Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Hasil Studi Fosil di Israel Memperumit Silsilah Nenek Moyang Manusia

Tim peneliti di Israel mengidentifikasi nenek moyang baru Neanderthal berdasarkan temuan fosil di tambang semen. Dianggap menjawab misteri.

26 Juni 2021 | 16.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilmuwan Israel temukan fosil manusia purba. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Satu kelompok manusia purba, berdasarkan studi fosil, diketahui pernah hidup di wilayah yang kini didiami bangsa Israel selama ratusan ribu tahun. Tak pernah dikenal sebelumnya, kelompok ini sempat hidup berdampingan dengan manusia modern, dan keduanya diduga telah berinteraksi dan saling belajar keterampilan satu sama lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim penelitinya meyakini jenis manusia purba yang baru ditemukan itu adalah nenek moyang Neanderthal (Homo neanderthalensis), yang belakangan menjelajah benua Eropa dan Asia Barat. Jika apa yang diyakini para peneliti itu benar, berarti Neanderthal berkembang dari Asia Barat, bukan asli Eropa seperti yang selama ini diduga banyak ahli.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fosil sisa-sisa dari manusia purba atau kerabat manusia itu ditemukan di Nesher Ramla di Israel, dalam sebuah tambang milik sebuah pabrik semen. Situs arkeologis dalam tambang itu segera diproteksi untuk memungkinkan identifikasi dan ekskavasi dilakukan pada 2010 dan 2011 lalu. "Situs itu sendiri kini telah hilang," kata Israel Hershkovitz dari Tel Aviv University, Israel, anggota tim.

Fosil yang ditemukan terdiri dari tengkorak bagian atas dan tulang rahang yang hampir utuh. Mereka meyakini tulang-tulang itu berasal dari individu yang sama meski belum jelas kelaminnya karena sebagian besar tulang-tulang yang bisa membedakannya tak ditemukan. "Tapi kami bisa katakan ini adalah dewasa muda berdasarkan gigi-giginya," kata Rachel Sarig, anggota tim peneliti, juga dari Tel Aviv University.

Sedimen di mana tulang-tulang itu ditemukan diketahui berasal dari masa 140-120 ribu tahun lalu. Itu mendekati periode kemunculan nenek moyang manusia di Afrika, saat mereka sudah melakukan invasi ke luar: spesimen Homo sapiens dari masa 210 ribu tahun lalu telah ditemukan di Yunani, dan sebuah populasi kelihatannya lebih mapan ada di wilayah Israel yang berasal dari masa setidaknya 177 ribu tahun yang lalu.

Tapi, H. sapiens bukanlah satu-satunya kerabat manusia: Eropa dan Asia Barat adalah rumah bagi Neanderthal, sementara Asia Timur menjadi rumah kelompok yang masih berkerabat yang disebut Denisovan.

Untuk mencari tahu dari kelompok yang mana pemukim di Nesher Ramla, tim penelitinya memperbandingkan bentuk tulang yang ditemukan dengan sisa-sisa milik spesies-spesies kerabat manusia itu. Mereka menuang hasil studinya ini dalam jurnal Science yang terbit 25 Juni 2021.

Situs ekskavasi Nesher Ramla di Israel. dok.Israel Hershkovitz

"Sangat mudah untuk mengatakan kalau ini bukanlah Homo sapiens,” kata Hila May, anggota tim peneliti dari kampus yang sama. "Tengkoraknya rendah dan rata, ketimbang lengkung dan tinggi. Tulang rahangnya juga minim dagu yang menjadi karakter dari spesies kita."

Tapi, ciri-ciri itu juga tak mudah untuk disamakan dengan kelompok kerabat manusia yang lain. Untuk beberapa bagian fosil tulang rahang, misalnya, mirip dengan Neanderthal tapi untuk bagian yang lain lebih mirip dengan kerabat manusia yang hidup lebih awal di zaman prasejarah.

Tulang-tulang dari Nesher Ramla bergabung dengan beberapa fosil sulit diklasifikasi yang pernah ditemukan. Di dalamnya termasuk tulang belulang dari situs ekskavasi Qesem, Zuttiyeh dan Tabun di Israel, serta dari Atapuerca di Spanyol sebelah utara. Hershkovitz mengatakan ada pula spesime-spesimen dari Cina dan India yang masuk dalam daftar ini.

Dia dan anggota tim peneliti lainnya di Nesher Ramlah berkukuh seluruh tulang temuan mereka haruslah dipandang sebagai satu kelompok baru kerabat manusia yang hidup di Asia Barat antara 420-120 ribu tahun lalu. "Spesies dari Nesher Ramla adalah residu atau yang bertahan dari sumber populasi itu," kata Sarig.

Tim peneliti belum memberi nama sebuah spesies seperti Homo neanderthalensis, dan hanya menyebutnya 'Nesher Ramla Homo'. Menurut Mirjana Roksandic dari the University of Winnipeg di Manitoba, Kanada, itu menunjukkan kehati-hatian tim peneliti. "Karena butuh diskusi lebih banyak untuk bisa menyebutnya sebagai spesies."

Tim penelitinya berargumen, adanya kemiripan bagian fosil menunjukkan Nesher Ramla Homo adalah moyang dari Neanderthal. Atas dasar ini mereka ingin mengoreksi silsilah bahwa Neanderthal berevolusi dari kerabat manusia yang lebih purba di Eropa. Sebaliknya, Neanderthal berasal dari Asia Barat sebagai subkelompok Nesher Ramla Homo, kemudian masuk ke Eropa saat iklimnya memungkinkan.

Roksandic tidak terlalu yakin dengan keyakinan itu. Menurutnya, dari bukti yang sama yang diajukan tim peneliti itu, bisa saja perjalanan ke Eropa adalah perjalanan pulang dari Neanderthal. Dalam hal ini Nesher Ramla Homo keturunan Neanderthal.

Alasan lain yang digunakan Hershkovitz dkk adalah misteri Neanderthal yang hidup di Eropa timur 124 ribu tahun lalu memiliki beberapa DNA H. sapiens yang hidup 80 ribu tahun sebelum ada manusia modern. Misteri itu bisa dipahami jika manusia modern kawin dengan Nesher Ramla Homo in Asia barat dan keturunannya kawin silang lagi dengan Neandhertal di Eropa.

Ilustrasi manusia Neanderthal. arthursclipart.org

Nesher Ramla Homo juga bisa menerangkan fosil aneh dari goa Skhul dan Qafzeh di Israel. Ada yang mengklasifikasikannya sebagai H.sapien padahal fosil-fosil itu tidak mirip manusia atau kerabatnya. Hershkovitz dan timnya menduga itu sebenarnya keturunan dari perkawinan antara H. sapiens dan Nesher Ramla Homo.

Ada dugaan juga kalau Nesher Ramla Homo dan H. sapien saling berinteraksi berdasarkan bukti temuan alat yang sama yang diduga digunakan masing-masing. "Kemungkinan ada proses belajar dari satu kepada yang lain, tapi kami tidak tahu...siapa yang belajar ke siapa," kata Yossi Zaidner dari Hebrew University of Jerusalem, anggota tim peneliti.

NEW SCIENTIST | SCIENCE

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus