagasan pemipii jagung itu. Presiden tertarik. Apalagi kemudian terbukti, ayah Sandjojo, Almarhum Sudibyo Putih, dulunya satu batalyon dengan Pak Harto. Presiden segera memesan 5.000 unit, antara lain untuk panen raya jagung di Nusa Tenggara Timur. "Bulog juga ikut membeli," ujar Rachim Ry. Dengan harga Rp 65.000 per unit, alat ini mampu menghasilkan 50 kg jagung pipilan dalam 1 jam. Apa bedanya dengan alat tradisional dan ciptaan kaum tani yang juga banyak dijumpai di pedesaan? "Mesin kami tidak merusak lembaga," sahut Sandjojo. Maka hasil pipilan mesin mereka, yang diberi nomor model ARS 2002 (karena didemonstrasikan di depan Presiden pada 20 Februari 1982), bisa dijadikan bibit. Meski tak dijual kepada umum -- hanya melayani pesanan pemerintah -- sudah 12.000 unit "Pipil Mungil" yang dibuat PT AR Sains. Berbeda dengan temuan Ir. Wibisarto dari Balai Besar Industri Logam & Mesin, (BBILM), Bandung, yang pemasarannya belum bisa dipastikan. Kepala Seksi Teknik Mesin BBILM ini mendisain "Rusa 1". kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) kategori II, dengan daya angkut 2,5 ton. Menggunakan mesin diesel 2.500 cc produksi PT Bosma Bisma Indra, Surabaya, inilah "mobil pertama yang dibuat berdasarkan mesin hasil industri dalam negeri." Mobil ini menggunakan sistem pendinginan udara. Kecepatan maksimalnya 82 km per jam. Memang agak lambat. "Tetapi di tanjakan, kecepatan itu tetap bisa dipertahankan," ujar Wibisarto, yang sudah tiga kali membawa "Rusa 1" pulang balik Bandung-Jakarta. Sudah sejak April 1981, Wibisarto mendapat perintah lisan atasannya, merealisasikan proyek KBNS. September tahun itu surat resmi keluar, sekalian dengan dana resmi Pada 26 Februari 1982, model pertama dipamerkan di arena Pekan Raya Jakarta. "Rusa 1 memang belum memuaskan saya," ujar Wibisarto, yang dibantu asistennya, tiga sarjana muda teknik. Itulah sebabnya ia merancang "Rusa 2", dengan tujuan meningkatkan akselerasi, dengan mengganti gearbox. "Mudah-mudahan lebih baik," katanya. Penggemar gokart itu mengeluh akan sulitnya sarana pengukuran dan uji coba model kendaraan di Indonesia. Di samping plaket dan piagam penghargaan, Wibisarto belum tahu, hadiah apa lagi yang bakal diterimanya. Untuk kelompok swasta memang ada hadiah perangsang, uang tunai Rp 500 ribu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus