Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Hewan Berkomunikasi Saat Berinteraksi

Otak hewan akan saling berkorelasi, paling menonjol dalam rentang osilasi saraf frekuensi tinggi.

27 Juni 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika melakukan interaksi sosial, manusia berkomunikasi, baik secara verbal maupun dengan bahasa isyarat. Akibat satu orang mengambil isyarat sosial dari orang lain, terjadi modulasi perilaku berdasarkan isyarat tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Studi terbaru menunjukkan hal serupa terjadi ketika hewan terlibat dalam interaksi sosial alami. Bahkan aspek perilaku sosial hewan dapat diprediksi berdasarkan pengamatan saraf. Temuan ini ditulis dalam dua makalah terpisah yang diterbitkan dalam jurnal Cell, pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Model hewan sangat penting untuk dapat mempelajari fenomena otak pada tingkat yang biasanya tidak dapat kita lakukan pada manusia," kata Michael Yartsev, penulis senior dalam salah satu makalah dari Departemen Bioteknologi di University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Dalam studi ini, obyek penelitiannya adalah kelelawar dan tikus. Kelelawar dinilai sangat sosial dan secara alami hidup di lingkungan sosial yang sangat kompleks. "Mereka adalah model bagus untuk menjawab pertanyaan ilmiah penting tentang perilaku sosial dan mekanisme saraf yang mendasarinya," ucap Yartsev.

Penulis senior makalah lain, Weizhe Hong dari Departemen Biologi Kimia dan Neurobiologi di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, mengatakan, jika otak diibaratkan kotak yang menerima input, ia akan memberikan semacam output sebagai respons.

"Mempelajari interaksi sosial seperti mencoba memahami bagaimana output dari satu kotak memberikan input ke yang lain dan bagaimana kedua kotak itu bekerja sama dan membuat lingkaran," kata Hong. "Penelitian kami pada tikus memungkinkan kami mengintip ke dalam kotak-kotak ini dan melihat lebih dalam."

Studi sebelumnya menunjukkan aktivitas saraf pada manusia menjadi disinkronkan selama interaksi sosial dengan teknologi fMRI dan EEG. Studi ini menemukan, ketika dua orang berinteraksi, struktur di otak mereka secara bersamaan memecahkan kode dan merespons sinyal dari orang lain.

Tim Berkeley memantau kelelawar selama 100 menit saat mereka terlibat dalam berbagai interaksi sosial alami, seperti perawatan, perkawinan, dan pertempuran. Kelelawar difilmkan dengan kamera berkecepatan tinggi. Perilaku dan interaksi spesifik mereka ditandai dengan cermat.

Ketika ini terjadi, para ilmuwan menggunakan teknologi bernama elektrofisiologi nirkabel, yang secara bersamaan merekam aktivitas otak di korteks frontal kelelawar di berbagai sinyal saraf, dari osilasi otak hingga neuron individu dan populasi saraf lokal.

Mereka melihat otak kelelawar yang berbeda saling berkorelasi. Yang paling menonjol berada dalam rentang osilasi saraf frekuensi tinggi. Lebih lanjut, korelasi di antara otak kelelawar meluas melintasi berbagai rentang waktu interaksi sosial. Dengan melihat tingkat korelasinya, mereka dapat memprediksi apakah kelelawar akan memulai interaksi sosial atau tidak.

Tim UCLA mengambil cara yang berbeda. Mereka menggunakan alat yang disebut miniatur microendoscope untuk memantau aktivitas otak tikus selama bersosialisasi. Perangkat kecil seberat 2 gram ini dipasang pada tikus dan memungkinkan para peneliti memantau aktivitas ratusan neuron kedua hewan pada saat yang bersamaan.

Tikus juga menunjukkan korelasi antar-otak dalam interaksi sosial alami, di mana hewan bebas berinteraksi satu sama lain. Korelasi antar-otak muncul dari set neuron yang berbeda, yang menyandikan perilaku dan perilaku pasangan sosialnya.

"Kita tahu bahwa interaksi sosial diubah pada banyak penyakit mental pada manusia, termasuk gangguan spektrum autisme dan skizofrenia," kata Lyle Kingsbury, mahasiswa di lab Hong. "Mengembangkan sistem model yang dapat ditelusuri secara genetik membuka kemungkinan untuk mengeksplorasi bagaimana sinkronisasi antar-otak terganggu pada orang dengan kondisi ini dan dapat memberikan informasi baru." SCIENCEDAILY | CELL PRESS | FIRMAN ATMAKUSUMA


Hewan Berkomunikasi Saat Berinteraksi

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus